HomeUncategorizedPEBISNIS PEREMPUAN LEBIH RAJIN BERJEJARING

PEBISNIS PEREMPUAN LEBIH RAJIN BERJEJARING

 

 

Panggung megah acara APEC Women di Bali 6 September 2013
Panggung megah acara APEC Women di Bali 6 September 2013

Dua pekan lalu, saya menghadiri acara 3rd  APEC Women and The EconomIc Forum.  Acara digelar di sebuah hotel yang mewah dan cantik di kawasan Nusa Dua, Bali.  Sekitar 800 an peserta hadir, mulai dari anggota kabinet, kalangan diplomatik, para perempuan pengusaha maupun pemikir dan tentu saja delegasi dari   negara anggota APEC, organisasi kerjasama ekonomi Asia Pasifik.  Acara ini diadakan berkaitan dengan pertemuan puncak pemimpin APEC yang akan digelar di Bali, 8 Oktober 2013.

APEC Women and  The Economic Forum, lebih tepatnya Public Private  Dialogue on Women and The Economy (PPWE)  kali ini diselenggarakan oleh Indonesia dengan panitia dari kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang dipimpin oleh Menteri Linda Amalia Sari Agum Gumelar.  Ikhwal pertemuan yang dimotori dan membahas isu perempuan ini dapat dibaca di tautan: http://www.apec.org/Groups/SOM-Steering-Committee-on-Economic-and-Technical-Cooperation/Working-Groups/Policy-Partnership-on-Women-and-the-Economy.aspx.  Tema pertemuan adalah,” “ Women as Economic Drivers. Perempuan penggerak ekonomi.

Kali ini saya ingin membagi ringkasan sebuah bahan bacaan yang dibagikan dalam acara tersebut (sebenarnya saya tidak kebagian seminar kit, padahal terdaftar sebagai peserta, delegasi  dari Indonesia .  Pemimpin Redaksi Majalah Femina berbaik hati memberikan bahan yang dia dapat, thanks Petty S. Fatimah).  Judul dari bahan bacaan ini adalah “Access to Trade and Growth of Women’s SMEs in APEC Developing Economies: Evaluating the Business Environment in Indonesia”, diterbitkan oleh The Asia Foundation dan mitra penelitian di Indonesia.

Pemberdayaan perempuan dan melibatkan mereka dalam kegiatan ekonomi dan bisnis telah menjadi prioritas kunci dalam pembangunan global,  terutama di kawasan Asia Pasifik.  Penelitian ini menunjukkan bahwa usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) memainkan peran vital dan merepresentasikan mayoritas aktivitas bisnis di kawasan ini.  UMKM menjadi “bantal penyangga” setiap kali terjadi goncangan terhadap ekonomi, karena sifat kemandiriannya , termasuk dari ketergantungan terhadap pendanaan lembaga keuangan.

UMKM tak pelak lagi berperan besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan.  Di Indonesia, UMKM berkontribusi sekitar 57% terhadap produk domestik bruto, alias seluruh kegiatan ekonomi termasuk ekspor dan impor.  Pelibatan tenaga kerja di sektotr UMKM mencapai tak kurang dari 96%!  Perempuan memiliki 23% UMKM di Indonesia, jumlahnya tumbuh 8% dari tahun ke tahun, sementara jumlah UMKM yang dimiliki laki-laki justru menurun.  Jadi, ucapan bahwa sebuah ekonomi tidak akan bertumbuhsecara optimal jika lebih dari separuh penduduknya tidak dilibatkan, nyata benar di Indonesia.  Sensus Badan Pusat Statistik Mei 2010, setiap 100 penduduk perempuan ada 101 penduduk laki-laki.

Kendati peran perempuan di sektor UMKM kian besar, tantangan yang dihadapi masih besar.  Penelitian di Indonesia menghasilkan temuan, masalah bagi  perempuan dalam berusaha sebagai berikut:

# Tantangan dalam manajemen bisnis dan operasional;

# Hambatan finansial, termasuk akses ke permodalan;

# Jejaring bisnis dan partisipasi proactol may dalam asosiasi pengusaha/bisnis;

# Dukungan pemerintah, termasuk hambatan dalam pengurusan ijin usaha;

# Masih banyak pungutan liar dan korupsi ;

# Dukungan sistem sosial, yang dimaksud di sini adalah aspek budaya dan tanggung jawab

mengurusi rumah tangga, terutama anak.

 

Yang menarik adalah terkait dengan aspek jejaring bisnis. Penelitian kualitatif dan kuantitatif ini menunjukkan bahwa berjejaring menjadi kunci sukses bagi pebisnis perempuan di Indonesia. Berjejaring membuka hubungan kerja dan usaha, dan membantu pebisnis perempuan meningkatkan kemampuan yang bermanfaat bagi kemampuan mengembangkan usahanya.  Pebisnis perempuan di Indonesia lebih terhubung dengan pihak lain ketimbang pebisnis laki-laki, baik dalam hal jejaring formal  maupun informal.  Ini direpresentasikan dengan kecenderungan pebisnis perempuan menjadi anggota asosiasi pengusaha, dibanding pebisnis laki-laki. Selisih angkanya 23% lebih besar di pebisnis perempuan.  Khusus bagi pebisnis perempuan yang berorientasi ekspor, selisih angkanya mencapai 37%.  Kedua persentase ini yang terbesar dibanding negara lain yang juga melakukan penelitian serupa.

Aktif dalam asosiasi dan berjejaring membuka kesempatan bagi pebisnis perempuan membangun relasi dengan perempuan lain yang menjadi panutan .  Ini juga membantu mereka mengarungi dunia bisnis yang masih didominasi oleh kaum laki-laki.  Sebanyak 44% dari pebisnis perempuan yang menjadi responden dalam penelitian ini men jadi anggota asosiasi pengusaha perempuan, angka tertinggi diantara negara anggota APEC yang lain di mana penelitian serupa dilakukan, yakni Malaysia, Filipina, Thailand.

Pebisnis perempuan dalam survei ini mengakui bahwa aktivitas berjejaring dan tergabung dalam asosiasi membantu mereka dalam mengembangkan usaha.  Seorang pebisnis yang memiliki usaha penyedia makanan (catering) yang berkembang bagus bercerita bahwa ia memulai usahanya dari sebuah  kelas memasak yang diadakan oleh asosiasi pengusaha.  Perempuan lain mengakui  mendapatkan banyak pesanan atas produknya dari  jejaring formal dan informal yang dia miliki termasuk dari gereja.  Kisah lain, seorang pebisnis perempuan di industri garmen menceritakan bahwa ia mendapatkan bantuan dari asosiasi saat mengurus ijin usaha.

Penelitian dilakukan dengan mewawancarai 150 pemilik/manajer UMKM di Indonesia dengan mempertimbangkan keseimbangan gender. Sepertiga dari yang diwawancarai mengelola usaha yang berorientasi ekspor.  Serangkaian grup diskusi juga dilakukan untuk menggali sejumlah informasi, yang melibatkan UMKM, pemerintah, asosiasi pengusaha dan akademisi.  Penelitian ini dilakukan di kawasan Jakarta dan sekitarnya.  Hasil penelitian ini memang belum bisa dianggap sebagai survei yang komprehensif mengenai pebisnis UMKM, khususnya kaum perempuan.  Tapi, menurut saya, temuan yang ada cukup menggambarkan garis besar karakteristik dan situasi yang dihadapi UMKM perempuan di Indonesia.

Yang paling penting adalah apakah Pemerintah Indonesia dan pihak terkait menindaklnjuti sejumlah rekomendasi dari penelitian ini, jika serius menganggap pentingnya peran perempuan dalam ekonomi.  Sudah menggelar acara mahal di Bali, kalau cuma untuk pemanis bibir, buat apa?

Masih banyak temuan menarik dari penelitian yang dilakukan The Asia Foundation.  Lain waktu akan saya tuliskan di blog ini.#

 

 

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

Previous post
Siaran Pers: IPB Desak Pemerintah Utamakan Pertanian
Next post
WOMEN SUPPORTING WOMEN DI PERTEMUAN APEC

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *