HomeUncategorizedPROBLEM KLASIK SAPI

PROBLEM KLASIK SAPI

 

Ramadan Journey 2013

Day 19

 

Peringatan kepada yang membaca, mohon judul di atas jangan disingkat.

Pasar Kemang

“Mang, minta daging sekilo, dipotong-potong untuk rendang.  Jadikan dua bungkus ya,” ujar saya kepada si Mamang penjual daging di pasar bersih Kemang Jati Cempaka.   Pagi tadi saya ke pasar itu, belanja mingguan.  Stok bahan makanan di kulkas sudah nyaris kosong.  Saya memang biasa belanja daging, sayuran, ikan dan bumbu-bumbu seminggu sekali, di pasar tradisional yang jaraknya sekitar 1 kilometer dari rumah saya.  Biasanya saya jalan kaki ke pasar itu, dan mengajak Darrel, anak saya.  Karena puasa, tadi saya minta tolong diantar Mas Iwan pake sepeda motor.

Setelah dipotong-potong, dimasukkan ke plastik yang saya bawa dari rumah, baru saya bertanya, “berapa harganya, Mang?”.  Dijawab, “Seratus ribu, Bu.” Saya tanya lagi, “Lha kog mahal?  Minggu lalu kan sembilan puluh lima ribu,  bukannya harga sudah turun karena ada daging sapi impor?”  Si Mamang tertawa, “Udah mau lebaran gini, mana bisa turun lagi harganya, Bu.” Hm…

Buat saya, harga daging sapi  naik sedikit sebenarnya tidak terlalu masalah.  Saya jarang masak daging.  Tadi pagi ke pasar sebenarnya mau membeli ikan, sayuran dan cabe rawit yang sudah habis..bis.  Tapi melihat daging yang masih merah segar, jadi tergoda beli.  Jelang lebaran biasanya saya membuat rendang untuk lauk stafsus yang menjaga di rumah saat kami mudik.  Dalam sebulan, mungkin hanya sekali dua kali kami masak daging. Itupun lebih banyak dimakan oleh Mbak yang mengurusi rumah.  Saya dan suami lebih suka makan ikan dan sayuran.  Sementara Darrel lebih suka makan daging ayam.

jualan daging sapi

Iseng-iseng saya mengecek harga daging sapi jelang lebaran tahun 2012.  Menurut catatan pemberitaan media, harganya sekitar Rp 65.000 per kilogram.  Itupun media menulis dengan nuansa “harga daging naik gila-gilaan.”  Tahun 2011 justru lebih mahal. Data dari Kementrian Perdagangan mencatat sekilo daging harganya sekitar Rp 71.000.  Jadi, setiap tahun, kita semua sudah tahu bahwa  harga bahan pokok termasuk daging, ayam dan telur akan naik.  Tak heran jika berita rutin yang diliput jurnalis jelang Ramadan dan selama Ramadan adalah inspeksi “tidak” mendadak para menteri ekonomi ke pasar.  Yang paling banyak mengajak jurnalis mengecek harga ke pasar tentu Menteri Perdagangan.

Meskipun terjadi tiap tahun, nampaknya Pemerintah selalu gagal mengantisipasi kenaikan permintaan yang pasti diikuti kenaikan harga.  Mengapa?  Tanyalah pada rumput yang bergoyang.   Menteri Perdagangan Gita Wirjawan misalnya sempat menjanjikan harga daging sapi akan turun jelang lebaran seiring dengan datangnya daging sapi impor dari Australia. Nyatanya harga bertengger di angka Rp 90.000 an, bahkan di sejumlah pasar tersier lebih mahal.  Di beberapa tempat terjadi penolakan terhadap daging sapi impor dari Australia.  Pemerintah Daerah Jawa Timur misalnya mengatakan pihaknya masih bisa memenuhi sendiri kebutuhan daging sapi dari peternak lokal.  Saya sebagai konsumen jelas memilih daging sapi lokal yang masih segar dan kenyal.

Yang terjadi memang tarik-menarik antara keinginan menyediakan daging yang terjangkau oleh masyarakat luas, dengan kepentingan peternak sapi lokal yang ingin produknya dihargai secara memadai.  Sekali harga sudah sempat bertengger di angka Rp 75.000- Rp 80.000 an, maka sulit diharapkan turun.  Dari tahun ke tahun, terbentuk harga berdasarkan kesei mbangan baru, antara permintaan dan penawaran. Antara harga yang layak di mata konsumen, juga menguntungkan bagi peternak dan pedagang.   Problem klasik sapi, jadinya.

Saya tidak ingin membahas kisruh daging sapi ini dari sisi impor, pula dugaan korupsi yang membelit petinggi partai politik ya.  Juga tidak ingin membahas bagaimana akhirnya Mendag nampak tidak berdaya mengelola harga daging sapi, dan malah ikut meresmikan kegiatan Artha Graha Peduli  menggelontorkan dua ton daging sapi dan  menjual seharga Rp 70.000 per kilogram kepada konsumen di wilayah Jabodetabek.  By the way, Artha Graha Peduli adalah yayasan yang didirikan oleh pengusaha Tommy Winata yang terkenal itu.

Yang ingin saya share di sini adalah ulasan yang ditulis oleh Pak Muladno, guru besar di Fakultas Peternakan  Institut Pertanian Bogor.  Tulisannya yang berjudul “Sapi Indonesia Vs Australia” dimuat di harian Kompas hari ini.  Kesimpulan dari tulisan itu, betapa tidak sebandingnya tingkat pengelolaan peternakan sapi di Australia yang berskala besar, sementara di Indonesia lebih dari 98 persen ternak dikuasai 6,5 juta peternak kecil dengan kepemilikan 2-3 ekor per peternak.  Pak Muladno juga membahas kebijakan dan anggaran yang selama ini dialokasikan untuk menjalankan program swasembada daging sapi dan kerbau, hanya sanggup membenahi usaha persapian di Indonesia yang yang tak lebih dari 10 persen populasi sapi lokal yang dikuasai peternak kecil itu.

Tulisan lengkap Prof Muladno silahkan dibaca di tautan ini: http://nasional.kompas.com/read/2013/07/27/2021358/Sapi.Indonesia.Vs.Australia.

Kesimpulannya, tanpa ada terobosan signifikan dalam program swasembada daging sapi, maka kesenjangan antara permintaan dan pasokan dalam negeri akan melebar.  Apakah terobosan itu adalah dengan membeli peternakan di Australia sebagai tempat penggemukan sapi guna dikirim ke Indonesia? We will see.  Tahun depan kita masuki tahun politik.  Saya tidak tahu apakah para menteri ekonomi yang juga sudah mengumumkan minatnya ikut berlaga di Pemilu 2014 masih punya energi untuk mengurusi bidang tugasnya.  Jika tidak,  yang bakal terulang adalah problem klasik sapi.#end

 

 

 

 

 

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

Previous post
MERESAPI HIKMAH "ASMAUL HUSNA"
Next post
KAMI KELUARGA #LOVECABE

4 Comments

  1. July 30, 2013 at 3:51 am — Reply

    Emang #PKS 😛

  2. July 30, 2013 at 3:51 am — Reply

    Emang #PKS 😛

  3. Very portion of information. I simply stumbled upon your website plus accession money to assert we find truly adored profile the blog page blogposts. Regardless We will be checking to your for as well as I results anyone access regularly fast.

  4. Very portion of information. I simply stumbled upon your website plus accession money to assert we find truly adored profile the blog page blogposts. Regardless We will be checking to your for as well as I results anyone access regularly fast.

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *