CHARLIE HEBDO DAN TREN KARTUN SATIR 2015
Satir politik kian disorot. Goresan tajam pena kartunis mengundang beragam ancaman. Koran berhenti mempekerjakan mereka dengan alasan ekonomi maupun keamanan. Bagaimana mereka bertahan?
#ParisAttack, lalu kini #ParisAttacks. Serangan berdarah ke kantor redaksi majalah Charlie Hebdo yang menewaskan 12 orang, termasuk pemimpin redaksi media satir itu, pada 7 Januari 2015, mengguncang dunia media. Diprotes keras mereka yang mempromosikan kemerdekaan berekspresi, baik negara, kelompok maupun individu. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengutuk keras serangan teror itu.
Pembantaian di kantor media yang sejatinya bertiras tidak besar, sekitar 30.000, juga menandai babak baru dalam serangan kelompok bersenjata terhadap mereka yang dituding menistakan agama Islam. Padahal kartunis di Charlie Hebdo menggunakan pena sebagai senjata menyajikan kritik yang pedas, gaya satir, kepada agama lain juga, termasuk Kristen dan Yahudi.
Mengenai #CharlieHebdo, silahkan menikmati tulisan @armand_dhani yang dimuat di Rappler Indonesia, ini tautannya (tautan Rappler).
Bagi Perancis, serangan terhadap Charlie Hebdo yang ikut menewaskan pemimpin redaksinya, Stephan “Charb” Charbonnier, adalah teror paling mematikan sejak tahun 1961, ketika terjadi pemboman terhadap stasiun kereta api Vitry-Le-Francois oleh organisasi tentara rahasia.
No Comment