PERAN SWASTA DALAM KONSERVASI ALAM
#100HariJokowiJK #Hari46
Di COP 20 sejumlah swasta Indonesia mempresentasikan upaya konservasi alam yang mereka lakukan. Belum ada model bisnis yang baku. Juga mekanisme insentif kredit karbon bagi yang melakukannya dengan konsisten.
Maria Edna menjelaskan satu per satu slide presentasi mengenai upaya penyelamatan Harimau Sumatera, Puluhan hadirin di Paviliun Indonesia, di arena COP 20, di Pentagonito, Lima, Peru menyimak dengan seksama. Saya melihat kebanyakan mereka berasal dari negara di kawasan Afrika yang memiliki alam dan fauna mirip dengan Indonesia. COP, Conference Of Parties, adalah pertemuan tahunan di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa yang membahas perubahan iklim.
Senin sore (8/12) Maria Edna mewakili Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC) menceritakan apa yang menjadi bagian dari hidupnya sehari-hari, sejak lulus dari Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Ketika menunjukkan gambar Harimau yang tinggal bagian kepala, tukang rangka atau kulitnya, Maria Edna sempat berhenti sejenak. “Anda bisa bayangkan bagaimana perasaan saya dan teman-teman yang hadir di sini, saat kami melihat gambar yang diambil pada 2002 ini. Itulah keadaan saat itu. Kami di TWNC tak ingin perburuan Harimau Sumatera terjadi lagi,” ujar Maria.
Ketika lulus kuliah, cita-cita Maria adalah bekerja di konservasi. TWNC kini seolah “rumah”nya. Setiap pagi sampai petang dia berkeliling menengok sejumlah fauna dan pepohonan di area seluas 50.000 hektar itu. Ada 100-an staf yang bekerja di sana. Sejak 1996, TWNC menjadi bagian dari kegiatan Artha Graha Peduli. Ini kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan yang dilakukan grup usaha yang didirikan Tomy Winata.
Sosok Tomy sering dipandang penuh kontroversi. Di TWNC, Tomy menemukan kecintaannya pada alam dan fauna. Hampir setiap bulan dia berkunjung ke TWNC yang terletak di kawasan Taman Nasional Bukit Barisan, di pesisir Lampung Barat. “Saya punya banyak bisnis, yang jarang saya tengok. Bahkan ada yang belum pernah saya kunjungi. Tapi di TWNC ini saya merasa terpanggil. Saya berharap semua yang ada di sini juga mengurus penyelamatan Harimau Sumatera dan konservasi fauna dan alam di sini dengan hati. Jangan sampai anak cucu kita nanti tidak bisa lagi melihat Harimau Sumatea,” kata Tomy, saat saya mengunjungi TWNC dua pekan lalu.
Kunjungan ke TWNC atas inisiatif saya, setelah mendapat informasi bahwa pusat penyelamatan Harimau Sumatera (Panthera Tigris), ini diundang oleh pihak Dewan Perubahan Iklim dan Kementerian Kehutanan untuk presentasi di COP 20. Saya mempelajari sejumlah dokumentasi pemberitaan media asing atas TWNC.
No Comment