HomeUncategorizedBUKBER RUTIN PARA PETINGGI

BUKBER RUTIN PARA PETINGGI

 

Ramadan Journey 2013

Day 16

#harusnya ini ditulis semalam, tapi sibuk dengan urusan tugas sekolah Darrel;-)

bukber sby 1

 

bukber jasmin dkk

bukber SBY dg media di Istana (atas)

bukber teman kuliah di IPB (bawah)

 

Dua pekan lalu saya menerima undangan menghadiri buka puasa bersama di rumah Menteri Perindustrian.  Buka puasa yang lokasinya di rumah dinas sang menteri seharusnya digelar akhir pekan lalu.  Dua hari sebelum acara, datang pemberitahuan bahwa buka puasa ditunda ke awal bulan Agustus, karena acara akan dihadiri Presiden. Lokasinya masih di rumah dinas sang menteri.  Kemarin, datang lagi pemberitahuan bahwa acara buka puasa itu dipindah lokasinya ke kantor kementrian, mengingat, “akan banyak yang hadir, termasuk dari kalangan Kadin.”  Saya membayangkan ratusan orang akan datang, dan tuan rumah akan sibuk melayani tamu kehormatan. Menterinya sih menyenangkan.  Dia suka mengundang kami diskusi santai di rumah pribadinya. Misalnya, ngobrolin soal ASEAN Community 2015.

Sepanjang bulan puasa, jalanan di kawasan komplek pejabat tinggi di Widya Chandra Gatot Subroto dan Jalan Denpasar Jakarta pasti lebih macet.  Ratusan mobil parkir di depan rumah-rumah menteri dan pejabat tinggi negara lainnya.  Hampir tidak ada hari tanpa acara buka puasa bersama di rumah-rumah itu. Semakin luas pergaulan seorang pejabat tinggi, semakin banyak frekuensi acara buka puasa bersama di rumahnya.

Seorang menteri yang berasal dari tokoh ormas Islam, misalnya, akan mengadakan buka puasa khusus bersama konstituennya.  Ini di luar buka puasa yang diselenggarakan kementerian dan dibiayai bujet negara.  Pejabat tinggi yang juga tokoh partai politik pasti menyelenggarakan buka puasa bersama kader parpolnya.  Ikatan alumni sekolah atau universitas di mana pejabat tinggi pernah belajar biasanya juga dapat giliran diundang buka puasa bersama di kediaman lulusan yang dipandang sukses ini.  Menteri dari parpol juga melakukan kunjungan ke daerah dan beracara buka puasa bersama juga.  Termasuk dengan konstituen?  Biaya ke daerahnya dari mana?  Hal yang sama dilakukan menteri yang sudah mengumumkan niatnya mengikuti konvensi calon presiden.

Presiden SBY mengadakan buka puasa bersama dengan berbagai kalangan di istananya.  Dia juga hadir di acara buka puasa yang diadakan di rumah ketua lembaga negara, instansi seperti kepolisian dan TNI, serta rumah pengusaha seperti Chairul Tanjung yang juga Ketua Komite Ekonomi Nasional.  Para ketua dan elit parpol juga menjadikan bulan puasa sebagai ajang safari Ramadan ke berbagai penjuru negeri.   Tahun 2006-2008 saya ingat Pak SBY rajin mengadakan safari Ramadan.  Tahun ini belum dengar sih, mungkin karena beliau tidak bisa lagi  ikut Pemilihan Presiden.  Untuk Partai Demokrat, tugas safari Ramadan diserahkan ke adik ipar beliau, Jendral TNI  Pramono Edhi Wibowo dan dan putra Pak SBY, Edhi Baskoro alias Ibas.

Sebagai jurnalis, apalagi dalam posisi sebagai pimpinan dalam 10 tahun terakhir, tiap hari saya menerima minimal dua undangan berbuka puasa dari berbagai instansi, plat merah maupun swasta. Duluuuu,  Jakarta belum semacet sekarang dan saya masih berupaya untuk menghadiri undangan berbuka puasa itu.  Biasanya saya mengajak juga teman dari kantor untuk silaturahim dan berjejaring.  Penting bagi jurnalis.

Rekornya adalah hadir di tiga undangan dalam sehari.  Caranya?  Rata-rata undangan mencantumkan acara dimulai Pk 17.00 wib.  Saya akan hadir tepat Pk 17.00 wib di lokasi pertama.  Salaman dengan tuan rumah dan haha..hihi say hello dengan beberapa tamu.  Saya akan meninggalkan lokasi tepat setelah shalat Maghrib. Jadi, nggak makan yaaa  cuma membatalkan saja.  Setelah itu saya bergegas ke lokasi ke dua.  Katakanlah waktu tempuh 30-45 menit.  Sampai di lokasi, salam-salaman dan mencicipi sedikit hidangan.  Lalu bergegas ke lokasi ketiga untuk ikut shalat tarawih.  Dan icip-icip makanan.  Perusahaan katering panen klien.

Tidak semua mengadakan shalat tarawih, sih.  Jadi rundown bukber saya menyesuaikan.Walhasil berat badan saat bulan puasa malah naik.  Hikmah bukber marathon adalah menjaga hubungan dengan “setor-muka” ke pengundang, bersilaturahim dengan sejumlah orang yang ditemui di lokasi bukber, mendengarkan tausiyah jelang berbuka dan shalat berjamaah.  Trade-off?  Anak saya berbuka puasa hanya dengan ayah atau Opung dan Eyang.  Sampai usia 7 tahun, setiap pulang sekolah Darrel selalu ke rumah Eyang, tidur siang di sana, makan sore, baru kami jemput setelah kami pulang kantor, dan biasanya malam.

Makin besar, Darrel merasa lebih suka di rumah.  Alasan utama sih wifi yang kenceng, kami langganan TV kabel.  Dia juga semakin mandiri dan tidak perlu secara khusus diawasi Eyang.  Di rumah di temani dua Mbaknya.  Dua tahun terakhir, terutama, saya dan ayah Darrel mengupayakan untuk pulang ke rumah sebelum berbuka puasa.  Tidak mudah, karena ya undangan masih mengalir.  Kami mencoba bergantian juga untuk tiba di rumah sebelum waktu berbuka.  Saya juga berbagi tugas berjejaring ini dengan teman-teman di kantor.  Tidak selamanya mereka bisa, karena ingin cepat pulang juga, atau ada tugas yang harus dikerjakan di kantor.

Ada alasan lain mengapa saya lebih selektif hadir di acara berbuka puasa bersama.  Selain soal kemacetan Jakarta yang kian parah, sehingga sulit untuk memenuhi semua undangan itu.  Kian lama saya merasa esensi dari silaturahim menjadi kian tipis.  Buka puasa yang diadakan oleh menteri dan pejabat tinggi negara menjadi “rutin”, harus ada karena sudah ada anggarannya.  Begitu juga dengan swasta.  Yang penting hadir banyak, tapi kesempatan untuk ngobrol dan berbagi informasi minim.

Pekan lalu dalam sebuah bukber di sebuah kementrian, menterinya hadir sesaat jelang shalat Maghrib, lalu meninggalkan lokasi tak lama setelah itu.  Ratusan undangan ya ditinggal saja.  Undangan bukber formalitas rutin, tamu-tamu nggak perlu disapa.  Semua bergumam kecewa. Saya mendengar cerita ini dari teman pemimpin redaksi yang hadir di sana.  Untung saya nggak pergi.  Buang-buang waktu dan buang-buang bensin.

Jadi, dalam dua tahun terakhir paling saya hadir di 3-4 undangan bukber pejabat tinggi.  Saya pilih yang sosoknya saya kenal secara pribadi, dan tipe pejabat yang setiap saat bisa dikontak jika diperlukan sebagai narasumber.  Saya hadir menghargai komitmen yang bersangkutan atas akses yang selama ini diberikan kepada organisasi media di mana saya bekerja.  Dengan orang-orang seperti ini biasanya kita sempat ngobrol santai dan bertukar pikiran.  Itu juga berlaku untuk swasta.  Tahun ini saya baru hadir di satu bukber swasta setelah dua tahun tidak saya hadiri.  Kakak kelas saya di IPB bertugas menyelenggarakan acara itu, dan saya tidak enak kalau tidak hadir.  Tidak mendukung kakak kelas;-).

bukber benny mamoto

Saya juga memilih yang acaranya menarik dan ada substansi.  Misalnya ada diskusi seperti di rumah CT.  Juga jika saya diundang mengisi acara diskusi sebelum berbuka puasa seperti yang dilakukan di Lembaga Pers Dokter Sutomo.  Saya hadir di bukber Istana untuk memperbarui kontak dengan sejumlah pejabat di lingkungan Istana.  Juga kangen-kangenan karena  saya pernah sering meliput kegiatan Presiden.  Bonusnya adalah mendengar  5 Refleksi Presiden Pasca 15 tahun Reformasi.  Lumayan.  Lalu dengan teman  dan keluarga. Kemarin dulu kami undang Pak Benny Mamoto pimpinan Badan Narkotika Nasional untuk diskusi di #forumtopik, bersama teman-teman di redaksi ANTV.  Dapat banyak informasi.  Lalu buka puasa bersama.

Akhir pekan ini saya diundang bukber dengan teman-teman eks Warta Ekonomi di rumah mantan bos.  Saya ingin sekali hadir, tapi saat bersamaan saya ditugasi mewakili organisasi untuk berbicara dalam sebuah diskusi soal media dan Pemilu.  Dari segi jarak, nampaknya sulit untuk hadir di dua tempat.  Tadi malam saya hadir di bukber yang membahas soal kesiapan Indonesia menjadi tuan rumah APEC 2013.  Saya ingin tahu karena tahun lalu saya hadir di APEC Summit di Vladivostok, Rusia.  Wow, penyelenggaraannya sangat rapih dan keren.  Kualitas pembicara juga bagus.  Jadi, saya berharap Indonesia tidak kalah keren sebagai tuan rumah.  Bersaing mahal dengan Rusia nampaknya sulit menang.  Tapi kita bisa bersaing dengan menampilkan keunikan, dan tentu saja, keindahan Bali.

Bulan Ramadan seyogyanya bulan yang kita manfaatkan untuk mendekatkan diri dengan orang-orang yang berarti bagi kehidupan kita. Yang sepanjang tahun tak putus menjalin silaturahim.   Bukan dengan mereka yang hanya berkepentingan mengundang setahun sekali karena acara bukber sudah masuk dalam anggaran lembaga. #end.

 

 

 

 

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

Previous post
"TAJUK-TAJUK BAWA KENANGAN"
Next post
DISCONNECT DI ERA SERBA CONNECTED

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *