TIGA MENTERI JOKOWI SIKAPI CHARLIE HEBDO
“Yang terjadi di Paris, saat penyerangan terhadap kantor dan redaksi Charli Hebdo, adalah bentrok antara ekstrimis dengan ekstrimis. Ekstrimis Islam dengan ekstrimis kebebasan berekspresi.” Kalimat ini muncul dari Prof. Dien Syamsuddin, Ketua Umum Pengurus Pusat Muhamadiyah.
Awal pekan ini, Senin (19/1), Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi mengajak serta koleganya di kabinet Presiden Joko “Jokowi’ Widodo, yakni Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara untuk memfasilitasi dialog antara media dengan tokoh lintas agama. Formatnya adalah Focus Group Discussion (FGD) degan tema “Kebebasan Berekspresi dan Sensitivitas Agama”. Saya termasuk yang diundang dari kalangan media, karena keterlibatan dalam Global Intermedia Dialogue tahun 2006-2008, pasca heboh kartun Nabi yang dimuat di koran Denmark Jyllands-Posten. Ada juga Endy Bayuni dan Meidyastama Suryodiningrat dari koran The Jakarta Post, Rullah Malik dari Metro TV dan Nasihin Masha dari Republika.
Dari kalangan tokoh agama, selain Dien Syamsuddin hadir juga Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Prof Azyumardi Azra, Ketua Majelis Ulama Indonesia Slamet Effendy Yusuf dan Sekretaris Jendral Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Dr. K.H. Marsudi Syuhud. Ada juga Yenny Wahid dan sejumlah tokoh lintas agama. Dari jajaran Kementerian Luar Negeri hadir wakil menteri luar negeri AM. Fachir yang memimpin diskusi dan pada direktur jendral.
Menlu Retno saat membuka FGD mengatakan, pihaknya ingin mengajak pihak terkait berdialog dan menyamakan persepsi atas sikap Indonesia.
No Comment