HomeUncategorizedLiburan Berbekal Koper Kabin

Liburan Berbekal Koper Kabin

Cerita soal liburan keluarga kami ke Jepang 7-12 Juni 2014 sudah ditulis oleh anak saya, Darrel.   Liburan ini sudah direncanakan jauh hari, sebagai bagian dari hadiah ultah untuk Darrel yang menyukai Jepang via komik dan animasi kartunnya.  Catatan Liburan Darrel bisa diikuti di Facebook saya, Uni Lubis.

Yang ingin saya ceritakan di sini adalah bagaimana kami bertiga liburan sepekan ke Jepang dengan hanya bermodalkan koper kabin.

Travelling Light, alias cuma berbekal koper kabin sudah sering saya lakukan.  Pernah, di tahun 2007, saat jalan tol bandara Soetta terendam air di KM 27, dan menimbulkan kemacetan luar biasa, saya harus ke Norwegia, selama 5 hari.  Suhu di sana minus 6 derajat celcius karena sudah jelang Natal, salju tebal menutup jalan-jalan di Lillehammer, kota di Norwegia yang tahun 1994 pernah menjadi tuan rumah olimpiade musim dingin.  Untung saya hanya membawa koper kabin yang isinya 3 stel baju kerja termasuk celana panjang, 3 baju atasan, baju dalam dan legging pelapis untuk pelapis dingin, kaus kaki tebal, sarung tangan dan topi hangat.  Plus, sebuah overcoat yang cukup tebal yang saya tenteng.

Ketika jalan ke bandara demikian macet, sudah menempuh lima jam mobil, sementara waktu take-off tinggal 1 jam lag,i padahal jarak dari lokasi saya ke bandara masih sembilan km dan tak bergerak, saya putuskan ganti naik ojek.  Koper kabin dipangku di paha kanan.  Alhamdulillah sampai  10 menit sebelum check-in closed.  Bu Dubes Indonesia untuk Norwegia, Retno LP Marsudi yang menjemput di bandara Norwegia kaget melihat saya datang tanpa koper bagasi. “Cuma bawa ini, Mbak?”, tanya beliau.

Setelah itu, bepergian ke luar negeri hanya berbekal koper kabin buat saya menjadi hal biasa.  Sudah paham triknya.  Bahkan di saat musim dingin.  Bukan berarti saya tidak pernah bepergian ke LN membawa koper besar, bahkan pernah juga niat membeli koper tambahan hehehe.  Perjalanan pertama saya ke Norwegia di tahun 2005, misalnya, saya membawa koper besar dan pulangnya penuh dengan oleh-oleh khas Norwegia.  Biasanya perjalanan berikut ke negara yang sama saya sudah tidak bernafsu untuk belanja-belanja, kecuali kalau ada teman yang menitip cinderamata spesifik, misalnya magnet kulkas, tumbler, dan semacamnya.  Saya tidak pernah berjanji sih, tapi biasanya saya upayakan ;-).  So, bagi saya yang sudah beberapa kali ke Jepang, kali ini belanja bukan tujuan utama.

Biasanya, karena membawa anak, barang bawaan cukup banyak, sehingga harus menggunakan koper besar di bagasi.  Ini terjadi ketika kami liburan ke AS, Australia, Dubai, Paris dan beberapa tempat lain.  Kali ini, karena Darrel sudah cukup besar, memasuki usia 11 tahun, kami sekaligus ingin mengajarkan untuk lebih bisa mengurus diri sendiri.  Selama liburan, Darrel bertanggungjawab untuk membawa sendiri koper kabin beroda yang isinya baju dan keperluan selama sepekan.  Darrel juga membawa ransel yang isinya: iPad dan charger, jas hujan, payung, snacks termasuk keripik Ma’icih kegemarannya, tisu kering, tisu basah, handuk kecil, botol tempat minuman dan roti yang cukup mengenyangkan untuk sekali makan.  Oh, iya, masih ada 2 komik Naruto untuk bahan bacaaan di perjalanan panjang di pesawat menuju ke Jepang.

Cuaca di Jepang saat kami berkunjung dua pekan lalu cukup hangat, sekitar 17-27 derajat celcius.  Jadi masing-masing kami membawa kaus dan blus/kemeja tipis saja.  Saya menggulung baju-baju dan menatanya di dalam koper.  Ini menghemat tempat dan baju tetap rapi, tidak kusut. Masing-masing kami (saya, Darrel dan Mas Iwan ayah D), membawa empat buah kaus dan dua blus/hem, plus baju dalam untuk perjalanan 6 hari termasuk di perjalanan Jakarta-Tokyo pp.  Celana panjang 3 buah termasuk yang dipakai saat perjalanan. Masing-masing juga membawa selembar sarung dan celana tidur.  Sarung bisa digunakan untuk shalat juga.  Kami sudah perkirakan akan membeli beberapa kaus lagi di Jepang.  Misalnya, kaus kostum resmi tim nasional sepakbola Jepang di Piala Dunia 2014.  Kami koleksi kostum timnas berbagai negara.  Lalu, karena berkunjung ke Universal Studio, pastilah beli kaus untuk kenang-kenangan.  Ini menambah koleksi baju untuk digunakan selama perjalanan.

Baju digulung agar hemat tempat
Baju digulung agar hemat tempat

Menurut ramalan cuaca di Jepang sering turun hujan, masing-masing kami membawa payung lipat dan jaket hujan.   Nah, jas hujan ini bermanfaat saat kami harus menunaikan shalat di pojokan mal atau gedung…kami menggelar jas hujan untuk alas shalat.  di atasnya dilapisi sajadah.  Lumayan.  Masing-masing membawa syal dan topi, serta jaket yang ringan, cukup untuk menghangatkan badan saat di perjalanan atau jika jalan-jalan di malam hari.  Saya menyisipkan 3 syal beragam warna untuk mempercantik penampilan.  Maklum, liburan artinya banyak foto-foto kaaaaannnn ;-).  Jangan lupa: TONGSIS!! alias tongkat narsis untuk #selfie foto bertiga…incase nggak ada yang bisa dimintai tolong.

mie instan dan kotak plastik serba guna
mie instan dan kotak plastik serba guna

Kaus kaki, selain yang dipakai dalam perjalanan, saya menyisipkan masing-masing 1 pasang kaus kaki ganti.  Saya juga membawa satu stel sepatu keds lho, untuk variasi, karena selama di Jepang praktis tiap hari kami jalan kaki sekitar 5-7 km, naik-turun kendaraan umum terutama subway, alias kereta bawah tanah. Jadi, meskipun cuma bawa 1 koper kabin, saya bisa menyusupkan sepasang sepatu OR seperti gambar di atas ini.  Eh, masih bisa lho di atas semua susunan baju dan bawaan, saya membawa sebuah tas travel cangklong, bisa dihamparkan pipih di bagian paling atas, yang saat pulangnya bisa memuat beberapa tumbler, kue-kue Jepang, dan Kit-Kat Green Tea yang tersohor dan cuma ada di sana 🙂

Meskipun kami bertiga biasa makan makanan ala Barat, maupun Jepang, saya punya kebiasaan selalu membawa mie instan setiap kali bepergian ke LN.  Rasanya beda, dan yang pasti insyaallah halal!!  Lengkap dengan saus sambal dalam kemasan.  Soalnya, kami sekeluarga hobi makan pedas.  Apalagi Darrel, makan keripik Maicih saja kudu level 10!!!, ampun dijey;-).   Kami juga membawa  6 bungkus mie instan, 10 sachet Milo dan 10 sachet Teh Tarik, plus kopi Kapal Api (bukan buzzer lhoooooo)…kalau teh sih mumpung di Jepang, konsumsi teh lokal yang sangat syedap.  Kalau ke negara lain saya juga bekal teh celup sih #teuteup.  Kali ini juga membawa Abon Cabe dan keripik kentang.  Saat bosen makanan boks ala Jepang, sarapan Nasi Onogiri ditaburi abon cabe sudah lezat dan cukup banget.  Di sana, mudah mencari keperluan sehari-hari, karena hampir di setiap pojokan ada Family Mart yang isinya mirip-mirip toko 7Eleven lah..saya juga mengkonsumsi banyak buah dan air putih selama perjalanan.

Membawa kotak plastik tahan panas serba guna juga jadi kebiasaan.  Gunakanya?  Untuk mengaduk mie instan setelah diguyur air panas.  Hotel-hotel di Jepang rata-rata menyediakan ketel air listrik, sehingga kita bisa memasak air.  Saat di Tokyo, kami menyewa Apartemen Akasaka yang menyediakan semua kebutuhan mulai dari pemasak air, microwave, wifi portabel, handuk, peralatan mandi sampai mesin cuci!!

wajib dibawa agar tetap selera "Indonesia"
wajib dibawa agar tetap selera “Indonesia”

Semua makanan dan keperluan bersama saya bagi-bagi di tiga koper kabin.  Kali ini saya tidak membawa laptop.  Niatnya beneran liburan.  D sudah membawa iPad, ayahnya membawa laptop. Jangan lupa bawa colokan bercabang tiga, agar begitu sampai di hotel bisa langsung nge-charge gadget-gadget.  Apalagi saya bawa tiga gadget.  Suami bawa dua. Belum lagi dua powerbank untuk cadangan energi gadget tercinta.  Handycam pun perlu diisi terus baterenya agar siap pake #okesip.

Di tiap koper saya juga menyisipkan lengkap fotokopi  dokumen perjalanan, termasuk fotokopi paspor dan tiket.  Tentu saja ada versi softcopy di gadget/laptop.  Namanya jaga-jaga.

Nah, apa lagi ya?  Dompet serbaguna untuk saya isinya:  3 masker penyegar wajah (saya menggunakannya malam hari di pesawat atau di hotel agar wajah tetap segar), sisir, pengikat rambut, jepitan, bedak, dua lipstik, krem pelembab wajah, body lotion, krem tabir surya, lip balm, eau de toilette, paket sikat gigi dan odol, disposable panties, tiga lembar pembalut, masker kertas  Ini paket rutin bagi saya.  Kalau bepergian saat musim dingin, saya tambah hand and body lotion yang lebih cocok untuk udara dingin.  Oh, jangan lupa deodorant roll-on agar bau badan tidak bikin orang menutup hidup hihihi….

Terkecuali yang khusus untuk perempuan, barang-barang di atas dalam ukuran mini juga diselipkan di koper Darrel dan ayahnya.  Saya juga selalu membawa seperangkat alat jahit yang mini itu, juga shower cap.  Biasanya bawa dari pembagian di pesawat dalam perjalanan sebelumnya, apalagi kalau kebetulan dapat jatah kelas bisnis. Biasanya ini kalau diundang menggunakan bujet negara lain hohoho….

Nah, ini modal liburan seminggu
Nah, ini modal liburan seminggu

That simple.  Jangan lupa bawa obat-obatan standar: obat diare, obat masuk angin, salonpas, handyplast.  Mas Iwan selalu membawa obat rheumatic.  Saya selalu membawa antibiotik, karena di LN khusus untuk antibiotik biasanya butuh resep dokter, tidak bisa dibeli bebas.  Males kan…Obat-obatan ini bermanfaat untuk pertolongan pertama, seandainya kita terserang sakitnya tengah malam.  Obat diare wajib dibawa ke mana-mana.  Namanya di negeri orang, makanan belum tentu cucok…jaga-jaga deh.  Obat-obatan lain sekarang ini mudah dibeli di berbagai apotik atau convinience store.

Yup, dengan trik di atas, kami berhasil melakukan perjalanan yang menyenangkan, mengenyangkan :-), sedikit bikin pegel karena banyak jalan seperti tulisan Darrel, tapi tetap meninggalkan kenangan.  Darrel belajar lebih mandiri dan bertanggungjawab selama perjalanan ini.  Nice move D!

Hallo dari depan Tokyo Imperial Palace ;-)
Hallo dari depan Tokyo Imperial Palace 😉

Next trip, insyaallah, perlu bikin agenda perjalanan yang pake acara menginap di stasiun kereta api or bandara.  Kalau saya sudah beberapa kali.  Darrel belum pernah…so, jangan lupa selalu membawa bantal leher sehingga bisa “pelor”, alias nempel terus molor di mana pun 😉

PS.  Untuk business trip alias jika bekerja, saya biasanya membuat tema warna.  Misalnya nuansa biru, nuansa ungu…dstnya.  Memudahkah dalam membawa tas dan sepatu.  Bukan berarti semua warna sama, malah jangan ragu bawa 1-2 baju yang warnanya “beda” banget untuk variasi.  Blus/celana putih dan litle back dress sangat membantu.  Tinggal dipakein blazer dan syal, beres deh.  Tentu saja dalam perjalanan ke LN selalu bawa blus batik/tenun ikat khas dari Indonesia.  Promosi dong ah;-)

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

Previous post
Tak Mudah Menjadi "Sahabat Pers"
Next post
BALI ROAD MAP; Peran Media di Masa Depan

8 Comments

  1. June 29, 2014 at 1:04 pm — Reply

    wiihiii tipsnya kudu dicontek, aku itu madame rempong banget kalo travelling, ini harus dicoba #yaksip!

  2. June 29, 2014 at 1:04 pm — Reply

    wiihiii tipsnya kudu dicontek, aku itu madame rempong banget kalo travelling, ini harus dicoba #yaksip!

  3. atik syarif
    June 30, 2014 at 6:51 am — Reply

    Lah…isi bekalnya banyak gt kok bs masuk ya… apalagi kulihat bawa topi cantik2…gimana masukkan kekoper topi2 tsb. Apa gak rusak topinya kelipat2?

  4. atik syarif
    June 30, 2014 at 6:51 am — Reply

    Lah…isi bekalnya banyak gt kok bs masuk ya… apalagi kulihat bawa topi cantik2…gimana masukkan kekoper topi2 tsb. Apa gak rusak topinya kelipat2?

  5. Winna
    October 27, 2015 at 9:07 pm — Reply

    Kopernya ukuran yang berapa ya?

  6. Winna
    October 27, 2015 at 9:07 pm — Reply

    Kopernya ukuran yang berapa ya?

  7. Winna
    October 27, 2015 at 9:08 pm — Reply

    Kopernya ukuran yang berapa ya? Terimakasih

  8. Winna
    October 27, 2015 at 9:08 pm — Reply

    Kopernya ukuran yang berapa ya? Terimakasih

Leave a Reply to Winna Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *