MAKAN SINGKONG UNTUK HEMAT ANGGARAN
#100HariJokowiJK #Hari37

MenPAN dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi terbitkan surat edaran gerakan hidup sederhana, termasuk konsumsi rapat bahan lokal, termasuk singkong. Selain tidak baru dan tidak kreatif, ide surat edaran ini kuat nuansa pencitraan.
Hampir setiap minggu saya mampir ke Pasar Tebet, Jakarta. Di area lobi, banyak penjual kue-kue basah. Sepotong kue lapis legit, harganya Rp 1.500-2.000. Sebuah lemper isi ayam, harganya Rp 2.000. Kue bolu kukus, harganya Rp 1.500 per buah. Puluhan jenis kue, rasanya lumayan enak. Tidak kalah dengan kue basah yang dijual di toko kue di pusat perbelanjaan mewah. Saya juga sering beli. Harga bisa empat kali lipat. Bedanya ya kalau beli sinkong rebus keju, parutan kejunya lebih banyak sedikit. Saat masih memimpin divisi pemberitaan di ANTV, saya sering beli kue-kue di situ. Lebih sering lagi beli gorengan. Rp 50.000 bisa buat rapat 20-30 orang. Nggak sehat sih, tapi enak dan cukup. Kopi atau teh buat sendiri. Masak air dong. Energinya tidak seberapa.
Kalau mereka menjual dengan harga rata-rata Rp 1.500-2.000 per buah di Pasar Tebet, tentu ada marginnya. Katakanlah mereka mengambil margin 20 persen. Artinya, harga beli di Pasar Kue Subuh di Pasar Senen, lebih murah lagi. Kalau rapat di instansi pemerintah menyajikan kotak makanan ringan dengan tiga jenis kue, dengan ditemani sajian teh atau kopi, modal konsumsi rapat maksimum Rp 10.000 per orang. Tapi, kita tidak ingin katering pemasok kue bangkrut karena kehilangan order dari pemerintah, kan? Boleh lah mereka ambil margin 50 persen, termasuk kotak dan ongkos pegawai, pula transportasi. Jadi? Rp 15.000-20.000 per orang untuk snack ringan di instansi pemerintahan? Cukup wajar. Bisa lebih murah sih.
Jadi, ketika saya membaca berita pejabat di kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral dengan semangat menyambut edaran agar instansi pemerintahan menyajikan menu tradisional dan buah lokal dan mengatakan menyajikan singkong dan kacang rebus akan menurunkan biaya dari biasanya Rp 35.000 menjadi Rp 20.000, saya yakin bapak yang menjadi narasumber media ini tidak pernah tahu berapa harga kue di pasar.. Baca selengkapnya
No Comment