HomeUncategorizedMembicarakan Kembali Soal Pangan Transgenik

Membicarakan Kembali Soal Pangan Transgenik

Benih GMO dianggap bisa meningkatkan produktivitas pertanian pangan. Isu esensial di tengah isu harga beras mahal dan tekanan mengimpor. Kontroversi keamanan dan perlawanan terhadap Monsanto masih berlanjut.

Petani sedang bertani di desa Gentasari, Cilacap, Jawa Tengah. Foto oleh Romeo Gacad/AFP
Petani sedang bertani di desa Gentasari, Cilacap, Jawa Tengah. Foto oleh Romeo Gacad/AFP

Hari Minggu (30/6) saya belanja ke toko “Co-Op”, di pemukiman kampus Universitas California di Davis. Toko yang dikelola dengan pola koperasi ini mudah ditemui di seanntero Amerika Serikat, pula di negara di Eropa. Konsumen senang berbelanja di situ karena menjual produk organik hasil panen para petani. Di Negeri Paman Sam, petani masuk kelompok penekan (pressure group), dan mereka tergolong maju dalam penerapan teknologi dan menyerap informasi terbaru. Tren konsumsi pangan organik merebak di mana-mana, terutama di kalangan kelas menengah terdidik. Kita melihat tren serupa di Indonesia.

Bahkan di negara maju dengan produsen dan konsumen yang melek informasi, ketakutan akan konsumsi produk non organik, apalagi yang menggunakan benih hasil modifikasi genetik, masih kuat. Pekan lalu, koalisi petani organik di Oregon mengklaim telah mengalahkan Monsanto, raksasa produk pertanian termasuk benih dalam pengadilan yang memutuskan larangan penggunaan benih hasil modifikasi genetik (genetically modified organism) di salah satu kawasan agraris di AS itu. Kemenangan melawan Monsanto, yang identik dengan produksi GMO dianggap penting bagi kelangsungan usaha produk pertanian organik.

Menurut Prof Zuhal, kemampuan melakukan rekayasa di tingkat DNA (deoxyribonucleid acid), yang berkolaborasi dengan kemajuan di bidang biokimia, mikrobiologi dan teknologi informasi memungkinkan teknologi hayati “menciptakan” makhluk hidup baru sesuai keinginan. Ini yang lazim disebut GMO. Lompatan ini terjadi pada tahun 1977, menyusul temuan bahwa rekombinasi DNA dapat dilakukan antar organisme: dari hewan ke tanaman atau sebaliknya, atau bahkan dari organisme lain.

Baca selengkapnya

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

Previous post
Pameo Tikus Mati di Lumbung Padi
Next post
Keamanan Pangan Bukan Sekedar Mengecek Label

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *