HomeUncategorizedCatatan Jusman S. Djamal: Bisnis Airline dan Bisnis Tukang Cukur

Catatan Jusman S. Djamal: Bisnis Airline dan Bisnis Tukang Cukur

Penulis adalah mantan menteri perhubungan dan kini komisaris utama PT Garuda Indonesia.  Pak Jusman menuliskan artikel ini dan secara khusus tag saya, untuk disebarkan.  Tulisannya agak panjang, tapi menarik. Apalagi dibuat setelah Menko Rizal Ramli mengkritik rencana pembelian pesawat untuk Garuda Indonesia, yang sebenarnya baru tahap menyatakan “minat”.

Selamat membaca dan ditunggu komentarnya:

Bisnis Airline dan Bisnis Tukang Cukur : Food for thought

Salah satu bisnis tertua di Indonesia adalah bisnis tukang cukur. Dulu ketika saya masih bersekolah di Langsa, ayah saya yang kini sudah almarhum selalu tiap dua minggu sekali membawa saya ke tukang pangkas rambut. Setiap ayah ingin anaknya rapi dan bercukur paling tidak dua minggu sekali. Apalagi kalau di sekolah SD dan SMP ketika itu masih ada acara pemeriksaan kuku dan rambut. Yang panjang dan tak terurus pastilah mendapat teguran dari guru. Pada masa lalu kurang lebih 50 tahun lalu, disekolah SD dan SMP yang menjadi ajaran pertama bagi setiap murid adalah kerapihan dan keteraturan. Karenanya pemeriksaan kuku, rambut dan baju yang bersih serta bersterika menjadi acara tiap pagi sebelum memulai segala urusan. Begitu juga buku catatan yang rapi ditulis sering diperiksa.

Tidak heran hingga kini kalau bertemu dengan mereka yang berusia 50 hingga 70 tahun masih ada teman yang selalu mencatat apa yang didendengar dan dibaca dengan pulpen warna merah dan biru. Informasi yang tak diketahui dan perlu diperdalam berwarna merah, fakta yang valid dan benar berwarna biru. Melalui pendekatan kebiasaan seperti itu anak sekolah diajarkan arti klasifikasi, dekomposisi , induksi dan deduksi dasar dari logika. Tak mungkin logika muncul jika tak ada keteraturan berfikir. Tak mungkin lahir logika dalam kesemrawutan berfikir yang tak mampu membedakan mana kacang mana kulit, mana substansi mana kembang dari suatu fakta.

Dengan kata lain dari tukang cukur saya belajar tentang keteraturan dan kerapihan. Hingga kini meski rambut saya hilang tetap saja setiap seminggu sekali saya ke tukang cukur, selain karena kebiasaan juga karena ternyata rambut saya meski tipis masih bisa tumbuh cepat. Kalau tak dicukur , ketemu Bang Hariman Siregar pasti dibilang jangan tamak kau Yus : gundul mau, gondrong mau, sebab kesemrautan panjang pendeknya rambut muncul.

Bisnis tukang cukur mengajarkan keteraturan dan kerapihan. Bisnis maskapai penerbangan berdiri diatas pilar keteraturan dan kerapihan. Jadi bisnis tukang cukur bisa dibilang awal mempelajari filsafat bisnis Maskapai Penerbangan. Tanpa keteraturan dan kerapihan tak mungkin muncul Keselamatan dan Keamanan Penerbangan. Tanpa upaya sistimatis berkelanjutan untuk menjaga dan memproteksi keselamatan pesawat terbang, tak mungkin ada pelanggan mau naik maskapai penerbangan. Keselamatan dan Keamanan merupakan kata kunci dari Bisnis Maskapai Penerbangan.

Dari bisnis tukang cukur, pengelola maskapai penerbangan dapat menemukan inspirasi tentang makna “waste”, bercukur berarti membuang mana yang tak punya “value” dan menyimpan mana yang “bernilai tambah tinggi”. Rambut yang terpotong dan terbuang adalah waste. Sesuatu yang tak bernilai tambah tinggi. Rambut yang tersimpan dikepala adalah rambut yang memberikan sinar pada pemiliknya, ketampanan dan kerapihan senyuman. Value tersendiri. Karenanya ada ungkapan lama Rambut adalah mahkota kecantikan. Membedakan mana “added value” mana yang tidak pada dasarnya adalah fondasi semua bisnis.

Karena bisnis tukang cukur berorientasi pada sasaran untuk membentuk kerapihan, keindahan dan keteraturan rambut diatas kepala, dan bisnis maskapai peerbangan berdiri diatas fondasi keteraturan, kerapihan , kedisiplinan pada sop untuk Keselamatan dan Keamanan Penerbangan, kedua bisnis ini menghindari suatu hal yang sama : Jangan gunakan peralatan tua. Pisau cukur tua yang tumpul dilarang. Pesawat tua yang tak terurus dilarang. Modernisasi alat peralatan utama jadi kata kunci.

Akan tetapi bisnis tukang cukur tidak identik dengan bisnis maskapai penerbangan. Berbeda seperti bumi dan langit. Dalam bisnis tukang cukur dikenal adagium “service mendahului pembayaran” , cukur dulu baru bayar. Begitu juga jika makan di warung makan atau di warung tegal Makan dulu baru bayar.   Dalam dunia maskapai penerbangan yang terjadi terbalik : Pembayaran mendahului Service. Penumpang memesan kursi dan membayar ticket untuk hari, jam dan tujuan keberangkatan. Maskapai penerbangan menerima pesanan dan pembayaran baru kemudian menyiapkan layanan sempurna. Motto yang digunakan tetap sama, jika puas sampaikan kepada kawan tak puas sampaikan kepada kami.

Konsep service mendahului pembayaran ini melahirkan model bisnis tukang cukur yang sederhana, kalau jumlah pelanggan sedikit dan menjadi rumit kalau pelanggan terlalu banyak. Karenanya dalam istilah managemen bisnis model tukang cukur, rumah makan termasuk bisnis yang “complicated”, rumit dan bikin pusing jika pelanggan jauh melebihi kemampuan daya dukung sumberdayanya. Sesuatu yang complicated atau rumit memang memusingkan kepala. Tetapi solusi dari problem mudah ditemui dan ada satu jawaban untuk segala urusan. Dalam istilah ilmu permesinan masalah yang complicated mirip seperti masalah yang ditemui tukang reparasi jam.

Dulu tahun 70 an masih banyak tukang reparasi jam di Jalan Banceu, Bandung, yang bermodal kaca pembesar disalah satu matanya. Dengan kacamata yang memiliki lensa pembesar seorang tukang jam dengan pinset nya akan memperbaiki komponen roda gigi atau per dari sebuah mata rantai kait berkait antar roda gigi ukuran kecil besar dalam sebuah jam yang rumit dan complicated. Ketika komponen yang rusak ditemui dengan mudah jam berfungsi seperti sediakala. Karenanya dalam bisnis yang complicated proses restrukturisasi solusi mudah dan sederhana dapat muncul dengan logika biasa. Jika rugi terus menerus sebuah bisnis tukang cukur atau rumah makan , mengapa harus pusing kepala tutp saja. Restrukturisasi bisni retail kadangkala menjadi sederhana tutup banyak outlet yang rugi, fokus saja di satu lokasi. Kalau banyak rugi, kembali lagi ke “ground zero”, tutup semua kios kembali dari awal mula. Dari kecil tumbuh besar.

Konsep bisnis pembayaran mendahului service seperti bisnis masakapai penerbangan meski kelihatan sederhana dan mudah diurus, akan tetapi berdiri diatas sebuah mata rantai kait berkait yang kompleks. Pengertian Complex tidak identik dengan”Complicated”, meski dampaknya sama memusingkan kepala jika menimbulkan masalah. Menyelesaikan masalah yang complicated ada rumus yang cespleng sepanjang waktu. Masalah yang dihadapi oleh bisnis tukang cukur tahun 1945, 1955,1965,1995 dan 2015 pastilah identik dan solusinya unik, itu itu saja.

Berbeda dengan masalah bisnis maskapai penerbangan yang berdiri diatas mata rantai nilai tambah dan mata rantai pasokan yang “complex”. Meski kelihatan dan kasat mata masalah tahun 1945, 1995 dan 2015 kelihatan identik dan sama sebangun solusi yang sama akan melahirkan outcome yang berbeda. Karenanya resep atau obat serta model bisnis maskapai penerbangan berbeda sepanjang waktu. Tak mungkin ada satu solusi dari masalah yang sama seperti dimasa lalu.

Ambil contoh anjuran dan solusi agar maskapai Garuda menutup rute Internasional dan fokus saja pada rute domestik dan medium route seperti yang dikemukakan oleh ekonom senior yang berwibawa. Secara resep obat kelihatan ini sebuah resep obat dewa mukjizat. Cespleng. Akan tetapi cobalah ini dibahas dengan hati hati.

Garuda memiliki anak perusahaan yang fokus pada rute domestik dan regional, namanya Citilink. Didirikan dengan model bisnis “Low Cost Carrier Premium” meniru model tradisional “Southwest Airline”, fokus pada satu tipe pesawat, dioperasikan dalam jarak pendek dan waktu terbang singkat tak melebihi enam jam. Manajemen sederhana, tingkat kenyamanan dijaga tepat sasaran tak berlebihan. Bersaing dengan low cost carrier lainnya. Ini sumber revenue tersendiri. Dimasa depan akan terjadi Citilink Revenue nya meningkat terus.

Kini Garuda selain memiliki anak perusahaan Citilink juga memiliki armada dengan rata rata usia 4,5 tahun. Paling muda di jajaran maskapai penerbangan dunia. Jenis armada Boeing737, Boeing 777, Airbus A330, ATR72 dan CRJ, dan fasilitas perawatan pesawat terbaik di ASEAN yakni GMF. Manusia bersumber daya iptek baik di Garuda maupun di Citilink , memiliki pengalaman dan jam terbang tinggi. Keahlian dan kedisiplinan serta etos kerja sangat baik. Karenanya Garuda kini menjadi maskapai nomor delapan dunia. Awak kabin dikelas ekonomi mendapat penghargaan terbaik didunia. Garuda telah menunjukkan bahwa manusia bersumber daya iptek Indonesia mampu bersaing ditingkat internasional.

Ini semua merupakan “value” atau “nilai tambah tinggi” yang tidak lah pas jika dianggap nol dan kemudian diberi satu resep :”sudahlah ngapain berkompetisi dengan maskapai penerbangan timur tengah, nggak akan mampu, pastilah bangkrut lagi”. Jual saja semuanya dan kerutkan rute, fokus saja pada rute domestik bersaing di kandang sendiri jauh lebih nyaman. ????

Pernyataan yang sering kita dengar dan yang selalu meragukan kemampuan bangsa sendiri dalam menguasai iptek dan memenangkan persaingan dalam bisnis berteknologi tinggi, telah menjadi makanan sehari hari saya sejak tahun 1982 ketika bekerja di IPTN. Memang sudah nasib insinyur penerbangan dan insinyur teknologi tinggi di Indonesia. Bangsa sendiri tak percaya, bangsa lain angkat jempol. Akan tetapi keraguan dan cemoohan itu menurut hemat saya merupakan tanda rasa sayang. Ibarat orang tua yang selalu tidak mengijinkan anak anaknya ikut olah raga berbahaya seperti arung jeram, daki gunung dan panjat tebing serta balap motor dan mobil. Kehawatiran itu merupakan cambuk supaya kita berfikir dan bekerja lebih keras.

Beda lain diantara bisnis tukang cukur dan bisnis maskapai penerbangan adalah berkaitan dengan dampak kenaikan nilai dolar terhadap rupiah. Binis tukang cukur tak tergoyahkan, maskapai penerbangan sedikit sempoyongan. Yang jelas ditengah situasi ekonomi yang tidak mudah berupa fluktuasi nilai rupiah yang sudah menembus angka Rp 13.900 rupiah per dolar AS. Tiap maskapai penerbangan harus melayani penumpang yang membeli ticket tiga bulan lalu dengan harga 1 dolar AS sama dengan Rp 12.000. Ketika berangkat penumpang itu harus dikelola dengan biaya operasi dengan nilai 1 dolar AS sama dengan Rp 13.900. Kerugian operasi karena kurs tampak nyata.

Kalau bisnis tukang cukur tak terpengaruh nilai tukar, bisnis maskapai penerbangan pastilah terkena dampak. Apalagi jika ada maskapai penerbangan yang utangnya dibuat tahun 2007 ketika dolar AS bernilai Rp 9.000 kini harus dibayar ketika dolar AS bernilai Rp 13.000. Belum lagi harga avtur di Indonesia lebih mahal 12 % dibanding harga Singapura. Singapore Airline yang beroperasi rute Jkt – Spore- Jkt memiliki biaya fuel lebih rendah dibanding maskapai domestik. Kambing ketemu singa ditengah jalan.

Bisnis tukang cukur bisa sederhana dan dapat complicated. Bisnis yang complicated memiliki solusi yang sama sepanjang waktu. Sementara bisnis maskapai penerbangan harus dikelola melalui pendekatan “systems dan complexity”. Setiap mata rantai nilai tambah dan mata rantai pasokan yang menyertainya ibarat organisme yang memiliki life cyclenya sendiri sendiri dan memiliki DNA nya sendiri sendiri. Pesawat terbang memiliki “life cycle”, Tiap jenis pesawat memiliki keunggulan dan kelemahan.

Tiap generasi pesawat terbang memiliki kandungan teknologi yang semakin modern dan semakin efisien. Bertumpu pada pesawat yang 10 tahun lagi berusia 14 tahun dan tidak diganti juga bukan langkah yang bijak. Pesawat jenis Airbus A320 dan Boeing 737 akan terus berevolusi untuk lahir generasi derivative nya yang lebih efisien dan lebih produktif serta lebih menjamin keselamatan penerbangan. Ada modifikasi dan tambahan feature teknologi yang diterapkan sebagai rekomendasi atas kekeliruan dan accident dimasa lalu. Teknologi tumbuh berkembang setiap empat lima tahun sekali dalam industri penerbangan.

Generasi pesawat Boeing 787-900 dan Airbus A350 akan jauh lebih padat kandungan teknologi komposit, teknologi digital dan beberapa feature sudah sepenuhnya digerakkan oleh sumber daya listrik melalui baterai. Ada features teknologi yang menyebabkan pesawat generasi ini jauh lebih efiisient jika dioperasikan. Cost perseat mile nya lebih rendah jika dibanding generasi pesawat Boeing 777, Airbus A330 dan apalagi Boeing 747. Suatu “landskap persaingan baru”, akan terbentuk di tahun 2020 dan 2025.

Karenanya anjuran agar maskapai penerbangan Nasional harus semata mata berfokus pada pesawat terbang tua dan kadaluarsa bukan solusi satu satunya. Begitu juga meminta agar maskapai penerbangan nasional melupakan kue keuntungan dalam rute internasional serta hanya ingin membangun model dan memilih seperti model bisnis ala tukang cukur yang jago dikampung sendiri karena dikampung orang lain sudah ada tukang cukur yang lebih ahli belum tentu menjadi resep yang pas untuk sebuah model bisnis maskapai penerbangan.

Teknologi Pesawat Terbang,Daya Inovasi dan Kreativitas serta Keahlian Sumber Daya Iptek generasi baru Bangsa Indonesia, Model Bisnis maskapai penerbangan tumbuh berkembang. Kini sudah lahir model bisnis generasi keempat dalam konsep Low Cost Airline dan Network Airline. Sejak peristiwa September 2001 World Trade center New York, Bisnis maskapai penerbangan model tahun 1945-2000 sudah menjadi kadaluarsa. Tidak lagi ada satu resep untuk semua masalah.

Meski demikian, anjuran dan rekomendasi seorang tokoh serta ekonom senior yang berwibawa dan mencintai Garuda, juga patut dijadikan bahan rujukan untuk dikenali mana titik lemah yang disorot dan apa reason yang menyebabkan bahaya kebangkrutan jika memilih jalan yang ditakutkan dapat muncul. Azas prudent dalam mengambil keputusan perlu terus dijaga melalui iterasi kritik, analisa, kritik dan sintesa. A good atmosphere dari suatu dialogue dari para pemimpin perlu terus dipelihara. Kita patut berterima kasih untuk hal tersebut.

Lebih kurangnya mohon dimaafkan Sal

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

Previous post
Rizal Ramli: Nangkap Mafia Nggak Susah, Asal Rajin Nanya
Next post
Jusman S. Djamal soal Teori "3 V" Bos IMF Christine Lagarde

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *