Social Good Summit Jakarta 2016: Connecting Today, Creating Tomorrow
Dunia seperti apa yang kamu inginkan pada tahun #2030NOW? Yuk, hadir dan berpartisipasi mencari solusi dan berbagi aspirasi
JAKARTA, Indonesia Tahun 2016 ditandai dengan sejumlah peristiwa penting. Dari layar televisi dan saluran informasi berbasis internet, kita melihat kekerasan terjadi hampir setiap pekan di berbagai belahan dunia.
Ancaman teror menjadi kian sering. Ribuan orang tewas dalam konflik di Suriah. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat jumlah pengungsi tahun ini tertinggi sepanjang sejarah sejak Perang Dunia II, yaitu sekitar 65 juta orang.
Dari media sosial kita mendapatkan sejumlah gambar, foto yang mengenaskan, seperti anak-anak pengungsi yang menambah daftar orang miskin dan lapar.
Di dalam negeri, di Indonesia, ancaman terorisme terjadi sejak awal tahun. Harga pangan beranjak naik. Ancaman kebakaran hutan yang merusak lingkungan dan berbahaya bagi mahkluk hidup terus terjadi.
Dampak perubahan iklim terasa, ketika nyaris sepanjang tahun turun hujan, tetapi sejumlah daerah mengalami kekeringan. Ancaman terhadap kerusakan lingkungan hidup juga muncul dari praktek pembangunan yang meminggirkan rakyat kecil dan masyarakat adat. Mulai dari reklamasi sampai pembangunan pabrik semen, dan pembangunan kawasan wisata yang lebih mementingkan korporasi.
PBB memperkirakan pada akhir 2025, penduduk dunia mencapai sekitar 8 miliar orang. Data fertilitas rata-rata yang dicatat oleh badan PBB untuk populasi menunjukkan pada 2100, populasi dunia mencapai 10,9 miliar. Angka-angka ini saya kutip dari buku The Age of Sustainable Development karya Jeffrey D. Sachs.
Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, datang kebutuhan pangan. Sachs mengatakan, di negara-negara yang pendapatan penduduknya meningkat, ada tren meningkatnya permintaan daging. Saya pikir Indonesia termasuk di sini. Ketika permintaan daging naik, maka permintaan akan pakan ternak mengikuti.
Pada saat bersamaan, ada tantangan lain, yaitu perubahan iklim yang membuat kian sulit untuk mengembangkan tanaman, termasuk pangan di berbagai belahan dunia. Indonesia juga mengalami kekeringan yang panjang, pun banjir yang kini terjadi hampir sepanjang tahun.
Selain itu ada banyak masalah lain, seperti akses pendidikan bagi semua, kesehatan, air Bersih, kota yang berkelanjutan, hingga masih ada ketidakadilan di masyarakat, termasuk isu kesetaraan gender dan perhatian bagi kaum marjinal.
Lagi-lagi, kita mendapatkan informasi itu dari saluran digital, memanfaatkan teknologi komunikasi yang membuat kita mudah mengakses segala peristiwa di dunia, termasuk menjadi saksi sejumlah tragedi kemanusiaan.
Semua peristiwa itu memicu pertanyaan, dunia seperti apa yang kita inginkan di masa depan? Dunia seperti apa yang kita inginkan pada tahun 2030?
Bahkan saat ini pun saya mengharapkan udara dan air bersih, serta pendidikan dan kesehatan bagi anak-anak Indonesia, termasuk anak saya. Bagaimana dengan kalian? Dunia seperti apa yang kalian inginkan 14 tahun dari sekarang?
Tahun lalu, PBB meluncurkan Social Good Summit, atau di Indonesia +Social Good. Acara ini bertujuan untuk menjawab tema global #2030NOW, atau #Saya2030, yang intinya mempertanyakan dunia seperti apa yang saya harapkan 15 tahun ke depan (tahun lalu). Dunia yang memungkinkan generasi muda, anak, dan cucu hidup lebih sejahtera.
Social Good Summit diadakan setiap tahun selama berlangsungnya pekan Sidang Majelis Umum PBB. Peserta adalah para pemimpin komunitas yang dinamis, pesohor di dunia hiburan dan olahraga, penggiat sipil dan kalangan pemuka muda termasuk mahasiswa/i, yang mendiskusikan tantangan terbesar bagi dunia saat ini sampai pencapaian 17 sektor target Sustainable Development Goals (SDGs), mulai dari pemberantasan kemiskinan, pemberantasan dan pencegahan korupsi, perlindungan lingkungan, promosi energi terbarukan sampai sektor pendidikan dan kesehatan (good health and wellbeing).
Semua tujuan ini dapat dilihat di GlobalGoals.org.
Acara tahunan ini digulirkan secara global oleh +SocialGood, sebuah komunitas yang berbagi ide-ide yang mengubah dunia untuk memicu aksi nyata di era media sosial. Teman saya, salah satu pendiri Rappler, Maria Ressa, adalah satu dari lima penasihat global aktivitas ini.
Rappler menjadi mitra Kantor PBB Untuk Program Pembangunan PBB (UNDP) untukSocial Good Summit Indonesia di Jakarta, pada 28 September 2015. Rappler juga menjadi mitra UNDP di Manila, Filipina.
Berikut adalah poin penting dari pemimpin UNDP di Indonesia saat itu, Christophe Bahuet, tentang SDGs:
- #SDGs fokus pada pengurangan kemiskinan, dan juga pengurangan ketimbangan ekonomi di negara sanggat tertingal, dan juga di negara maju dan di negara ekonomi menengah seperti Indonesia.
- #SDGs berupaya menjamin tersedianya pendidikan yang layak bagi anak-anak yang kurang beruntung.
- #SDGs juga menjamin agar semua keluarga memiliki akses air bersih dan sanitasi yang secara otomatis dapat menghentikan tersebarnya penyakit akibat air yang tercemar.
- #Apakah kalian ingin kota Jakarta yang bebas macet dan polusi udara ? SDGs juga menyerukan terbentuknya kota yang humanis dengan infratruktur yang memadai.
- #SDG bukan sebuah mimpi, tetapi SDG bisa menjadi kenyataan bila kita semua mempunyai komitmen melakukan aksi.
Indonesia terlibat secara langsung dalam pembentukan pembangunan SDG. Begitu juga UNDP.
Kami sudah bergelut di bidang pembangunan selama lebih dari 50 tahun. Di Indonesia sendiri kami juga sudah menjadi rekan pembangunan untuk mengatasi isu kemiskinan, memperkuat demokrasi, dan melindungi planet kita, kata Bahuet, pada 28 September tahun lalu.
#2030NOW: Connecting Today, Creating Tomorrow adalah tema Social Good Summit tahun ini.
Rappler kembali menjadi mitra UNDP dalam penyelenggaraan acara yang akan diadakan pada 29 September 2016, sehari penuh di The Warehouse, Lantai 5 Plaza Indonesia, Jakarta Pusat.
Tema tahun ini menantang para pembicara dan partisipan, serta komunitas dunia yang terus bertumbuh untuk mengeksplorasi bagaimana teknologi, media digital, dan kolaborasi antar bidang dan wilayah dapat digunakan untuk menangani masalah terpenting di dunia yang belum dapat dipecahkan, sehingga bermanfaat bagi semua manusia di mana pun berada dan membantu untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi semua.
Setahun setelah peluncuran SDGs, kini tiba saatnya untuk melakukan tindakan nyata, karena waktu yang tersisa untuk mencapai 17 Tujuan Global tinggal 14 tahun.
Sejumlah pembicara kami undang untuk bersama-sama memikirkan bagaimana memberikan solusi atas permasalahan paling penting di dunia, yang juga menjadi masalah di Indonesia, di antaranya adalah:
- Sociopreneur yang menggeluti masalah energi terbarukan, Tri Mumpuni
- Co-founder www.ruangguru.com, Muhamad Iman Usman
- Techpreneur dan bintang film, Christian Sugiono
- Novelis yang mendirikan kelompok belajar untuk usia dini, PAUD 5 Menara,Ahmad Fuad
- SDGs mover, aktor Reza Rahadian
- SDGs mover, entrepreneur Ronald Liem
Kami juga mengundang Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti sebagai pembicara kunci. Pemimpin kantor UNDP di Jakarta Douglas Broderick akan membuka acara.
Rappler dan UNDP mengundang peserta, publik umum, mahasiswa, penggiat komunitas, penggiat sipil, untuk bersama-sama hadir dan mendiskusikan solusi bagi permasalahan penting dunia sebagaimana tercantum dalam SDGs.
Kalian bisa mendaftarkan diri segera di sini. Tempat sangat terbatas.
Kami juga mengundang kalian untuk mulai saat ini berbagi keinginan dan mimpi mengenai Dunia Seperti Apa Yang Kalian Inginkan Terwujud pada tahun 2030 di akun Twitter dengan tagar #2030NOW yang merupakan tagar global, serta tagar #2030Saya.
No Comment