Mossad (3): Tersungkur di Pelukan Selingkuhan
Imam Mughniyeh. Foto: respectdiscussion.com
KEJUTAN itu betul-betul datang dari Berlin, kota yang pernah menjadi ibukota Jerman Timur. Agen Mossad di kota itu, Reuven, bertemu dengan seorang informannya, penduduk asli Berlin. Si informan mendapat kabar bahwa Imam Mughniyeh baru saja mengoperasi plastik wajahnya,
Operasi itu berlangsung di sebuah klinik yang dulu dikelola Stasi, lembaga intelijen Jerman Timur. Ini memang klinik yang terkenal. Tak hanya piawai mengubah permukaan wajah, melainkan bentuk tulang. Di masa lalu, klinik itu dipakai untuk mempersiapkan agen yang dikirim ke barat.
Melalui negosiasi alot, Reuven bisa mendapatkan file berisi 34 foto terbaru Imam Mughniyeh. Mossad membayar cukup mahal.
Kepala Mossad, Meir Dagan, memerintahkan anak buahnya untuk menganalisa foto yang didapat. Tulang rahang Imam Mughniyeh di bagian bawah dipotong, untuk memberi kesan wajahnya lebih sempit. Beberapa gigi depan dicopot, diganti yang lebih kecil. Bagian mata juga dibuat lebih sempit. Kaca mata diganti dengan contact lens. Perubahan identitas dikompliti dengan mengganti warna rambut.
Foto profil Imam Mughniyeh yang dimiliki agen Mossad selama ini sama sekali tak berguna lagi.
Mossad pun merencanakan pembunuhan terhadap Imam Mughniyeh. Tak mungkin membunuhnya di negara Barat, karena ia hampir tak pernah berkunjung ke Barat. Wilayah lawatannya hanya negara-negara Timur Tengah yang jadi musuh Israel, terutama Iran dan Suriah.
Bekas Kepala Mossad, Meir Dagan. Foto: Jerusalempost.com.
Meir Dagan memerintahkan orang-orang terbaiknya untuk merumuskan aksi pembunuhan Imam Mughniyeh. Dari diskusi di kantor pusat Mossad, diketahui kemungkinan besar si buron akan berkunjung ke Damaskus pada 12 Februari 2008. Hari itu ada perayaan Revolusi Iran. Pejabat intelijen Iran dan Suriah juga hadir.
Setelah dipastikan bahwa Imam Mughniyeh bakal datang, sebuah pertanyaan lain muncul: ia akan datang dengan identitas apa, siapa yang akan menemani, jam berapa ia bertemu pejabat Suriah, kapan? Masih banyak pertanyaan lain yang harus dijawab intel Mossad, sebelum mereka merumuskan aksi.
Beruntung agen Mossad di Damaskus bekerja serius. Mereka mendapatkan informasi mengenai kendaraan apa yang bakal dipakai Imam. Bahkan mereka menanamkan peralatan penjejak ke mobil yang diduga bakal Imam Mughniyeh dan para pemimpin Hezbollah.
Agen pilihan Mossad dari unit operasi Kidon tiba di Damaskus dengan membawa peralatan pembunuh. Mereka membawa bahan peledak, untuk menghancurkan mobil yang bakal dikendarai Imam Mughniyeh.
Para agen Mossad mendapat informasi penting di saat-saat terakhir: Imam Mughniyeh memiliki selingkuhan di Damaskus. Ia selalu mengunjunginya, ketika berkunjung ke Damaskus, sendirian, tanpa membawa pengawal. Imam Mughniyeh bertemu selingkuhannya itu biasanya di sebuah apartemen rahasia, yang disiapkan Nihad Haidar, si perempuan cantik itu.
Untuk menguber Imam, anggota Mossad didatangkan. Satu orang dari Paris, dengan pesawat Air France. Orang kedua datang dari Milan, Italia, dengan pesawat Alitalia. Agen ketiga terbang dari Amman dengan Royal Jordan. Dua orang menyamar sebagai pedagang mobil, dan agen ketiga mengaku sebagai pengusaha biro perjalanan.
Selepas dari bandara, mereka berputar-putar lebih dahulu, untuk memastikan bahwa situasi aman. Mereka baru berkumpul setelah yakin tak ada yang membuntuti.
Di sebuah garasi tertutup, mereka meramu bom, untuk ditanamkan pada sebuah the best online blackjack mobil yang disewa. Bom berdaya ledak tinggi itu ditaruh di peralatan radio.
Sebuah tim Mossad lainnya mengawasi kedatangan Imam Mughniyeh dari Beirut. Apartemen yang diperkirakan bakal jadi tempat bertemu Imam dengan selingkuhannya, dipantau dari dekat. Tim ini membuntuti terus-menerus si target. Mereka juga memastikan bahwa Imam hadir dalam pertemuan di Kfar Soussa –ejaan lain menuliskannya sebagai Kafar Soussah.
Di kawasan elite yang terletak di jantung Damskus itu, Imam Mughniyeh rencananya bertemu Jenderal Muhammad Suleiman, tangan kanan Presiden Bashar al Assad, dan Duta Besar Iran yang baru. Jenderal Muhammad Suleiman adalah kawan dekat Presiden Assad.
Jenderal Muhammad Suleiman. Foto: penguinsix.com
Suleiman dipercaya Presiden Assad mengurusi proyek nuklir, urusan dengan Iran, dan berbagai proyek pribadinya. Enam bulan kemudian ia tewas, ditembak tepat di jidatnya di peristirahatannya di kawasan pantai. Ketika itu, Suleiman tengah duduk di meja makan menghadap pantai. Di kanan kirinya para tamu penting yang juga kawan dekatnya. Adalah agen Mossad yang menembaknya, dari tengah laut.
****
Si agen mengawasi dengan mata lekat apartemen tempat Imam Mughniyeh akan bersua Niha, si selingkuhan. Siang itu, seperti mereka harapkan, si sasaran menyelinap ke apartemen. Ia bersua kekasihnya hingga sore hari.
Sore itu, si agen melaporkan bahwa Imam Mughniyeh meninggalkan apartemen, menuju lokasi kedua. Seorang agen Mossad yang lain membuntutinya terus-menerus, dan melaporkan pergerakannya ke kantor pusat.
Agen Mossad yang lain sudah memarkir mobil yang diisi bom peledak, ke dekat tempat yang diperkirakan bakal menjadi lokasi Imam Mughniyeh menempatkan mobilnya selama ia bertemu dengan Jenderal Suleiman dan Duta Besar Iran. Si agen bergegas menuju bandara, begitu selesai memarkir mobilnya.
Sensor elektronik terus-menerus mengikuti pergerakan Mitsubishi Pajero yang dikendarai Imam Mughniyeh.
Semua berjalan sesuai rencana. Imam memarkir mobilnya di lokasi yang diperkirakan agen Mossad.
Jam 22.40, Imam Mughniyeh membuka pintu mobilnya. Ia turun, menutup pintu, dan melangkah. Pada saat itulah, sebuah mobil yang penuh bom meledak hebat. Bum… Goncangannya mengoyak keheningan malam Damaskus.
Imam Mughniyeh tewas. Damaskus berduka. Baru beberapa bulan sebelumnya reaktor nuklirnya diluluhlantakkan oleh Israel. Kini, duka lainnya menimpa.
Mossad memang sengaja memburu Imam Mughniyeh di Damaskus. Lembaga telik sandi ini ingin mengirim pesan: tak ada tempat yang aman bagi musuh Israel, sekalipun itu di jantung negara lawan.
***
Pada November 2008, enam bulan setelah tewasnya Imam Mughniyeh, pemerintah Lebanon mengumumkan telah membongkar jaringan intelijen Mossad. Ali Jarrah, 50 tahun, penduduk Lembah Bekaa, telah bekerja sebagai mata-mata Mossad selama 20 tahun. Ia mendapat upah US$ 7.000 sebulan.
Beberapa hari menjelang tewasnya Imam Mughniyeh, Ali Jarrah pergi ke Kafar Sousah, Damaskus. Ia diperlengkapi berbagai peralatan untuk memata-matai sasaran. Di antaranya: peralatan navigasi GPS, kamera, serta antena untuk berkomunikasi dengan agen Mossad.
Ali Jarrah mengakui bahwa apa yang ia lakukan adalah atas perintah Mossad.
Hezbollah berkali-kali menyebut bahwa, ”Mossad ada di balik tewasnya sang martir, Imam Mughniyeh, yang wafat sebagai sahid.”
Tapi Mossad tak mengakui keterlibatannya dalam operasi yang menewaskan Imam Mughniyeh.
Itu memang standar operasi intelijen: tak pernah mengakui atas aksi yang pernah dilakukannya.
4 Comments
Ih…. PEMIMPIN YG “KATANYA BERMORAL” TERNYATA MALAH PUNYA SELINGKUHAN, SUNGGUH MENJIJIKKAN DAN PANTAS DIBASMI, SYETAN….
Ih…. PEMIMPIN YG “KATANYA BERMORAL” TERNYATA MALAH PUNYA SELINGKUHAN, SUNGGUH MENJIJIKKAN DAN PANTAS DIBASMI, SYETAN….
sudah nyata2 doyan selingkung/tukang kimpoi kok malah dibilang martyr, dasar negara edhan!! (n)
sudah nyata2 doyan selingkung/tukang kimpoi kok malah dibilang martyr, dasar negara edhan!! (n)