HomeInspirasiCerita Dibalik Indonesia Millennial Summit 2019 by IDN Times

Cerita Dibalik Indonesia Millennial Summit 2019 by IDN Times

Ide muncul dari One on One, Tradisi IDN Media

Minggu lalu kami melakukan rapat pertama Indonesia Millennial Summit 2020, yang insyaallah akan digelar 18 Januari 2020. Sebenarnya sejak akhir Juni lalu, IMS 2020 menjadi salah satu tema tetap dalam sesi One on One antara saya dengan William Utomo, co-founder dan COO IDN Media, “my partner in crime”?. Tapi rapat resmi, kick-off meeting yang melibatkan lintas divisi di IDN Media dilakukan pekan lalu, tepatnya 23 Agustus 2019.

Di hari minggu yang cerah ini, saya mengingat kembali bagaimana awal sejumlah program signature IDN Times itu lahir, dan kemudian berkembang sejak pertama kali digelar tahun 2018-2019.  “Berawal dari obrolan di pantry, jadilah acara ini, yang alhamdulillah sukses,” kata William, Sabtu malam, 19 Januari 2019, di depan Timmy, sebutan untuk karyawan di IDN Media.  Di sana, di ruangan ballroom Kempinski Hotel, 100-an kami berkumpul berbaur dengan para relawan yang membantu jalannya pertemuan millennial itu. Bersyukur. Berterima kasih kepada Tuhan YME, dan semua pihak yang membuat acara sejak pagi  terlaksana dengan baik. Lelah yang dibayar dengan sukacita.

One on One adalah tradisi baik yang dilakukan Winston Utomo dan William Utomo, pendiri IDN Media.  Ini sebuah pertemuan tatap muka antar Timmy, antar karyawan, yang dilakukan secara rutin.  Winston dan William misalnya melakukan hal ini setiap minggu dengan pemimpin divisi, juga dengan Timmy, siapa saja.  Ada yang terjadwal, ada yang sifatnya mendadak, atau baru diminta sehari sesudahnya.  Timmy juga bisa meminta jadwal One on One dengan supervisornya, termasuk dengan CEO dan pemimpin redaksi seperti saya kalau itu di IDN Times.  Mereka tinggal melihat di Google Calendar, mana waktu kosong dari pihak yang dimintai jadwal untuk One on One, lalu mengajukan invitation.  Saya jadi kenal hampir semua warga IDN Media yang kini jumlahnya hampir 300an via platform ini.

One on One bahkan bisa dilakukan lintas divisi.  One on One dilakukan dalam waktu 15-30 menit.  Biasanya dimulai dengan ngobrol santai soal personal. Hobi atau apa saja.  Sebagian kecilnya, 20 persenan, soal pekerjaan.  One on One juga wajib dilakukan oleh Timmy baru, tidak hanya kepada supervisornya, tetapi juga dengan Timmy lain di departemen berbeda. Saya menugasi tim saya di IDN Times untuk melakukan One on One secara berkala dengan Timmy di departemen lain. Kini kami bahkan punya jadwal regular minimal setiap 2 minggu melakukannya dengan direct report. Dan punya SOP One on One.

Tujuan One on One adalah untuk saling kenal, mendekatkan secara personal,  melancarkan komunikasi, dan tempat curcol dan evaluasi kinerja sih. Hehehe.  Kalau sudah curcol, bisa berlangsung sampai satu jam.

One on One bisa menjadi tempat di mana ide atau gagasan lahir, dan kemudian dieksekusi.  Indonesia Millennial Report 2019, Indonesia Millennial Summit 2019, Mudik Asik, Millennials Memilih,  Koran IDN Times, Indonesia Writers Festival, Suara Millennial, Community Writers Gathering, lahir dari One on One.  Evaluasi kinerja terhadap Timmy, terutama di IDN Times, banyak dilakukan dalam sesi One on One.

Jadi, kembali ke cerita soal IMS 2019 yang berawal di pantry, dapur kantor, yang di dekatnya ada dua meja masing-masing dilengkapi empat kursi. Biasanya dijadikan tempat makan  siang or ngobrol. Senin, 19 Maret 2018, saya One on One Meeting dengan Winston, Pukul 14..00 wib.  Ini jadwal tetap kami, setiap minggu.  Kalau tidak bertemu langsung karena ada di kota berbeda, kami lakukan by phone. Sebelum masuk IDN Media, sebagai pemimpin redaksi IDN Times, saya menyarankan ke Winston agar jadwal rapat mingguan internal dilakukan full di hari Senin dan Selasa.  Sehingga hari lain kami bisa networking dan memiliki jadwal dengan pihak lain yang terkait pekerjaan maupun tidak.  Soalnya rapat mendadak mengganggu jadwal yang sudah kita susun masing-masing, hehe.

Senin itu, di ruang kerjanya yang sederhana,di  lantai 2 kantor IDN Media di kawasan Palmerah Utara Jakarta, Winston bertanya, “Uni, menurutmu, apa signature program yang pas untuk IDN Times?”.  Jumat-Minggu sebelumnya sister media company kami, Popbela.com. baru menggelar signature programnya, Beauty Fest Asia 2018. Acara itu pengalaman pertama saya mengikuti signature program IDN Media, karena saya bergabung pertengahan Desember 2017.  Saya menjawab, kira-kira begini:  Kalau menjadi media digital saja, kita cuma akan menjadi satu dari ribuan media digital di Indonesia.  Dan ini media digital saya yang ketiga setelah Viva.co.id dan Rappler Indonesia. Harus ada yang lebih dari yang sudah ada.  Karena IDN Times targeting millennial and gen Z, saya kog berpikir kita seharusnya menjadi think-tank bagi millennial Indonesia.  Jadi, kalau orang mau tanya DNA-nya millennial Indonesia, untuk keperluan apapun, politik, sosial, bisnis, mereka bisa bertanya kepada kita.  Caranya?  Kita bisa data mining dari member community writers kita yang (saat itu) sudah hampir 50an ribu, all millennials, atau ini supaya bonafid, ya membuat riset atau survei sendiri.  Bekerjasama dengan pihak ketiga.  Hasilnya kita umumkan setiap tahun, seperti survei-survei politik itu.  Kita undang media, atau buat acara peluncuran.  Kayak diskusi, seminar milenial atau festival-festival itu”

Saat itu lagi musim festival ini-itu millennial.  Jelang Pilpres 2019.  Kedua kubu mengincar milenial.  Proporsi pemilih usia milenial sekitar 40 persen dari total 193 jutaan pemilih.

Saya ingat, Winston kemudian meminta William gabung di sesi itu.  William in-charge mengurusi aspek bisnis termasuk event.  Ruangan William di sebelah ruangan Winston.  Jadwal One on One saya dengan William, Pukul 15.00 wib.  Pembicaraan One on One dengan Winston yang biasanya 30 menitan, jadi  hampir 1 jam hari itu.  William join, kami sampaikan ide itu, lalu saya lanjutkan  One on One dengan William.  “Di pantry aja ya Bu, sekalian saya belum sempat makan siang,” kata Will. Menu lunch Winston dan William sama: salad. Sehat.

Jadilah kami ngobrolin embrio Indonesia Millennial Report 2019, dan berkembang ke Indonesia Millennial Summit 2019 sebagai tempat peluncurannya,  William mengadopsi formatnya  dari World Economic Forum di Davos.  “Ini versi millennialnya,” kata William.   Kami searching beberapa format report millennial sebagai referensi,dan melihat  format panggung.  Ini kebiasaan saat One on One dengan Will.  Dia langsung Googling referensi. Kedua anak muda millennial ini tipikal yang detil, dan berbasis data dan angka.  Metric banget lah.

Tidak ingin kehilangan momentum, saat itu juga kami berdua membuat draf awal acara dan sesi-sesinya.  Begitu juga draf awal siapa saja yang akan diundang, dari pihak pemerintah, swasta/bisnis.  Kami sepakat mengundang NGO, penggiat seni, atlet, social entrepreneurs, politisi, dan tentunya, sosok perempuan yang menginspirasi. Diversity is Beautiful. Kami mencoba menyusun undangan untuk 1.500 orang audiens, millennial leader lintas profesi.  Satu demi satu kelembagaan yang berkaitan dengan millennial atau yang anggotanya usia millennial (17-35 tahun), kami list-down.  Saya dan William sepakat, bahwa tidak hanya pembicara, peserta IMS 2019 haruslah potential leaders.  Ini semacam ajang leadership training dalam skala besar. William mencatat di buku notesnya. Saya mencatat di ponsel  (saya sudah jarang banget mencatat di notes karena pernah kehilangan 2 notes.  Jadi memilih virtual notes).

Dalam prosesnya baik IMR 2019 dan IMS 2019 kemudian menjadi pekerjaan besar bersama lintas tim di IDN Media.  Tim IDN Times memproduksi ratusan artikel sebelum dan sesudah IMS 2019 dan dari IMR 2019.  IMS 2019 sukses, (kata banyak yang datang sih), tentunya antara lain karena kerja tim IDN Event yang keren dan inovatif.  Sebenarnya mengelola 5.000-10.000 an tamu bukan hal baru bagi saya.  Di ANTV, urusan protokol tamu saat hut yang melibatkan audiens gede, selalu PIC-nya pemred. Tapi format acaranya hiburan dengan pengisi acara yang memang mudah menarik untuk hadir. Tak urung saya sempat keder jelang IMS 2019. Sampai Jumat malam, sebelum acara, masih ada pembicara yang mendadak batal.  Pukul 22.00 wib saya harus mencari ganti pembicara menteri yang mendadak diajak Presiden Jokowi ke Jawa Barat.  Mencari ganti untuk bicara keesokan harinya, ya ampun. Thank God, akhirnya acara berlangsung lancar dengan 58 pembicara di lebih dari 20 sesi, dengan audiens 3.000-an.  Lebih dari ekspektasi kami.

Sebagai personal, saya orangnya positif.  Artinya selalu mencoba sekuat tenaga sampai menit-menit terakhir untuk meraih yang saya tuju.  Itu dibuktikan dengan banyak hal, termasuk mendapatkan narasumber atau tamu acara. Harus positif, pasti bisa. Optimistis.

Tapi sebagai jurnalis, saya dilatih untuk skeptis.  Mempertanyakan.  Kritis.  Tanpa sikap ini, gak akan ada investigative reporting by jurnalis.   Juga bicara apa adanya.  Yang gak bener, ya gak bener. Yang bener, ya bener. Sependek yang saya tahu, tidak ada yang Namanya positive journalism.  Tujuan utama jurnalistik adalah mencari Truth. Dengan menggali kebenaran dan menyampaikannya, maka media bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat.  Apalagi di tengah tsunami informasi seperti saat ini.

Intermezzo-nya ya ?

IDN Times baru setahunan masuk ke “bisnis news” saat kami menggelar IMS 2019.  Malam itu ketika saya pulang ke rumah, usai acara, saya mbatin: moga-moga IMS 2019 dan IMR 2019 mendatangkan kebanggaan bagi seluruh tim IDN Times khususnya, dan IDN Media. Dan tentu, ini yang paling penting, ada manfaatnya bagi publik.  Karena, sebagaimana tema besarnya, kami ingin: SHAPING INDONESIA’S FUTURE

Indonesia Millennial Summit 2019 dibuka oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla 

Untuk dokumentasi, saya muat di sini salah satu kesan dan komentar atas IMS 2019, dari Vera Makki, corporate affair director-nya Citi Indonesia.  Di akun IG vera_makki, dituliskan seperti ini:

“Keseruan Sabtu pagi ini adalah menghadiri Indonesia Millennial Summit 2019 oleh @idntimes.  Berbeda dari summit lainnya, menurut saya yang sangat menarik dari acara ini  (sehingga saya bela-belain datang) adalah keberagaman topik yang dibahas & peluncuran report Millennials (IMR 2019, maksudnya).  Para pembicaranya pun banyak sekelas menteri dan kepala daerah yang forward thinking (salut buat mbak @unilubis_id, @winstonutomo dan @williamputrautomo).”

Tidak biasanya Vera menulis caption cukup panjang tentang IMS 2019.

“Walaupun topiknya melingkupi banyak aspek seperti fintech, politik, kuliner, e-commerce, namun yang paling joss memang hari gini ngomongin negara ya, apalagi jelang pilpres. Anyway, berapa banyak sih millennial yang peduli politik dalam negeri? Ternyata insight dari Millennial Report hanya menunjukkan angka kurang dari 25%.  Padahal masa depan negara ini ada di tangan mereka, shg apabila mereka paham dan peduli isu-isu nasional, suara lantang mereka pasti akan sangat berpengaruh thdp pergerakan berbagai kebijakan ke arah yang lebih baik.  Sebaliknya, jika mereka tetap apatis dan kurang peduli, kita gak bakal bisa melangkah jauh. “

Masih panjang lagi. Komentar baik kami dapatkan dari beragam pihak, termasuk para pembicara.  Bupati Banyuwangi Azwar Anas yang sesinya kami majukan satu jam ke Pukul 08.30 wib, kagum karena saat dia tiba di tempat acara, sekitar Pukul 08.00 wib, antrian peserta sudah mengular di lantai 11 Mal Grand Indonesia.

 

View this post on Instagram

 

Keseruan Sabtu pagi ini adalah menghadiri Indonesia Millennial Summit 2019 oleh @idntimes . Berbeda dr summit lainnya, menurut saya yg sangat menarik dr acara ini (shg saya bela-belain dateng) adalah keberagaman topik yg dibahas & peluncuran report Millennials. Para pembicaranya pun banyak sekelas menteri & kepala daerah yang forward thinking (salut buat mbak @unilubis_id @winstonutomo @williamputrautomo ). . . Walaupun topiknya melingkupi banyak aspek seperti fintech, politik, kuliner, & e-commerce, namun yg paling joss emang hari gini ngomongin negara ya, apalagi jelang pilpres. Anyway brp banyak sih millennials yg peduli politik dalam negeri? Ternyata insight dari Millennials Report hny menunjukkan angka < 25%. Padahal masa depan negara ini ada di tangan mereka, shg apabila mereka paham & peduli isu2 nasional, suara lantang mereka pastinya akan sangat berpengaruh thd pergerakan berbagai kebijakan ke arah yg lbh baik. Sebaliknya jk mereka tetap apatis & kurang peduli, kita gak bakal bs melangkah jauh. . . Saya ingat jaman dulu, sempat anak2 muda sulit berkumpul & berorganisasi. Critical thinking & empati sosial diredam agar tidak mendisrupsi jalannya pemerintahan. Akibatnya, kita semua tau selama beberapa dekade, kultur KKN mengakar sangat kuat (disadari atau tidak disadari baik oleh oknum maupun masyarakat). . . Jadi buat millennials jaman now, manfaatkan sebesar2nya kesempatan kebebasan berpendapat yg terbentang luas. Tapi inget, freedom of speech comes with big responsibility. Speak up wisely, with a good content, and with the best intention (jgn asal nyablak ya guys). . . Caranya gimana? Pertama, banyak baca, termasuk tentang sejarah Indonesia. Our history shapes where we are now. To some extents you’ll only understand why things happen now if you learn the journey from the past. Kedua, buka mata buka hati seluas-luasnya. Banyak2 lah nyimak dan mendengar (listen, not only hear). Be open minded, terbuka terhadap berbagai argumen, respect differences, look from both sides, if not many sides. Jangan mudah percaya & terpancing. Terakhir, digest all the knowledge, take your stand, share your voice. Open for feedback. Learn again. Repeat this cycle continuously.

A post shared by Vera Makki (@vera_makki) on

Memasuki tahun keduanya, Indonesia Millennial Summit 2020 akan menyajikan tema yang kian beragam, dan tambahan subtema yang aktual. Bakal ada kejutan. Asyiknya bekerja di usaha rintisan (startup), seperti IDN Media, adalah kesempatan eksekusi ide-ide. Kalau layak, segera dieksekusi.  Just Do It.  Ide menerbitkan Koran IDN Times, misalnya, praktis hanya butuh 3 mingguan untuk dieksekusi sejak muncul dalam One on One  dengan Winston.  Kolaborasi dan kerjasama antar divisi menjadi kunci implementasi.

Dari IMS 2019 dengan IMR 2019, lahir  IDN Research Institute.  Lembaga ini akan menggarap IMR 2020 bekerjasama dengan pihak mitra yang kompeten, selain menerbitkan hasil survei secara berkala.  Salah satunya, yang sudah dipublikasikan adalah Survei bersama IDN Times Tentang Toleransi  di Mata Millennial.

Indonesia Millennial Report  2020 juga akan menggali informasi  di kalangan millennial yang sedang aktual di masyarakat.  Bagaimana persisnya, tunggu saja ya.  Untuk pembicara dan peserta, tentu kami ingin tetap menjaga kualitas yang minimal sama dengan IMS 2019.

Jumat dan Sabtu (6-7 September 2019), IDN Times akan menyelenggarakan Indonesia Writers Festival 2019.  Kali ini bekerjasama dengan Universitas Multimedia Nusantara, di kawasan Serpong, Kabupaten Tangerang. Sampai hari ini ada 30-an pembicara yang sudah menyatakan kesediaannya untuk hadir mengisi lebih dari 20 sesi talkshow, workshop, movie screening dan music performance.  Informasinya bisa dimonitor di akun Instagram Indonesia.Writers.Festival.  Datang deh.  Seru!

Soal IWF 2019, saya akan menulisnya di kesempatan berikut.

Baca juga : My Story at IDN Times, Media  for Millennial and Gen Z 

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 4 / 5. Vote count: 4

No votes so far! Be the first to rate this post.

Previous post
Tambang Emas di Saku Anda
Next post
Dari Ijen, Banyuwangi Lahir Indonesia Writers Festival by IDN Times

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *