Peristiwa 20 Mei 1998, Kesaksian Salim Said
Buku Dari Gestapu ke Reformasi menceritakan pengalaman penulisnya, ikut dalam sebuah rapat yang menentukan tata cara peralihan kekuasaan pada 21 Mei 1998. Apakah 6 tuntutan gerakan reformasi sudah dipenuhi?
Sebuah panggilan telepon diterima Salim Said, wartawan senior, kolumnis, pakar politik dan kemiliteran. Peristiwanya terjadi 20 Mei 1998, tepat 17 tahun lalu. Penelpon adalah staf Letnan Jendral Susilo Bambang Yudhoyono, saat itu kepala staf sosial politik Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Salim Said diminta hadir dalam sebuah rapat yang diadakan malam itu, Pukul 19.00 wib, di Gedung Urip Sumohardjo, di Komplek Departemen Pertahanan dan Keamanan yang terletak di Jalan Merdeka Barat.
“Mobil saya hanya bisa mengantar sampai ke Tugu Tani di Menteng Raya, sebab di sanalah “garis perbatasan” terletak,” tutur Salim Said. Dia menceritakan peristiwa ini dalam bukunya, “Dari Gestapu ke Reformasi, serangkaian kesaksian”.
Di paragraf sebelum telpon masuk, Salim Said menceritakan peristiwa 20 Mei, yang dipicu oleh rangkaian peristiwa hari-hari sebelumnya yang kita kenal sebagai Tragedi Mei 1998, hari-hari menuju reformasi. Tuntutan agar Presiden Soeharto mundur makin kencang, baik di jalanan maupun di Gedung MPR/DPR, tempat ribuan mahasiswa dan aktivis menyerukan reformasi.
Menjelang 20 Mei 1998, Amien Rais yang saat itu dianggap sebagai lokomotif reformasi, tokoh terpenting dalam proses itu, mengumumkan agar pada 20 Mei rakyat Indonesia membanjiri lapangan Monumen Nasional.
No Comment