HomeInspirasiMENGUNJUNGI GIANT PANDA DI CHENGDU

MENGUNJUNGI GIANT PANDA DI CHENGDU

 

Mei Lan, WWF Global Ambassador
Mei Lan, WWF Global Ambassador

Mei Lan, asyik menggigiti batang bambu.  Giant Panda yang lahir tahun 2006 di Kebun Binatang Atlanta, Amerika Serikat itu, nampak ‘cuek’  terhadap sejumlah turis yang Sabtu pekan lalu mencoba mendapatkan sudut foto terbaik. Repotnya, posisi duduknya membelakangi pengunjung. Saat berusia tiga tahun, Mei Lan dikembalikan ke  Giant Panda Base Research and Breeding di Chengdu, ibukota Propinsi Sichuan, bagian barat Cina.  Pusat pengembangan Giant Panda ini terletak sekitar 10 kilometer dari pusat kota Chengdu.  Selain ruang terbuka hijau yang rimbun dengan tanaman bambu dan tanaman lain, ada Museum Giant Panda serta Pusat Sains dan Riset Giant Panda di area seluas hampir 200 hektar ini.

Mei Lan adalah Giant Panda selebritas.  Ia tercatat sebagai duta besar World Wildlife Fund (WWF).   Saat lahir, dia diberi nama Mei Lan, atau “Atlanta Beauty” karena dikira berkelamin betina.  Belakangan, setelah berumur beberapa bulan ditemukan tanda di alat genitalnya, bahwa Mei Lan berkelamin jantan.  Pengelola Kebun Binatang memutuskan tidak mengganti namanya dengan nama “lelaki”.  Giant Panda, atau selanjutnya kita sebut Panda adalah hewan semacam beruang yang asli dari hutan di pegunungan bagian Barat Cina. Ciri khasnya adalah  lingkaran hitam di seputar matanya, di telinga, di bagian badannya terutama lengan dan paha.

Mei Lan jadi buah bibir dunia saat menjadi duta besar global untuk Earth Hour tahun 2010, yang berlangsung pada 27 Maret.  Saat itu, semua penduduk di dunia diharapkan mematikan listrik selama satu jam mulai Pukul 20.30.   Chengdu, kota pertama di Cina yang mendukung Earth Hour menunjuk Mei Lan sebagai duta.  Penunjukan itu menandai tugas diplomatik pertama Mei Lan, berkaitan dengan konservasi alam.  Giant Panda telah hidup di kawasan Sichuan sejak delapan juta tahun lalu. Chengdu disebut juga sebagai ibukota Giant Panda di dunia.

Seekor Giant Panda di Chengdu Base Research
Seekor Giant Panda di Chengdu Base Research

Bersama jurnalis dari sembilan negara yang menjadi peserta East West Center Journalism Fellowships on Disaster Management and Resiliency, saya berkesempatan menyaksikan polah Mei Lan dan teman-temannya, pekan lalu.  Kunjungan ke Giant Panda Base di Chengdu menjadi agenda trip ke lapangan yang terakhir.  Ini bukan kali pertama saya menikmati kelucuan – dan kecuekan- Panda.  Tahun lalu saya dan anak saya sempat mengunjungi Taipei Zoo di ibukota Taiwan.  Sejumlah Panda menjadi daya tarik utama di sini. Panda di Taipei Zoo adalah bagian dari upaya membangun diplomasi antara Pemerintah Cina profollica dan Taiwan.  Cina sampai kini belum mengakui Taiwan sebagai sebuah negara.

Yang menarik dari kunjungan ke Panda Base di Chengdu adalah kesempatan menyaksikan 14 bayi Panda.  Mereka imut-imut, ada yang baru berusia satu bulan dan masih sulit membuka matanya. Sebenarnya ada 17 bayi Panda yang lahir tahun ini, tiga  tak sanggup bertahan hidup.  Menurut Wang Lin, petugas hubungan masyarakat yang memandu kunjungan kami, di pusat penelitian Giant Panda terbesar di dunia itu kini ada 128 Panda.

Bayi-bayi Panda
Bayi-bayi Panda

Saat lahir, bayi Panda beratnya hanya sekitar tiga ons, dengan penglihatan yang lemah. Proses pembiakan juga sulit, mengingat masa subur betina hanya tiga hari dalam setahun.  Pas masa subur, diperlukan upaya khusus untuk memastikan si betina dibuahi oleh Panda jantan.  Karena tergolong hewan penyendiri, Panda biasanya sulit juga untuk di”kawin”kan.  Mereka sulit bergaul akur antar sesama Panda.  Tahun lalu ada 10Panda yang lahir dari hasil pemeliharaan dan inseminasi di Chengdu Base.  “Kami tengah meneliti kemampuan deteksi ultrasonik pada Panda, sehingga mudah mendeteksi masa subur maupun keadaan kesehatan mereka,” kata James Ayala, salah satu periset asal Amerika Serikat yang saya temui saat berjalan berkeliling di Chengdu Base.

Jinak, tapi penyendiri
Jinak, tapi penyendiri

Meskipun lambang resmi Cina adalah Naga, namun Negeri Tirai Bambu ini juga menggunakan Panda sebagai maskot di panggung global. Panda Jingjing menjadi salah satu dari lima tokoh dalam “Fuwa”, maskot Olimpiade Beijing. Panda tergolong hewan yang perlu dilestarikan karena jumlahnya kian terbatas.  Hewan ini hidup di kawasan pegunungan di bagian Barat Sichuan, juga di propinsi  Shaanxi dan Gansu. Diperkirakan ada 1000 an Panda hidup di habitat liar, 80 persen di Propinsi Sichuan. Sebanyak 300 Panda menghuni sejumlah kebun binatang di berbagai negara termasuk di Giant Panda Base di Chengdu.

Pusat penelitian ini menampung sejumlah Panda dari Wolong Panda Reserve di timur Gunung Qionglai, tiga jam berkendara dari Chengdu ke arah Barat Sichuan.  Saat terjadi Gempa Wenchuan tahun 2008, dilaporkan ada Panda yang luka akibat gempa. Berdiri pada tahun 1963, Wolong National Natural Reserve adalah pusat pembiakan pertama dan menjadi yang terbesar di Cina.  Gempa membuat Wolong Panda Reserve ditutup untuk kunjungan.  Pusat perhatian publik yang datang ke Chengdu, kini ke Giant Panda Base yang menyediakan habitat mirip dengan habitan asli Panda.  Sejak berdiri tahun 1987, Giant Panda Base menjadi salah satu tujuan utama pengunjung ke kota ini.##

 

 

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

Previous post
WOMEN SUPPORTING WOMEN DI PERTEMUAN APEC
Next post
PIDATO BU MARI ELKA PANGESTU DI ANU

6 Comments

  1. October 21, 2013 at 10:02 am — Reply

    Wah..coba kebun binatang di Indonesia punya koleksi Panda. Sepertinya seru juga tuh..

    • October 26, 2013 at 11:44 pm — Reply

      Memang lucu. Tapi temperatur udara di sini kurang cocok nampaknya. Panda hidup di range suhu 5-25 derajat celsius

  2. October 21, 2013 at 10:02 am — Reply

    Wah..coba kebun binatang di Indonesia punya koleksi Panda. Sepertinya seru juga tuh..

    • October 26, 2013 at 11:44 pm — Reply

      Memang lucu. Tapi temperatur udara di sini kurang cocok nampaknya. Panda hidup di range suhu 5-25 derajat celsius

  3. November 24, 2013 at 7:17 am — Reply

    […] Baca selanjutnya… […]

  4. November 24, 2013 at 7:17 am — Reply

    […] Baca selanjutnya… […]

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *