HomeUncategorizedLee Kuan Yew, Soeharto dan Krismon 1997-1998

Lee Kuan Yew, Soeharto dan Krismon 1997-1998

Mantan PM Singapura Lee Kuan Yew dan mantan Presiden Soeharto melambaikan tangan pada jurnalis di kediaman Soeharto di Jakarta, 22 Februari 2006. Foto oleh Bagus Indahono/EPA
Mantan PM Singapura Lee Kuan Yew dan mantan Presiden Soeharto melambaikan tangan pada jurnalis di kediaman Soeharto di Jakarta, 22 Februari 2006. Foto oleh Bagus Indahono/EPA

Dalam buku memoarnya, mantan PM Singapura Lee Kuan Yew yang meninggal dunia awal pekan ini membuka kisah keterlibatannya dalam solusi krisis moneter Indonesia jelang kejatuhan Soeharto.

Tak ada yang menduga mata uang Rupiah bakal terimbas krisis. Ketika Bank Sentral Thai berhenti menjaga terus melorotnya nilai Bath pada 2 Juli 1997, dampaknya menular ke seluruh mata uang di kawasan ini. Aksi jual saham dan uang dilakukan para manajer keuangan yang dilanda kepanikan. Untungnya, menteri keuangan Indonesia saat itu meminta bantuan Dana Moneter Internasional (IMF). Sebelum membuat kesepakatan dengan IMF pada akhir 1997, Presiden Soeharto melalui utusannya meminta dukungan Perdana Menteri Goh Chok Tong agar posisi tawar Indonesia di mata IMF meningkat.

Cerita di balik layar penanganan krisis keuangan yang memicu krisis ekonomi di Indonesia tahun 1997-1998 itu dipaparkan Lee Kuan Yew, dalam memoarnya, From Third World To First, The Singapore Story: 1965-2000. Pak Lee, demikian saya menyebut perdana menteri pertama Singapura itu, menuliskan dalam bab berjudul: Indonesia, From Foe to Friend. Senin (23/3), Lee Kuan Yew, pendiri Singapura, dan memerintah negeri Singa itu selama 31 tahun, meninggal dunia dalam usia 91 tahun.

Menurut Lee Kuan Yew, PM Goh (yang menggantikannya sebagai PM periode 1999-2004), membahas permintaan Soeharto dengan Menteri Keuangan Singapura Richard Hu dan dirinya sendiri yang setelah lengser dari jabatan PM, tetap ada di pemerintahan sebagai menteri senior. Kemudian, PM Goh membawa isu itu ke sidang kabinet. “Kami cukup yakin akan situasi Indonesia. Tidak ada defisit besar baik pada transaksi berjalan maupun anggaran. Utang luar negeri sedang dan inflasi cukup rendah,” kata Lee.

Pada situasi itu, Singapura setuju untuk membantu Indonesia sampai angka US$ 5 Miliar dolar, dengan catatan Indonesia sudah menggunakan pinjaman dari IMF, Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia senilai US$ 20 Miliar dolar, juga menggunakan cadangan devisanya sendiri untuk menjaga nilai tukar Rupiah agar tidak terpuruk lebih jauh.

Baca Selengkapnya

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

Previous post
Kisruh Harga Beras Disebabkan Kualitas Data yang Buruk?
Next post
Lee Kuan Yew, Soekarno dan Megawati

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *