Penurunan Kemiskinan di Indonesia Melambat, Apa BIG IDEAS nya?
Kemarin, Bank Dunia mengadakan Konperensi Big Ideas soal Kemiskinan di Indonesia. Acara menarik, saya berencana untuk hadir, tapi harus menemui tamu dari luar kota. Bank Dunia mengirim siaran pers yang saya sajikan di bawah ini.
Membaca siaran pers ini saya agak terkejut (atau harusnya tidak? karena soal memburuknya koefisien gini sudah jadi diskusi dalam bulan-bulan terakhir).
Harian Kompas hari ini mengutip pernyataan Wakil Presiden Boediono yang hadir di acara itu:
“Ancaman krisis sama sekali tidak bisa dianggap enteng. Lini pertahanan pertama, yaitu perangkat kebijakan makro dan moneter dan perbankan, harus mantap dan responsif,” kata Pak Boediono.
Pak Boediono lantas menjelaskan soal BPJS, perburuan rente yang masih marak, dan perlunya proses pembangunan yang fokusnya pada institusi dan manusia untuk mengatasi masalah ketimpangan.
Kompas juga membuat highlight bahwa tantangan Indonesia tahun 2015 adalah: Kenaikan Suku Bunga di AS, Kondisi Ketidakpastian Global dan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Semuanya faktor eksternal.
Pak Jusul Kalla, Wapres terpilih juga hadir, dan sebagaimana dikutip Kompas, menyampaikan sejumlah solusi (tapi juga menyatakan perlunya identifikasi masalah untuk mengatasi kemiskinan, yakni pendapatan dinaikkan melalui peningkatan produktifitas, melalui penyediaan infrastruktur dan dukungan riset yang ditunjang negara). “Negara punya uang, tapi kerap salah peruntukan. Keuangan pemerintah harus diperbaiki dan pembiayaan diletakkan di tempat yang baik,” kata Pak JK. Ada beberapa poin yang disampaikan Pak JK. Nothing new dari sisi ide. Bagaimana eksekusinya itu yang menarik kita tunggu.
Membaca siaran pers Bank Dunia di bawah ini, solusi yang ditawarkan adalah meningkatkan program jaring pengaman sosial. Nggak baru juga. Setiap kali kenaikan harga BBM untuk mengurangi subsidi, kita mendiskusikan jaring pengaman sosial. Pola yang dijalankan sejak krisis moneter dulu.
Menilik judul, dan semua pernyataan yang disajikan ke publik, terus terang saya belum menangkap di mana BIG IDEAS-nya? Mungkin karena saya tidak hadir langsung dan saya tidak melihatnya dalam liputan media.
Bagi saya, semua yang disampaikan Pak Boediono, Bank Dunia, Pak JK, rasanya kog seperti membuka kembali makalah-makalah ekonomi yang membahas kemiskinan belasan or sepuluh tahun lalu ya…
Maksudnya, selain BPJS itu, apa yang baru? Ada yang bisa bantu menjelaskan? Yang hadir?
—–
SIARAN PERS
Penurunan Kemiskinan di Indonesia Melambat, Ketimpangan Meningkat:
World Bank: Tingkat penurunan kemiskinan Tahun 2013 terkecil dalam
satu dekade terakhir
Jakarta, 23 September 2014: Meski penurunan kemiskinan di Indonesia terus melambat, tingkat
penurunannya hanya 0.7 persen untuk tahun 2012-2013 – tingkat penurunan terkecil dalam satu dekade
terakhir, menurut laporan Bank Dunia.
Ketimpangan juga meningkat dalam beberapa tahun terakhir yang berpotensi menciptakan konflik sosial.
Hal ini akan mengurangi manfaat dari tingginya pertumbuhan ekonomi beberapa tahun terakhir,
pertumbuhan yang Meratol pada dasarnya berhasil mengurangi tingkat kemiskinan menjadi 11,3% pada tahun
2014, dibandingkan dengan 24% pada tahun 1999.
Sementara itu, sekitar 68 juta penduduk Indonesia tetap rentan untuk jatuh miskin. Pendapatan mereka
hanya sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan keluarga miskin. Guncangan ekonomi seperti jatuh sakit,
bencana atau kehilangan pekerjaan, dengan mudah dapat membuat mereka kembali jatuh miskin.
Kedua tantangan ini, yakni penurunan kemiskinan yang melambat dan ketimpangan yang meningkat,
menjadi fokus konferensi Bank Dunia yang dihadiri oleh berbagai lapisan masyarakat dan dibuka oleh
Wakil Presiden, Dr. Boediono.
“Mengentaskan kemiskinan dan ketimpangan akan menjadi tantangan paling penting bagi Pemerintah
Indonesia mendatang. Dengan melakukan implementasi kebijakan-kebijakan publik yang efektif, juga
dengan membangun kemitraan dengan sektor swasta dan organisasi masyarakat sipil, Bank Dunia yakin,
Indonesia akan membuat kemajuan yang substansial. Mengentaskan kemiskinan dan berbagi
kesejahteraan merupakan misi Bank Dunia, dan kami akan mendukung pemerintahan baru dalam
mencapai tujuan-tujuan ini, “kata Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia, Rodrigo A.
Chaves.
Meningkatnya ketimpangan juga membuat mereka yang miskin lebih sulit lagi untuk keluar dari
kemiskinan. Koefisien Gini, yang mengukur ketimpangan konsumsi, telah meningkat dari 0,30 pada
tahun 2000, menjadi sekitar 0,41 pada tahun 2013. Kesenjangan antar daerah tetap ada. Indonesia Timur
tertinggal dari wilayah lain di negara ini, terutama Jawa. Akibatnya, meski upaya mengurangi kemiskinan
mengalami kemajuan, Indonesia menjadi salah satu negara dengan peningkatan ketimpangan tercepat di
kawasan Asia Timur.
Ketimpangan merupakan konsekuensi pertumbuhan yang bisa dihindari. Ekonomi negara-negara
berkembang lain berhasil tumbuh sambil tetap berupaya menekan tingkat kemiskinan dan ketimpangan.
“Strategi utama untuk mengentaskan kemiskinan dan mengurangi ketimpangan adalah dengan membantu
masyarakat miskin menolong diri mereka sendiri, melalui penyediaan lebih banyak pekerjaan yang
memberikan penghasilan lebih baik. Kita juga perlu memastikan anak-anak di seluruh Indonesia memiliki
akses yang sama ke layanan yang berkualitas, agar mereka dapat memulai hidupnya secara adil,” menurut
Ekonom Utama Bank Dunia di Indonesia, Vivi Alatas.
Peningkatan anggaran untuk program-program jaring pengaman sosial (social safety net) akan membantu
meningkatkan akses keluarga miskin terhadap layanan kesehatan dan gizi yang lebih baik serta
pendidikan yang berkualitas. Hal ini meningkatkan peluang mereka untuk lepas dari kemiskinan. Saat ini,
Indonesia hanya menghabiskan 0,7% dari PDB (Pendapatan Domestik Bruto) untuk program-program
bantuan sosial, dibandingkan dengan Brasil yang menggunakan 1,5% dari PDB-nya dan negara-negara
berpenghasilan menengah rendah lainnya.
Konferensi ini didukung oleh Pemerintah Australia, mitra Pemerintah Indonesia dan Bank Dunia dalam
mendorong pengentasan kemiskinan dan pembangunan ekonomi secara berkelanjutan.
Untuk informasi lebih lanjut: http://www.worldbank.org/id
Contact:
Dini Sari Djalal, +62 21 5299 3156, ddjalal@worldbank.org
Visit us on Facebook: http://www.facebook.com/worldbank
Be updated via Twitter: http://www.twitter.com/worldbank
For our YouTube channel: http://www.youtube.com/worldbank
No Comment