Meniru Wiser Eating Ala Michele Obama
Bulan Ramadan momen yang pas untuk mengevaluasi pola konsumsi makanan. Yuk memilih makanan yang lebih sehat.
Alhamdulillah. Saat saya menulis ini, kami sekeluarga baru menikmati buka puasa pertama di Ramadan 1346 H. Menu untuk berbuka biasa saja, sama dengan masakan sehari-hari. Yang membedakan adalah segelas teh manis yang menemani buka puasa, juga minuman segar campuran sari kelapa dan buah rambutan kaleng. Sore tadi saya masak tumis pare, atau sayur paria. Bentuknya mirip timun berbintil kasar di bagian kulit. Sayuran ini masuk dalam family cucurbitaceae dan rasanya pahit. Banyak yang kurang menyukainya. Tapi saya memasukkan diri saya dalam kelompok #parelover.
Saya terbiasa mengkonsumsi paria sejak kecil. Almarhum Ibu saya sering masak tumis atau oseng paria. Rasa pahitnya bagaikan jamu, karena sayuran ini mengandung banyak khasiat. Yang paling terkenal di berbagai negara adalah khasiat paria untuk mengontrol kadar gula darah. Peneliti kesehatan menempatkan sayuran pahit ini sebagai obat alami untuk penyakit diabetes, anti virus, dan anti oksidan. Ketika ayah saya kena diabetes belasan tahun lalu, saya makin paham khasiat paria. Konsumsi sayuran ini jelas memberikan rasa aman dan nyaman ketimbang menelan butiran obat kimia.
Dari Ibu, saya belajar bahwa membiasakan diri makan paria yang rasanya pahit, menyiapkan kita untuk menjalani berbagai situasi kehidupan. Yang tidak selalu manis. Tidak selalu mulus. Tidak selalu di atas. Bisa tergelincir juga. Banyak masalah. Saya selalu teringat ini setiap kali mengkonsumsi paria. Memasaknya. Mau tahu lebih banyak tentang paria? Saya menemukan tautan ini, tentang si pahit yang kaya khasiat.
Mengenali apa yang kita konsumsi, dari bahan apa, apa manfaatnya, menjadi lebih terasa di bulan Ramadan. Di bulan biasa, rasanya hidup berlalu begitu saja, cepat, rutin, tahu-tahu hari berganti. Makan apa saja, baik yang dimasak oleh asisten rumah tangga atau kita beli di warung dan restoran. Keinginan hidup lebih sehat termasuk memilih makanan yang memiliki nutrisi cukup untuk mendukung kesehatan, lebih terasa di bulan Ramadan. Ini buat saya lho. Bagaimana dengan Anda?
Makanan yang sehat bukan hanya sayur dan buah. Tubuh juga perlu nutrisi, lemak dan protein baik hewani maupun nabati. Saya masih menyimpan sepanci tengkleng iga kambing yang saya masak kemarin untuk berbuka besok. Niatnya makan secukupnya, tidak berlebihan. Jangan lupa pakai acar timun dan wortel agar lebih segarJ.
Hari ini saya membaca berita kunjungan Ibu Negara Amerika Serikat, Michele Obama bersama dua putrinya, Sasha dan Malia ke Italia. Di sebuah sekolah AS di Milan, Bu Michele turun—tangan mengiris ayam dan sayuran untuk membuat salad. Ibu Negara tengah menularkan kampanye mari makan dengan bijak alias wiser eating.
Kampanye bijak memilih makanan adalah pengembangan dari program kampanye “Let’s Move” yang dilakukan Michele Obama dalam lima tahun terakhir. Idenya adalah membuat anak-anak makan makanan sehat dan banyak bergerak. Ini dilakukan untuk memerangi kencenderungan anak-anak alami obesitas. Pasangan Presiden Barack Obama dan Michele, serta dua putrinya memang kelihatan fit sih. Michele juga gencar kampanye agar anak mau makan sayur. Dia melakukannya melalui berbagai program televisi yang popular, secara konsisten.
Di Milan, kepada pelajar yang menemaninya membuat salad, dan kepada media tentunya, Michele mengingatkan pentingnya mengetahui bahan makanan yang kita konsumsi. Pentingnya membiasakan makan makanan yang dimasak sendiri (home cooking). Makanan yang dimasak sendiri dan diolah dengan benar, biasanya masih mengandung nutrisi yang cukup. Segar pula.
Di AS, obesitas menjadi problem pelik yang mengkuatirkan. Sepertiga dari penduduk AS, atau lenih dari 76 juta,kelebihan berat badan. Ini terjadi di kalangan dewasa maupun anak. Bayi-bayi pun kelebihan berat badan. Indonesia ada di peringkat ke-10 di dunia yang memiliki penduduk dengan obesitas. Saya masuk satu diantaranya L.
Kurang olahraga dan pola makan, termasuk kebiasaan konsumsi makanan cepat saji menjadi pemicunya. Obesitas rawan mengundang beragam penyakit, mulai dari diabetes, kanker sampai serangan jantung. Kepedulian memilih makanan dan menelisik dari mana bahan makanan menguat dalam sepuluh tahun terakhir. Peduli keamanan pangan (food safety) bukan sekedar mengecek label kedaluarsa.
Jadi, membaca apa yang dilakukan Bu Michele di Milan, rasanya tidak berlebihan kalau kita mulai peduli hal yang sama. Bulan Ramadan bisa menjadi momentum yang tepat. Karena kita ingin menjalaninya dengan sehat, bugar dan tetap ceria. ###
No Comment