6 Catatan Saya dari COP 21 di Paris
Menuju 2 derajat celsius atau 1,5 derajat celcius? Sikap Indonesia dan pengaruh Paris Attacks
PARIS, Prancis – Pertemuan antara para pihak (conference of parties) COP 21, mendekati akhir. Sabtu, 12 Desember, sekitar Pukul 09.00 waktu setempat (sekitar Pukul 03.00 WIB), Presiden COP 21, Menteri Luar Negeri Perancis, Laurent Fabius, akan menyampaikan draft final Kesepakatan Paris.
“Saya optimistis, draft akan diadopsi oleh peserta,” kata Fabius, Jumat malam di area COP 21 di kawasan Le Bourget, di sebelah utara kota Paris. Sekretaris Jendral Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-Moon menunjukkan optimisme yang sama.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar yang mengikuti acara sejak sebelum pembukaan, sempat kembali ke tanah air selama dua hari untuk mengikuti kegiatan bersama Presiden. Tiga hari terakhir perundingan, Siti bergabung kembali dan dua hari berturut-turut melewatkan waktu sampai pagi hari untuk menegosiasikan kepentingan Indonesia.
Saya meliput COP 21 di Paris, sejak awal, dan mencatat beberapa hal yang menurut saya penting, termasuk perkembangan terkini. COP Paris bukan COP yang pertama buat saya, dan saya termasuk yang berharap COP 21 sukses.
Lelah juga meliput COP yang berujung kegagalan dan cuma buang duit besar untuk penyelenggaraan, termasuk biaya delegasi Indonesia.
Menjelang akhir COP yang dianggap sebagai penentu masa depan bumi dan seisinya ini, berikut hal penting terkait COP 21 Paris.
1. Tujuan dari COP 21
Tujuan dari COP 21 sendiri adalah mencapai kesepakatan global untuk memangkas emisi karbon gas rumah kaca pasca2020 dan menyetujui skema pendanaan untuk membantu negara miskin mengatasi dampak perubahan iklim.
Dalam teks terbaru Kesepakatan Paris, negara anggota mengerucut kepada pilihan kedua, yaitu menyetujui ambang suhu di bawah 2 derajat celcius mengarah dengan cepat ke arah 1,5 derajat celcius.
“Indonesia memilih itu dengan menggarisbawahi perlunya upaya terbaik dalam hal peningkatan mekanisme MRV (Measuring, Reporting, Verification), pengelolaan, kerjasama dan enabling actions,” kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar kepada Rappler, Jumat siang waktu Paris.
Dalam draft teks terakhir, artikel 2, tercantum bahwa:
The purpose of this Agreement is to further implement the objective of the Convention, as set out in its Article 2 through enhance action, cooperation and support, in the context of sustainable development and effort to eradicate poverty, as so as to:
(a) Hold the increase in the global average temperature to well below 2 C degree above pre-industrial levels and to pursue effort to limit the temperature increase to 1,5 C degree, recognizing that this would significantly reduce risk and impacts of climate change;
(b) Increase the ability to adapt to the adverse impacts of climate change and foster climate resilience and low green house gas emissions development, in a manner that does not threaten food production;
(c) Make finance flows consistent with a pathway towards such low green house gas emissions and climate resilient development.
This Agreement (will be implemented on the basis of) (reflect) equity and common but differentiated responsibilities, and respective capabilities, in the light of different national circumstances.
Siti Nurbaya mengatakan, perkembangan dua hari terakhir negosiasi yang berlangsung sampai pukul 6 pagi, negara maju sudah mau mengambil posisi memimpin dalam hal aspek pendanaan, dengan mengharapkan bersama-sama negara lain.
“Dukungan spesifik disebutkan akan diberikan kepada negara belum berkembangleast developed, dan negara kepulauan kecil, atau small islands countries,” kata Siti. Dalam negosiasi beberapa kali disebutkan permintaan perhatian khusus untuk Afrika.
“Indonesia berada pada kelompok negara berkembang atau developing countries, dan kelihatannya dipertimbangkan berada di barisan terdepan dalam kelompok ini,” ujar Siti.
2. Siapa saja terlibat dalam negosiasi?
Sebanyak 195 negara hadir di COP 21, 150 di antaranya diwakili langsung kepala pemerintahan, termasuk Presiden AS, Barack Obama, Presiden Tiongkok Xi Jinping, Perdana Menteri India Narendra Modi. Ketiga negara ini adalah produsen polusi emisi karbon terbesar di dunia.
Perdana Menteri Inggris, David Cameron dan Presiden Indonesia Joko “Jokowi” Widodo juga hadir dan memberikan sambutan singkat dalam forum pemimpin COP.
Lalu, terdapat 50.000 orang mengikuti COP 21 yang berlangsung sejak 30 November sampai 12 Desember 2015 (dari rencana berakhir 11 Desember). Dari total yang hadir, 25.000 orang di antaranya adalah delegasi. Dari Indonesia jumlah delegasi 412 orang, termasuk 60-an negosiator.
COP 21 diharapkan mencapai Kesepakatan yang secara hukum mengikat anggotanya (legally binding). Jika ini terjadi, maka akan menjadi kespakatan yang legally binding pertama dalam dua dekade terakhir.
COP 21 berlangsung dalam bayang-bayang pengalaman kegagalan COP 15 di Kopenhagen, tahun 2009. Saat itu kehadiran Presiden Barack Obama gagal meyakinkan Tiongkok yang didukung India untuk mencapai kesepakatan. Anggapan dunia saat itu, Tiongkok menggagalkan COP 15.
Saya meliput COP 15 di Kopenhagen bersama rombongan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sejak awal Indonesia sudah antisipasi kegagalan COP 15 karena lemahnya kepemimpinan tuan rumah, Denmark, dan sikap keras-kepala Tiongkok, ditambah lagi sikap negara maju yang tak mau memimpin upaya penurunan emisi karbon.
3. Apakah COP 21 penting bagi hidup dan masa depan kita?
Al Gore, pemenang Nobel Perdamaian 2007 bersama Intergovernmental Panel on Climate Change mengatakan bahwa COP 21 sangat penting, dan menentukan masa depan, karena itu kita harus berubah. Menurut dia, kemauan untuk berubah itu sendiri adalah sumberdaya terbarukan.
Presiden Barack Obama menganggap Kesepakatan Paris sangat penting. “Generasi mendatang akan melihat apa yang kita lakukan di sini,” kata Obama dalam pidato di forum pemimpin COP 21.
Dalam pidato, Obama menceritakan, kunjungan ke Malaysia, sepekan sebelum COP 21. Saat melakukan pertemuan dengan kelompok orang muda di sana, pertanyaan pertama yang diterima dari seorang perempuan dari Indonesia, bukan soal ancaman teroris, bukan soal ekonomi, juga bukan soal isu hak asasi manusia.
“Pertanyaan anak muda itu tentang perubahan iklim, dan dia menanyakan kepada saya apakah saya optimistis tentang apa yang kita akan capai di sini, di Paris, dan apa yang bisa dilakukan anak muda seperti dia untuk membantu,” tutur Obama.
“Perbaiki atau hancurkan,” itu pesan kuat dari Paus Fransiskus saat berkunjung ke Kenya, sepekan menjelang berlangsungnya COP 21.
Paus adalah pendukung kuat Kesepakatan Paris yang berani dan ambisius, karena momennya tidak boleh lewat. Kesepakatan Paris adalah soal masa depan planet bumi dan kemanusiaan.
Apa yang disepakati di Paris hari ini memang belum akan efektif dirasakan segera. Tapi, kesepakatan itu akan menjadi fondasi di semua lini kegiatan manusia. Jenis bahan bakar apa yang akan kita gunakan untuk transportasi misalnya, berpijak kepada kesepakatan Paris.
Energi yang kita akan gunakan, juga merujuk pada target emisi dalam kesepakatan Paris. Indonesia, sebagaimana disampaikan Presiden Jokowi dalam pidatonya, berkomitmen mencapai 23 persen energi terbarukan dalam kebijakan bauran energinya.
COP 21 juga makin menegaskan pentingnya peran publik dan dunia usaha untuk menurunkan emisi global. “Dunia swasta yang bisa membuat kegiatan penurunan emisi menjadi skala besar. Tanpa investor dan sektor keuangan, penurunan emisi yang disepakati di Paris tidak akan tercapai,” kata Achim Steiner, direktur eksekutif UN Environmental Program, saat diskusi di Paviliun Indonesia (8/12).
Perdana Menteri Tuvalu Enele Sopoaga mengatakan, ketika terjadi perdebatan mengenai berapa sebaiknya ambang batas maksimal suhu bumi dan siapa yang paling bertanggungjawab untuk menanggung biaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di negara miskin, “sebagian dari daratan di kepulauan kecil yang kami huni sudah direndam air laut.”
Indonesia, dengan 17.000 pulau, juga memiliki pulau-pulau yang setiap saat bisa hilang ketika terjadi peningkatan suhu air laut karena pemanasan global. Itu sebabnya, sejak awal semangat bersama mereka yang tinggal di kepulauan kecil seperti Tuvalu harus menjadi kepedulian Indonesia juga. Negeri kepulauan kecil di COP 21 mendesakkan ambang batas 1,5 derajat Celsius.
4. Pengaruh dari Paris Attacks terhadap COP 21
Di seluruh kota Paris penjagaan lumayan ketat. Di tempat ramai seperti sepanjang jalan utama Paris, Champs-Elysees, seratusan tentara bersenjata lengkap secara rutin berpatroli.
Di area COP 21 di komplek ekspo Le Bourget, penjagaan ketat, tapi tidak membuat suasana tegang. Sebenarnya situasi terlihat normal. Dalam setiap pertemuan yang melibatkan kehadiran kepala negara, terutama AS, maka penjagaan di lokasi acara pasti lebih ketat.
Kehadiran 150 kepala pemerintahan di COP 21 tak lain karena dampak serangan teroris pada 13 November 2015. Dunia ingin menunjukkan solidaritasnya kepada tuan rumah COP 21 seraya menunjukkan sikap “Meme Pas Peur”, kami tidak takut, sebagaimana tercantum di dinding Place de la Republique.
Di sisi lain, serangan teroris dianggap sebagai penambah semangat agar Kesepakatan Paris dicapai. AS dan Tiongkok sebagai dua negara kunci yang bisa menghambat kesepakatan, menyadari hal itu. Jumat, 11 Desember media memberitakan bahwa Obama dan Xi Jinping berbicara melalui sambungan telepon untuk mencari titik temu atas perbedaan yang masih ada.
Situs www.parisagreement.org yang menyediakan platform bagi media untuk memonitor perkembangan kesepakatan, mencatat bahwa Jumat malam, tinggal 48 kata dan atau kalimat yang masih diberi tanda kurung karena belum mencapai kata sepakat. Sehari sebelumnya jumlahnya 361, dari 1.609 pada 30 November ketika COP 21 dimulai.
5. Apa yang menarik dan unik dari COP 21?
Banyak. Kehadiran para selebriti yang dianggap duta lingkungan hidup dan perubahan iklim selalu menarik. Di COP 21 hadir aktor Leonardo Di Caprio, Alex Baldwin sampai Sean Pean.
Yang menonjol menurut saya adalah kesadaran menurunkan penggunaan kertas sebagai bahan promosi dan kampanye terkait negara, organisasi maupun perusahaan. Paviliun Tiongkok mengenalkan Vanke, robot yang bisa menjawab jadwal acara dan menghitung jejak karbon dari negara asal.
Paviliun Indonesia dan sejumlah paviliun lain memanfaatkan TV plasma dan layar digital, serta situs dan aplikasi telepon seluler untuk menginformasikan jadwal acara. Pavilun Jerman membagi kartu pos dengan akses tanda bar untuk masuk ke situs mereka.
Perusahaan seperti Arsari Grup dan Kelompok Artha Graha membagikan flash-disk untuk informasi kegiatan dan perusahaan. Paviliun Korea Selatan dan panitia COP 2 membagikan tabung minuman yang ramah lingkungan.
Ada mobil hibrida yang disewakan, pohon energi, sampai stasiun pengisian batere telepon seluler bertenaga kayuh, hingga bis bolak-balik yang ramah lingkungan.
Secara umum, COP 21 adalah kegiatan yang menyenangkan dengan fasilitas yang lengkap termasuk bagi media.
Bahkan Paviliun Indonesia di COP 21 menunjukkan perbaikan, terutama dari sisi pembicara yang kali ini menghadirkan pembicara internasional seperti Susilo Bambang Yudhoyono, Al Gore, Jeffrey D. Sachs, sampai menteri dari negara mitra seperti Menteri Luar Negeri Australia dan Menteri Perdagangan dan Perubahan Iklim Selandia Baru Tim Groser.
“Al Gore tidak dibayar se sen pun untuk berbicara di paviliun Indonesia,” kata Amanda Katili, staf di kantor utusan khusus Presiden untuk Perubahan Iklim. Biasanya biaya mengundang Al Gore berbicara tak kurang dari 250 ribu dolar AS.
6. Perbedaan yang masih mengganjal
Mulai dari ambang batas suhu, tanggung jawab pendanaan dari negara maju bagi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di negara miskin, soal kewajiban dalam skema loss and damage, selalu menjadi isu diferensiasi. Ini yang harus diputuskan sampai Jumat malam. Bagi Indonesia, prinsip common but differentiated responsibilities dan respective capabilities menjadi panduan dalam negosiasi.
Menurut ketua delegasi Indonesia Menteri Siti Nurbaya, dalam hal transparansi disepakati proses yang transparan dalam hal penghitungan dan rincian sumber emisi dan rencana pengurangannya dengan metode yg transparan dan efektif.
“Indonesia dalam posisi untuk mempertahankan program REDD+,” kata dia.
Jika Anda tertarik mengikuti perkembangan sejak awal berlangsungnya COP 21, simak LIVE Blog saya dari Paris di sini.
No Comment