ANAK MUDA BICARA EKONOMI UMAT
Ramadan Journey 2013
Day 26
“Mas Anin, saya berharap forum ini menjadi semacam Davos. You know what I mean? Di Davos, everyone is visible. Semua berarti dan punya suara. Mau ada Kanselir Jerman Angela Merkel lewat, atau George Soros duduk di sebelah kita, ya kita bisa cuek saja. Kita lebih tertarik mendengarkan kisah karya nyata, ketimbang mendengarkan elit bicara.”
Kalimat di atas dilontarkan teman saya @trimumpuni, aktivis yang karya nyatanya menyediakan listrik untuk masyarakat di desa sudah mendunia. Davos yang dimaksudkan Puni adalah Forum Ekonomi Dunia (WEF) yang digelar setiap tahun di Davos, Switzerland. Ribuan orang, termasuk kepala pemerintahan, para kepala eksekutif perusahaan yang masuk dalam daftar Forbes 500, penggiat sosial dan ekonomi rakyat, aktivis buruh bahkan aktivis Hak Asasi Manusia dan Perempuan berkumpul dan berbagai pengalaman. @anindyabakrie pimpinan Bakrie Global, juga menjadi peserta tetap di forum itu sebagaimana sejumlah CEO Indonesia lainnya.
Tak berhenti di situ, Puni, alumni Institut Pertanian Bogor (IPB), juga menyentil mereka yang tak berani keluar dari zona nyaman, Jakarta sentris, dan menganggap kondisi Indonesia sudah baik-baik saja. “Kalau memang Indonesia sudah baik-baik saja, mengapa rakyat kita di bagian timur Indonesia, di Nusa Tenggara Timur, ada yang masih tidur bersama ternaknya, karena rumah mereka demikian kecil dan tak memadai? Mengapa Anda-anda tidak pergi ke Kalimantan? Pelosok negeri? Banyak rakyat kita yang masih susah,” ujar Puni, berapi-api. Soo Puni, and that is why I love her. Begitu juga Ibu-ibu, hadirin yang hadir malam tadi, lantas bertepuk-tangan untuk Puni. Bu Tatty Bakrie, menepuk pundaknya, dan duduk di sebelahnya. “Bagus sekali. Apa yang Mbak Puni lakukan sangat menginspirasi,” ujar Bu Tatty.
Puni mengkritisi kecenderungan anak-anak muda yang senang dengan zona nyaman. Sekolah ke luar negeri, pulang lebih memilih jadi corporate warrior ketimbang turun ke desa, atau bergelut dengan pemberdayaan ekonomi umat. “Yang mereka pikirkan adalah, bekerja di perusahaan, punya istri cantik dan rumah bagus,” sindir Puni. Mak #Jleb! Puni mengajak hadirin untuk menjadi humanity fighter. Dia menceritakan pengalamannya membantu pendirian koperasi di desa. Ketika sudah maju, datang “orang-orang dari kota yang bekerjasama dengan elit desa” mengambilalih koperasi itu untuk kepentingannya.
Pengalaman lain, ketika dia diancam oleh Kapolsek sebuah kecamatan karena menagih pembayaran penggunaan listik untuk desa dari pembangkit listrik tenaga air yang dia dirikan di desa itu. “Pak Kapolsek berkeras harusnya itu gratis. Saya cuma kenal Wakapolri. Jadi saya telpon, lapor. Kapolsek ditegur oleh Wakapolri. Kapolsek protes ke saya, kog mau membunuh tikus membakar lumbungnya? Coba saya kenal dan punya kontak Mas Agus, saya bisa lapor ke Mas Agus kalau ada masalah di tingkat rakyat. Siapa tahu dibantu,” ujar Puni. Agus yang dimaksud adalah Agus Harimurty Yudhoyono, putra Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Agus senyum-senyum.
Puni berharap diskusi malam tadi yang diinisiasi Anin Bakrie bisa dilakukan secara rutin, sebagai ajang silaturahmi antara “mereka yang beruntung, memiliki rejeki dan posisi”, dengan mereka yang bergerak di tataran pemberdayaan umat. “Kemiskinan terjadi karena greedyness. Keserakahan yang merajalela,” ujar Puni. Mengutip ayat Al Qur’an, Puni mengajak yang hadir untuk menjadi “sebaik-baiknya manusia, adalah ,manusia yang berguna untuk sesamanya. Hadirin bertepuk tangan. Anin mengenalkan Puni sebagai, “orang Indonesia yang namanya dihafalin sama Presiden Barack Obama.” Anin meminta Puni bicara setelah hadirin mendengarkan “sharing” dari panelis yang sebagian diantaranya putra Presiden dan Putra-Putri mantan Presiden.
Saya melihat wajah Agus Yudhoyono, Puan Maharani, Anin Bakrie, Chairul Tanjung, Okto Rajasa, Syafii Antonio yang malam tadi duduk di depan sebagai panelis manggut-manggut. Tidak ada alasan bagi mereka untuk tidak setuju. Begitu juga perasaan para hadirin yang terdiri dari kalangan pengusaha muda, aktivis kepemudaan, para profesional muda dan pelaku dunia digital.
Diskusi digelar di kediaman Anin Bakrie, yang juga wakil ketua umum KADIN, di kawasan Kuningan, Jakarta, usai menunaikan buka puasa, shalat Mahrib, dan Shalat Tarawih. Sekitar 250 undangan hadir. “Terus-terang saya terinsipirasi dengan apa yang dilakukan Bang Chairul Tanjung ketika menggelar diskusi pemberdayaan ekonomi umat saat buka puasa di rumah beliau, beberapa waktu lalu. Saya ingin melanjutkan ide baik itu dengan menghadirkan para tokoh muda, para pemimpin masa depan. Karena itu terima kasih kepada semua sahabat yang hadir memenuhi undangan kami malam ini,” ujar Anin, saat membuka acara.
“Alhamdulillah, kita yang hadir di sini termasuk orang yang beruntung, karena diberikan kesehatan oleh Allah SWT, juga rejeki. Kita perlu lebih banyak memikirkan dan melakukan apa yang terbaik bagi pemberdayaan ekonomi umat,” kata Anin. Chairul Tanjung, ketua Komite Ekonomi Nasional yang juga bos Trans Corp lantas didaulat untuk menjadi pembicara pertama.
Bang CT mengingatkan kembali kenyataan bahwa umat Islam di Indonesia jumlahnya 84%, tetapi kontribusinya terhadap produk domestik bruto hanya 20%. Secara filosofi ekonomi umat Islam kalah dibanding kelompok lain. Mengapa? “Karena kita kalah pintar, kalah ulet, tidak pandai berjejaring, tidak pandai merebut peluang yang ada. Kalau kita ingin situasinya membaik, lebih seimbang, maka kita harus berupaya lebih keras,” kata Bang CT. Dia mengajak yang hadir menjadi bagian dari sebuah gerakan, khususnya di kalangan orang muda, untuk meningkatkan jiwa dan semangat kewirausahaan. Lebih kreatif, lebih ulet, lebih pintar. Tantangan ekonomi ke depan lebih berat. Indonesia yang berkembang, pasti mengundang orang untuk ikut menikmati kue pembangunan. “Ibarat ada gula, pasti ada semut. Masalahnya siapa yang jadi semutnya? Kita atau orang lain?,” kata Bang CT.
Moderator lantas mengundang Ilham Habibie, putra mantan Presiden B. J Habibie yang juga pendiri PT Ithabi Bara Utama. Ilham juga pernah duduk di pimpinan PT Dirgantara Indonesia. Malam tadi hadirin bagaikan mendengar ayahnya, Pak BJH bicara. Sangat peduli terhadap pengembangan teknologi oleh putra-putri Indonesia. Ilham memaparkan data betapa minimnya perhatian kita pada pengembangan teknologi. “Indonesia hanya alokasikan 0,07% dari produk domestik bruto untuk dana riset dan pengembangan. Cina alokasikan 1%, Malaysia 1,4%. Juaranya adalah Israel yang alokasikan 4,2%. Tak heran mereka terdepan dalam berbagai bidang teknologi,” kata Ilham.
Menurut Ilham, rendahnya perhatian terhadap riset dan pengembangan mem buat Indonesia kalah dalam mengembangkan teknologi. “Kita masih menganggap teknologi itu barang lux, tidak punya keinginan kembangkan sendiri, tidak percaya diri pada produk sendiri, dan lebih memilih mengelola bisnis yang mudah dan cepat dipetik hasilnya,” kata llham. Dia merujuk pada bisnis eksplorasi sumberdaya alam, juga perkebunan. Semata-mata mengandalkan konsesi. “Pekerjaan-pekerjaan yang tidak terlalu bisa menyejahterakan rakyat,” kata Ilham, yang lulus summa cum laude dari Technical University of Munich, Jerman.
Secara angka pertumbuhan, saat ini Indonesia dalam posisi yang lumayan baik, 6%. Dari angka itu, 2/3 disumbangkan oleh pasar domestik, sementara 20% kontribusi ekspor komoditas. “Kalau tidak hati-hati, ini bisa jadi jebakan. Kita masuk ke lower middle income trap. Kita punya semuanya, sumberdaya alam, tapi kita tidak mengolahnya, memberi nilai tambah, karena kita tidak kembangkan teknologi,”Jelas Ilham.
Semua itu membuat produk Indonesia cenderung kalah di pasar sendiri. Bagaimana bersaing dengan produk bangsa lain? Kata Ilham, produk Indonesia yang bersaing di pasar global ya produk makanan dari Indofood. Mereka mendirikan pabrik dan memproduksi di negara-negara di Amerika Latin, Afrika, dan negara lainna. “Produknya sederhana, mie instant. Tapi itu memerlukan riset dan pengembangan di bidang food science. Mereka lakukan itu dengan baik, dan karenanya bisa bersaing di pasar global,” kata Ilham.
Diskusi makin menarik, dan insightful. Pembicara berikutnya adalah Agus Yudhoyono, mewakili kalangan militer. Berikut sosok Agus, putra pertama Presiden SBY yang saya kutip dari laman wikipedia: “Agus menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Taruna Nusantara tahun 1997 kemudian selesai dari Akademi Militer tahun 2000. Agus kemudian menyelesaikan gelar Master di bidang Strategic Studies di Institute of Defence and Strategic Studies, Nanyang Technological University (NTU), Singapura pada 2006. Pada Mei 2010, Agus meraih gelar Master of Public Administration pada John F. Kennedy School of Government, Harvard University, Massachusetts AS.Seperti ayahnya, Mayor Agus juga mengabdi di militer. Jabatannya saat ini adalah Wadan Yonif Mekanis 201/Jaya Yudha di Jakarta. Agus ikut serta dalam Pasukan Garuda XXIII/C yang telah diberangkatkan sebagai bagian dari Pasukan Perdamaian PBB di Libanon (UNIFIL). Ia tergabung dalam Batalyon Infanteri (Yonif) Mekanis .”
Malam tadi Agus datang paling dulu, saat tamu-tamu belum banyak hadir. Ketepatan waktu yang khas militer. Dia datang ditemani istrinya, Annisa Larasati Pohan (@annisapohan). Sambil menunggu waktu berbuka puasa, Agus dan Annisa mengobrol satu meja dengan Ollie @salsabeela pendiri Start-Up Lokal Indonesia dan Arief Muhammad yang di Twitter dikenal dengan nama ngetop @poconggg. Saya mengagumi Ollie dan Arief sebagai dua anak muda yang kreatif dan serius mengembangkan diri sebagai wirausaha di dunia digital. Malam tadi keduanya diperkenalkan ke hadapan hadirin oleh Sandiaga Uno (@sandiuno), pengusaha yang banyak menggeluti kewirausahaan. Sandi juga pemilik Saratoga Group dan sejumlah usaha besar lainnya, termasuk maskapai Mandala Air.
“Arief dan Ollie, adalah potret anak muda jaman sekarang, di era digital. Mereka menekuni dunia kreatif dengan serius. Kita perlu lebih banyak wirausaha, karena sekarang baru ada 2% dari penduduk kita yang menekuni dunia kewirausahaan,” ujar Sandi, yang malam tadi memilih duduk di antara hadirin.
Agus memulai dari apresiasi atas diskusi dan kesempatan berbagi inspirasi. Agus mengulas soal konstelasi perkembangan geopolitik di tingkat regional dan global,pasca perang dingin. Waw, topik yang berat, tapi penting sih. Agus mensyukuri kondisi politik dan ekonomi Indonesia yang saat ini dalam posisi “membanggakan”. Dia mengingatkan betapa pentingnya membangun postur militer yang kuat, berwibawa. “Indonesia tidak bisa hanya mengandalkan pada pada soft power, atau kekuatan diplomasi,” ujar Agus yang belakangan cukup aktif di Twitter dan rajin mengumpulkan penggiat media sosial untuk berdiskusi. “Kita butuh angkatan perang yang kuat. Tentu saja kita tidak bermaksud mengancam negara lain. Tetapi hal ini penting untuk menjaga integritas dan kedaulatan negara Indonesia. Tidak boleh sejengkalpun tanah air kita diganggu,” ujar Agus. Nadanya, tegas.
Agus menyinggung pentingnya menjaga negara kesatuan RI, dan memastikan tidak terjadi “balkanisasi” seperti pecahnya negara Yugoslavia menjadi beberapa negara merdeka. Dia menyambut pendapat Ilham Habibie soal pentingnya meningkatkan riset dan pengembangan, dalam konteks pengembangan teknologi di bidang militer, termasuk navigasi, komunikasi dan transportasi. “Kita harus samakan frekuensi kesadaran bela negara dan edukasi ke kalangan anak muda,” ujar Agus. Dia menggarisbawahi pentingnya diskusi semalam dilanjutkan.
Satu-satunya pembicara perempuan yang duduk di deretan depan malam tadi adalah Puan Maharani (@puan_maharani), ketua Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di DPR, yang juga putri mantan Presiden Megawati Sukarnoputri. “Terima kasih Anin sudah mengundang saya. Suatu kebahagiaan bagi saya bisa berkumpul dengan teman-teman dalam satu forum, sebagai sesama generasi muda yang akan melanjutkan kepemimpinan,” kata Puan.
Sempat juga Puan menanggapi mengapa hanya dia satu-satunya perempuan yang duduk di depan sebagai pembicara. “Belum banyak perempuan di Indonesia ini yang bisa tampil untuk maju bareng,” kata Puan. Malam tadi sebenarnya Anin mengundang juga Yenny Wahid, putra mantan Presiden Abdurrahman Wahid. Yenny sudah menyatakan bersedia untuk hadir. Sore tadi Yenny mengirim pesan singkat via blackberry mesenger, minta maaf berhalangan karena kurang sehat.
Puan membahas soal filosofi dan ajaran Trisakti dari almarhum kakeknya, Bung Karno. Tahun 1963, Bung Karno, Proklamator Kemerdekaan RI yang juga Presiden pertama, menyampaikan “Pidato Trisakti”, yang isinya: berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi dan berkepribadian secara budaya. Pidato sang kakek digunakan Puan untuk membahas tema diskusi. Dia menyoroti perlunya iklim kompetisi usaha yang kondusif untuk mengembangkan ekonomi. Indonesia penuh potensi, apalagi jika bicara ekonomi umat. Kita negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. “Tapi ekonomi akan sulit berkembang baik kalau kompetisinya tidak fair, tidak ada payung hukum yang kuat dan jelas, serta stabiltas politik yang baik,” kata Puan.
Menurut Puan itulah tantangan dalam Pemilu mendatang. Memastikan payung hukum dan stabilitas politik agar Pemilu berjalan dengan jujur dan adil. “Sesuai konstitusi yang berhak ikuti pemilu adalah parpol. Mari kita perkuat parpol melalui Pemilu 2014,” kata Puan.
Puan mengamini imbauan mengembangkan teknologi bangsa sendiri. Dia meminta pengusaha seperti CT, Anin, Sandiaga Uno dan lainnya untuk memfasilitas para lulusan sekolah dari luar negeri agar bisa bekerja dan mengembangkan diri di perusahaan nasional. Pengembangan sumberdaya manusia penting. “Jangan sampai lulusan luar negeri pilih bekerja di perusahaan di negeri asing karena mereka lebih dihargai ketimbang kalau kembali dan bekerja di tanah air. Saya titip sama para pengusaha untuk bisa menfasilitasi mereka, karena mereka bisa menjadi SDM yang mumpuni,” kata Puan.
Begitulah, ruangan penuh sesak dan antusias mendengarkan para pembicara. Moderator Anin Bakrie juga meminta sejumlah orang untuk berbagi pandangan. Ada Ari Ginandjar, pendiri ESQ, lantas Syafii Antonio yang menggeluti ekonomi syariah, juga aktivis kepemudaan seperti ketua Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Ketua gerakan Tangan Di Atas (TDA), juga ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Okto Rajasa. TDA misalnya berbagi soal tekad untuk meningkatkan kemampuan kepemimpinan dari anggotanya. Komunitas ini didirikan sebagai komunitas bisnis di kalangan muda.
Emil @ridwankamil, arsitek yang dikenal dengan konsep bersahabat dengan lingkungan dan alam, membagi pengalaman mendirikan komunitas bernuansa urban planning, @IDberkebun yang kini memiliki jejaring di lebih dari 20 kota di Jakarta. Gerakan sosial ini punya keunikan karena dampak yang kongkrit terhadap pola dan kebiasaan hidup dari masyarakat perkotaan. Tahun ini Emil yang baru saja terpilih sebagai walikota Bandung, dan akan mulai bertugas September ini, mendapat ganjaran Urban Planning Award dari Universitas Pensylvania, AS. Emil juga mendesain Epicentrum Walk, terutama Rumah Botol, yang dibuat dari botol-botol bekas. “Dulu anak muda suka bergabung di ormas atau parpol. Sekarang anak muda lebih suka bergabung dengan komunitas dan berjejaring,” ujar Emil. Lebih lanjut, dia membeberkan besarnya potensi pengembangan kegiatan yang berdampak pada publik melalui jejaring sosial.
Tak terasa sudah Pukul 21.30 wib. Diskusi yang diselingi rupa-rupa sajian termasuk buah-buahan segar harus diakhiri. “Saya tahu banyak sekali orang muda hebat yang hadir malam hari ini, baik lelaki maupun perempuan. Pikiran dan pengalaman mereka perlu kita dengar. Mudah-mudahan kita bisa lakukan di kesempatan berikutnya,” ujar Anin. Sahibul bait ini juga mengucapkan terima kasih pada “tuan rumah” yakni sang istri, Dini, yang sibuk menyiapkan semua hidangan dan penyelenggaraan acara. Hari-hari jelang Ramadan, sudah sulit mencari tenaga bantuan katering. Maka semua nyaris dikerjakan sendiri bersama tim rumah tangga di rumah itu. Sebagian makanan dimasak sendiri.
Ketika saya meninggalkan lokasi Pk 22.30 wib sejumlah tamu masih bertahan untuk menikmati hidangan dan menikmati diskusi. Ada Puan, Rosan Roslani, dan sejumlah pengurus Kadin. Berjejaring terus berlangsung setelah usai diskusi. Di ranah Twitter saya pantau @poconggg bersaut-sautan dengan @annisapohan @agusyudhoyono @sandiuno dan sejumlah hadirin.
Seperti kata penutup dari Tri Mumpuni tadi, “Ayo kita manfaatkan relasi untuk kemaslahatan umat, sehingga kesulitan masyarakat di desa bisa kita atasi bersama
Jika ada diskusi berikutnya, saya membayangkan alangkah menariknya jika lebih banyak perempuan duduk menjadi panelis di depan. Saya tidak perlu jelaskan di sini jika bicara ekonomi rakyat, artinya bicara soal kegiatan ekonomi yang dilakukan perempuanJ#end
PS: postingan Day 24-25 menyusul. Kemarin migren kumat;-)
12 Comments
Menarik sekali, uni. Pgn sekali bs hadir ke acara semacam itu. Ajang brainstorming dr pelbagai bidang. Seru..!
Menarik sekali, uni. Pgn sekali bs hadir ke acara semacam itu. Ajang brainstorming dr pelbagai bidang. Seru..!
thanks…memang cukup menarik…semoga bisa mewakili “ketidakhadiran”;-)
thanks…memang cukup menarik…semoga bisa mewakili “ketidakhadiran”;-)
Bu Umi Lubis..artikel yg sangat bermanfaat..mohon izin saya share di Fb GEBU KARO (mohon maaf nanya..apa Ibu ada hub.keluarga dgn sahabat saya Ibu Lubis (alm). yg dulu bekerja di BALITNAK BOGOR..??)
Bu Umi Lubis..artikel yg sangat bermanfaat..mohon izin saya share di Fb GEBU KARO (mohon maaf nanya..apa Ibu ada hub.keluarga dgn sahabat saya Ibu Lubis (alm). yg dulu bekerja di BALITNAK BOGOR..??)
ndak ngajak2 nih kakak uni 😀
ndak ngajak2 nih kakak uni 😀
@Petrus: thanks sudah baca, silahkan share. Saya tidak kenal Ibu Lubis yang dimaksud…sama-sama marga hehe
@Anggara: halaaah, gw undang juga pasti nggak hadir..thanks udah mampir ke blog-nya newbie yaaa;-0
@Petrus: thanks sudah baca, silahkan share. Saya tidak kenal Ibu Lubis yang dimaksud…sama-sama marga hehe
@Anggara: halaaah, gw undang juga pasti nggak hadir..thanks udah mampir ke blog-nya newbie yaaa;-0
Memang wartawan jempol……. tulisannya runut dan enak dicerna
Memang wartawan jempol……. tulisannya runut dan enak dicerna