ALUMNI UGM DAN UI DI KABINET JOKOWI
#100HariJokowiJK #Hari7
Perguruan tinggi mana yang paling banyak mendominasi posisi menteri? Saya melakukan riset kecil-kecilan malam ini. Kabinet di Indonesia didominasi alumni segelintir perguruan tinggi.
Menyusul pengumuman Kabinet Kerja oleh Presiden Jokowi, Minggu sore (26/10), muncul berita di Republika Online: Geng Gadjah Mada Mendominasi Kabinet.’ ’Gadjah Mada’’ yang dimaksud adalah Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.
UGM memang cukup menjadi sorotan, karena Presiden Joko Widodo adalah alumni Fakultas Kehutanan UGM angkatan 1980. Dalam Kabinet Kerja, ia merekrut lima tokoh kampus Balairung untuk menjadi menterinya. Mereka adalah Prof. Pratikno, Rektor UGM yang kebetulan usianya hampir sama dengan Pak Jokowi. Pratikno, kelahiran Bojonegoro, Jawa Timur, pada 13 Februari 1962. Adapun Jokowi lahir pada 21 Juni 1961. “Pak Pratikno ini sama seperti saya, anak desa yang ke kota. Ke Jakarta ini maksudnya, “ ujar Jokowi saat menyebutkan nama Menteri Sekretaris Negara.
Alumni UGM lainnya adalah Menteri Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah, Anies Baswedan (alumni Fakultas Ekonomi angkatan 1989), Menteri Luar Negeri Retno Marsudi (alumni Fisip Hubungan Internasional angkatan 1981), dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono (alumni Teknik Geologi UGM, meraih master dan doktor di Colorado State University, Amerika Serikat).
Kalau pendidikan S2 juga dihitung, sebetulnya UGM masih menyumbang satu orang lagi: Menteri Riset dan Teknologi dan Pendidikan Tinggi Profesor Muhammad Nasir. Rektor Universitas Diponegoro ini alumni Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Tapi ia menyelesaikan tingkat master di Fakultas Pascasarjana UGM. Adapun doktornya ia tempuh di University of Science, Malaysia.
Kepala Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan , Prof. Mardiasmo juga dipanggil oleh Presiden Jokowi ke istana. Tetapi namanya tidak diumumkan dalam susunan kabinet yang baru. Ia diberitakan akan menjadi wakil menteri keuangan. Mardiasmo punya gelar cukup panjang. Guru besar Fakultas Ekonomi UGM ini punya gelar: Ak., MBA, Ph.D.
Perguruan tinggi lain yang menyumbang alumni cukup banyak adalah Universitas Indonesia. Menurut catatan saya, jumlahnya sama dengan lulusan UGM, yakni lima orang. Mereka adalah Menteri Kesehatan Prof Dr. Nila Moeloek, Menteri Ketua Bappenas Andrinof Chaniago, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Menteri Keuangan Prof Bambang Brodjonegoro, dan Menteri Koordinator Perekonomian Dr Sofyan Djalil. Jadi kalau ada kalimat ‘’Geng Gadjah Mada Mendominasi Kabinet’’, menurut saya kalimat ini tidak pas. (Update hari ini: Baru dapat informasi kalau Hanif Dhakiri Menteri Ketenagakerjaan juga alumnus UI. Jadi jumlahnya ada enam).
Nila Djuwita Anfasa Moeloek, yang diangkat menjadi menteri kesehatan, pernah hampir menjadi menteri pada masa Kabinet Indonesia Bersatu II. Ketika itu Nila, yang dokter bedah mata, sudah dites psikologi, tapi sayangnya dia tidak jadi diangkat. Istri Farid Anfasa Moeloek, menteri kesehatan pada Kabinet Reformasi Pembangunan ini lalu diangkat sebagai utusan khusus Presiden SBY untuk tujuan pembangunan milenium.
Alumni UI lainnya adalah Bambang Brodjonegoro. Ia sekolah di Fakultas Ekonomi UI dari 1985-1990. Ia meraih master di University of Illinois at Urbana-Champaign, dan meraih gelar doktor bidang tata wilayah dan perkotaan, di University of Illinois at Urbana-Champaign, 1993 – 1997, Ph.D. Prof Bambang menjabat wakil menteri keuangan di era Kabinet Indonesia Bersatu Jilid 2. “Prof Bambang ahli pengelolaan anggaran. Tugas yang berat, tapi saya percaya dia bisa,” kata Presiden Jokowi. Prof Bambang adalah alumni Eisenhower Fellowships.
Andrinof Chaniago, selain alumni UI, juga merupakan urang awak. Ia lahir pada 1962 di Padang, dan dosen Pascasarjana FISIP UI. Adapun Puan, selain merupakan puteri Megawati Soekarnoputri, adalah juga sarjana ilmu komunikasi FISIP UI. Puan merupakan menteri koordinator yang paling muda. Umurnya 41 tahun. Bandingkan dengan Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Laksamana (purnawirawan) Tedjo Edhy Purdijatno, yang kini usianya 62 tahun. Tedjo Edhy bergabung dengan Partai Nasional Demokrat sebagai dewan penasihat.
Sofyan Djalil, putera Aceh yang diangkat sebagai menteri koordinator perekonomian, adalah lulusan Fakultas Hukum UI pada 1984. Ia setahun lebih muda ketimbang Tedjo Edhy, yakni 61 tahun. Sofyan dikenal gesit. Selain juga dikenal dekat dengan Jusuf Kalla. Sofyan merupakan anggota tim perunding Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka, yang dinilai cukup sukses membawa kedamaian di bumi Aceh. Ia pernah menjadi menteri BUMN dan Menteri Komunikasi dan Informatika.
Institut Teknologi Bandung menyumbang dua alumninya sebagai menteri: Indroyono Soesilo dan Arief Yahya. Indroyono adalah alumni Jurusan Teknik Geologi, lulus pada 1979. Ahli pengindraan jauh ini meraih gelar M.Sc dari Universitas Michigan, USA pada tahun 1981. Sedang keahlian pengindraan jauh geologi ia raih dari Universitas Iowa, USA.
Dalam susunan Kabinet Kerja, jumlah alumni ITB berkurang drastis dibanding dengan kabinet sebelumnya, Kabinet Indonesia Bersatu II. Kabinet yang berkuasa pada 2009-2014 ini memiliki tujuh alumni ITB, walaupun sebagian harus turun di tengah jalan karena berbagai sebab: ada yang karena maju sebagai calon wakil presiden (Hatta Rajasa), atau tersandung masalah (Jero Wacik).
Lima menteri dari kampus Ganesha adalah Hatta Rajasa (menko ekuin), Purnomo Yusgiantoro (menteri pertahanan), Jero Wacik (menteri pariwisata lalu menteri ESDM), MS Hidayat (menteri perindustrian), dan Fadel Muhammad (menteri kelautan dan perikanan). Di jajaran wakil menteri terdapat Bambang Susantono (wakil menteri perhubungan) dan Susilo Siswoutomo (wakil menteri ESDM).
Di era reformasi, perguruan tinggi yang menjadi sumber rekrutmen menteri cukup beragam, walau sumber utamanya tetap perguruan tinggi terkemuka di tanah air: UI, ITB, IPB, UGM, dan ITS. Di samping, tentu saja, Akabri.
Di zaman Presiden Soeharto, sumber utama rekrutmen adalah korps baju hijau, baik itu Akabri, angkatan 1945, atau para sarjana yang kemudian bergabung ke militer. Posisi strategis di bidang politik dan keamanan, misalnya, selalu di tangan militer.
Sebagai contoh jabatan menteri dalam negeri. Setelah Jenderal Soeharto naik ke puncak kekuasaan, hingga ia mundur pada 1998, posisi menteri dalam negeri selalu dijabat jenderal dari Angkatan Darat. Mereka adalah Basuki Rachmat, Amir Machmud, Soepardjo Rustam, Rudini, Yogi S. Memet, dan Hartono.
Di era BJ Habibie, Gus Dur, Megawati, hingga Kabinet Indonesia Bersatu Jilid I, menteri dalam negeri adalah seorang purnawirawan: Syarwan Hamid, Hari Sabarno, Mohammad Ma’roef, dan Mardiyanto. Di era Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II, tradisi itu diputus, dengan dilantiknya Gamawan Fauzi sebagai menteri dalam negeri.
Kini, zaman sudah berubah. Jangan kaget kalau ada yang dahulu bersinar, kini harus meredup. Namanya juga politik. Kadang di atas, kadang tersingkir.###
6 Comments
Mbak Uni, tulislah tentang Bu Susi Menteri Perikanan dan kelautan, barangkali mas Iwan Qodar banyak ceritanya, bukankah temannya waktu di SMA ? (walupun hanya klas 1). Banyak yang penasaran mengapa Pak Jokowi berani menempatkan Bu Susi sebagai menteri yang diandalkan mengurus kelautan dan perikanan.Media sosial membully karena hanya lulusan SMP dan perokok. BArangkali Mbak Uni bisa menyeimbangkan informasi. Terima kasih Mom
Mbak Uni, tulislah tentang Bu Susi Menteri Perikanan dan kelautan, barangkali mas Iwan Qodar banyak ceritanya, bukankah temannya waktu di SMA ? (walupun hanya klas 1). Banyak yang penasaran mengapa Pak Jokowi berani menempatkan Bu Susi sebagai menteri yang diandalkan mengurus kelautan dan perikanan.Media sosial membully karena hanya lulusan SMP dan perokok. BArangkali Mbak Uni bisa menyeimbangkan informasi. Terima kasih Mom
Mbak Indra, saya rada nggak enak juga nih menulis soal Mbak Susi. Kebetulan saya kenal sejak week pertama di Banda Aceh dulu saat tsunami. Saya membantu mengurus kepastian clearance dari kemenhub agar asuransi mau mengijinkan pesawat Susi mendarat di Banda Aceh. Suami saya satu kelas di SMA. Kami beberapa kali liburan nginap di Pangandaran. Kenal dengan family. Penuh disclaimer banget kalau nulis nih. Tapi saya coba deh..
Mbak Indra, saya rada nggak enak juga nih menulis soal Mbak Susi. Kebetulan saya kenal sejak week pertama di Banda Aceh dulu saat tsunami. Saya membantu mengurus kepastian clearance dari kemenhub agar asuransi mau mengijinkan pesawat Susi mendarat di Banda Aceh. Suami saya satu kelas di SMA. Kami beberapa kali liburan nginap di Pangandaran. Kenal dengan family. Penuh disclaimer banget kalau nulis nih. Tapi saya coba deh..
Wah… sy tunggu mbak uni ungkap sisi lain mbak Susi. Tertarik mengikuti sepak terjangnya. Pasti mengejutkan. 🙂
Dan, saya melihat ritme yang tidak biasa di kabinet kerja ini. Riuh harapan mulai hadir.
Insya Allah.
Wah… sy tunggu mbak uni ungkap sisi lain mbak Susi. Tertarik mengikuti sepak terjangnya. Pasti mengejutkan. 🙂
Dan, saya melihat ritme yang tidak biasa di kabinet kerja ini. Riuh harapan mulai hadir.
Insya Allah.