Tumbuhnya Sikap Anti-Imigran Muslim di Eropa

Konflik dan situasi ekonomi di negeri asal mendorong arus emigrasi ke negara Eropa. Berkembang sikap anti radikalisme yang celakanya, selalu ditimpakan kepada kaum pendatang Islam.
Tragedi penyerangan ke kantor media Charlie Hebdo di Paris, memunculkan isu yang panas: perlakuan terhadap imigran di negeri tempat lahir prinsip demokrasi itu. Di laman Guardian, saat itu, Nabila Ramdani, menulis artikel berjudul: Charlie Hebdo: Don’t blame this bloodshed on France’s Muslims. Saya kutipkan sebuah paragrafnya,“Sadly, the French capital has been associated with some of the worst barbarism in human history”.
Nabila, jurnalis keturunan imigran dari Aljazair, tinggal di Paris dan lama mengamati perlakuan diskriminasi yang dialami warga imigran. Saya menuliskannya di sini: Charlie Hebdo dan tren kartun satire 2015
Ibarat punya kaki, kekerasan menjalar ke mana-mana, pula memicu sikap anti terhadap kelompok tertentu. Ini yang terjadi saat ini di Eropa.
Di Jerman, aksi protes mencuat di beberapa kota, Senin akhir Maret ini. Aksi ini dimotori sebuah organisasi bernama PEGIDA, Patriotic Europeans Against the Islamisation of the West – Patriot Eropa Melawan Islamisasi Barat. Gerakan itu juga berlawanan dengan titah Kanselir Jerman, Angela Merkel, yang melarang tindakan demo seperti itu karena dia nilai sebagai rasis.
Aksi yang diluncurkan PEGIDA itu berlangsung hampir setiap pekan di Dresden, kota di Jerman bagian timur. Yang ikut demo ini lumayan besar.
No Comment