HomeUncategorizedPak Jusman soal Inovasi Teknologi Eksplorasi Minyak

Pak Jusman soal Inovasi Teknologi Eksplorasi Minyak

Pak Jusman Syafii Djamal menuliskan catatan ini di Facebook beliau setelah saya komentar soal teknologi Hydraulic Fracking dalam eksplorasi minyak di AS di status beliau juga.  Saya bisa komen karena membaca pemberitaan soal ini saat menulis blog #100HariJokowiJK soal Skenario Harga BBM.  Tulisan Pak Jusman detil dan menarik.  Saya bagikan untuk Anda setelah minta ijin beliau:

—–

 

Teknologi Hydraulic Fracking atau Perekahan Hidrolik : Battle Ground 2015

Teknik-teknik eksploitasi sumber minyak mentah dengan metode “ rekah hidrolik “ atau hydraulic fracking sebenarnya telah ada sejak tahun 1930-an. Ada ungkapan Ezra Levant dalam bukunya “Groundswell.” berbunyi begini :“Geologists have long known that, spread out over vast areas of the globe, natural gas was trapped in tiny pockets in compressed mud, called shale. There was just no economic way to get that gas – until now. This is no miracle: it is a combination of market freedom and technology. ”

Perbaikan proses dan metode aplikasi untuk menyemburkan minyak dan gas yang terperangkap dalam batu karang dibawah tanah atau shale gas dimodernisasi kan pada akhir 1990-an. Inovasi yang terjadi membuat proses rekah hidrolik ini menjadi feasible atau layak ekonomis secara komersial untuk ekstraksi minyak.

Sebagai teknologi , ia menjadi lebih inovatif dan menjadi unggulan. Apalagi ketika teknik rekah hidrolik dikembangkan dan dikombinasikan dengan metode ekstraksi secara horizontal. Kini eksploitasi minyak tidak melulu vertical seperti pemboran minyak tradisional. Akibatnya teknologi rekah hidrolik, atau “fracking” menciptakan pertumbuhan produksi minyak AS secara eksponensial.

Pada tahun 2010, keberhasilan “fracking” telah menghapus kebutuhan Amerika Serikat untuk mengimpor gas dari luar negeri. Impor berkurang dan Amerika berdikari dalam energi. Perusahaan-perusahaan AS terutama yang middle size atau Industri Kecil dan Menengah dibawah kelas Pertamina telah terampil menguasai teknologi ini. Dan teknik pengeboran horizontal rekah hidrolik ini mulai menyebar ke seluruh dunia untuk mencari peluang keberhasilan di negara lain. Indonesia memiliki kesempatan untuk menguasai teknologi ini, jika mau.

Besar cekungan minyak dalam volume tertentu dan kadangkala terisolasi banyak ditemukan di seluruh dunia. Bisnis industri pemboran minyak berteknologi rekah hidrolik horizontal yang dikuasai perusahaan menengah AS tampak nya dapat di-manage untuk menemukan pola eksplorasi pada ladang minyak dengan sumber yang terdistribusi dan terdiskritisasi serta tidak terpusat.

Dimasa depan teknologi ini diprediksi akan lebih murah. Terjadi incremental innovation atau continuous improvement yang menyebabkan high tech production operation ini dapat berlangsung efisien dan jauh lebih produktip. Economics of Scale, Economics of Speed dan Economics of scope dalam inovasi teknologi akan tumbuh dengan pelbagai variasinya.

Semua negara penghasil minyak seperti Indonesia sebetulnya memiliki kesempatan lebih terbuka untuk mengelola manusia bersumber daya ipteknya menguasai teknologi produksi ini. Kita dapat memetik hasil dari keahlian rekan rekan ahli teknologi ini untuk menyebarkan dan mendominasi produksi minyak dalam negeri dengan teknologi ini, dan mengganti teknologi eksplorasi secara tradisional.

Syaratnya mau dan bertekad menjadi produsen bukan terus membeli dan membeli.

Harga Minyak Cenderung turun : Perang Harga dimulai

Dalam pasar yang sempurna, tanpa hambatan politik, kartel atau kepentingan khusus, harga produk merupakan wahana satu-satunya yang mengkompromi kan kurva permintaan dan kurva pasokan. Supply and Demand Curve bertemu disatu titik pada harga tertentu. Produsen selalu berupaya menemukan titik temu dengan konsumen pada harga yang optimum. Ada hukum Say dalam ilmu ekonomi yang menjelaskan kurva Supply and Demand untuk wahana optimasi harga tersebut.

Ketika permintaan minyak melebihi pasokan, harga naik. Harga minyak yang tinggi membuat teknologi ekstraksi sumber minyak dari lokasi yang tidak ramah dan terpencil , seperti di tundra Arktik atau platform lepas pantai, menjadi ekonomis dan feasible. Biaya eksplorasi mampu ditutup dengan harga. Eksplorasi minyak didaerah terpencil dan lepas pantai ini bagi dunia menjadi menguntungkan dan keseimbangan pasokan dan permintaan jadi lebih baik dan stabil . Paling tidak , kini kehadiran banyak ladang ladang minyak didaerah terpencil telah menjadi sumber minyak. menyebabkan output produksi naik supply terjamin untuk memenuhi permintaan dan harga menjadi stabil.

Jika pasokan terlalu jauh melampaui permintaan maka harga jatuh. Jika harga jatuh cukup jauh, dan terus tetap rendah dalam waktu yang cukup lama akan melahirkan masalah. Produsen di lokasi-biaya tinggi akan gigit jari. Margin keuntungan terus menipis. Cash flow bisa rusak yang menyebabkan lahirnya kebangkrutan. Kondisi ini bangkrut akan menyebabkan pasokan kelebihan produksi menyusut dari pasar . Harga akan naik lagi. Mekanisme pasar dan kompetisi akan membawa siklus bisnis naik turun.

Selain itu kemajuan dan perluasan penguasaan teknologi hydarulic fracking di Amerika Serikat telah memberikan kontribusi dan lahirkan kondisi over-supply. Teknologi Fracking hanya layak dan feasibel pada tingkat harga minyak tertentu. Ada yang menyatakan pada harga US$ 80 dolar  ada yang menyatakan pada harga US$ 55 dolar.  Dalam banyak hal, dengan memaksakan penyebaran teknologi fracking ini — yang melahirkan over-produksi,– seolah telah menyebabkan produsen minyak rekah hidrolik menggali lubang kuburnya sendiri. Mereka sepertinya telah menembak kakinya sendiri, sebab over produksi akan membawa harga minyak ketitik terendah.

Perang harga yang terjadi akan membawa pola Investasi yang dilakukan dalam proses ekstraksi minyak kini mengarah pada fenomena margin rendah. Mirip seperti fenomena low cost carrier dalam maskapai penerbangan. Melahirkan kompetisi yang cenderung menurunkan harga jual untuk menjamin setiap orang mendapatkan sumber energi yang murah dan terjangkau.Jika di maskapai pesawat terbang perang harga dan kehadiran low cost carrier menyebabkan perang harga tanpa kompromi, telah melahirkan banyak kecelakaan pesawat akibat biaya perawatan dan biaya safety ikut tergerus. Dalam persaingan harga minyak yang terus turun akan menyebabkan pengembangan teknologi fracking terbentur pada harga keekonomiannya. Ada batas bawah yang tidak mampu diterobosnya. Batas bawah yang membawa pada kebangkrutan.

Kini dengan fenomena low cost dan perang harga yang terjadi sebenarnya para Bankir harus berfikir ulang tentang konsep suku bunga pinjaman tinggi. Semua jenis bisnis kini cenderung mengarah masuk dalam fenomena margin rendah ini. Pinjaman bank dalam eksplorasi dan ekpoitasi sumber minyak, selama ini seolah dijamin melalui mekanisme harga yang cenderung stabil dan terus naik. Tak pernah turun. Baru kali ini ada harga minyak dunia turun terus.

Jika harga tinggi diatas US$80 dolar dan terus stabil maka semua produsen yang meminjam dana capex ke Bank dapat membiayai investasi mereka, dan menemukan Return on Investment yang baik berdasarkan konvensi yang berlaku. Fenomena perdagangan minyak selama ini, harga didikte oleh OPEC. Jadi tidak peduli berapa banyak volume minyak AS diproduksi, tingkat harga selalu dipertahankan oleh OPEC dengan cara melakuknan penyusutan dan pemotongan volume produksi. Karenanya Pemodal tidak perlu khawatir tentang bahaya harga yang menurun dalam kurva penawaran dan permintaan karena OPEC akan memastikan stabilitas harga. Kini peta telah berubah.

“Rule Engagement Baru”

Arab Saudi telah mengambil inisiatif  menarik. Kini ia mulai mengatakan yang utama adalah pelanggan bukan lagi harga.  Akibat kemajuan teknologi rekah hidrolik yang dikuasai Amerika, Arab Saudi mulai menyadari bahwa mereka harus meletakkan kaki berpijak kebumi. Mengakui adanya kenyataan yang telah berubah. Lansekap teknologi eksplorasi minyak telah berubah. Ada ancaman sumber pasokan baru yang mampu menggoyang “zona nyaman” Arab Saudi. Salah kelola pelanggan bisa berpindah haluan. Peta geo politik dan geo ekonomi menyebabkan OPEC dan Amerika harus memikirkan langkah barunya.

Dalam menghadapi kokok ayam kemenangan kemandirian energy yang telah bersahut-sahutan sepanjang hari di Amerika Utara. Arab Saudi dan OPEC  harus berbenah diri. Permintaan minyak dari Amerika untuk impor terus berkurang, sementara Amerika telah beralih haluan ke model ekonomi klasik yang digandrunginya. Mekanisme pasar dan kompetisi telah digunakan untuk menentukan harga jual eceran disetiap spbu. Kini harga ditentukan oleh keseimbangan antara penawaran dan permintaan. Amerika telah membalik arah kompetisi dengan cara terbaik sesuai buku text kaum ekonomi pasar yakni untuk menurunkan harga mekanisme terbaik adalah dengan memperbesar supply  dan memperbanyak pemain untuk kompetisi. Produsen minyak diperbanyak dengan mempermudah ijin.  Deregulasi.

Kemudian pemain baru di sektor eksploitasi sumber minyak di Amerika yang kebanyakawan middle size private company memanfaatkan penguasaan teknologi fracking ini. Kisah sukses ini dapat dibaca dari tulisan Gregory Zckerman dalam bukunya The Frackers. Kisah “the Outrageous Inside story of the New Billionaire Wildcatters”. Pengusaha ranch sapi dan pemasok daging di Texas yang menemukan sumber minyak skala kecil di lladang pertanian dan perternakan mereka telah berubah menjadi produsen minyak. Sebab ijin eksplorasi dipermudah, tak perlu waktu 10 hingga 20 tahun mengeksplorasi dan mengeksploitasi lading minyak. Tak butuh waktu empat kali pemilu untuk menurunkan harga minyak di spbu.

Amerika terus saja melakukan inovasi teknologi dan mengurangi harga eceran mereka dengan membanjiri pasar dengan pasokan.

Fenomena Amerika ini membuat Arab Saudi harus berfikir ulang tentang penentuan harga dan pola mengatur pasokan minyak dunia yang kini ada ditangan mereka. Mereka tau pada tahun 2007 biaya produksi Arab Saudi terendah diseluruh dunia, mampu ditekan pada tingkat US$ 20 dolar . Akan tetapi melalui pengaruh di OPEC , harga minyak dunia dapat melambung ke posisi US$ 100 dolar, untuk memberikan keuntungan bagi produsesn minyak lepas pantai seperti Angola yang biaya produksinya diatas US$  75 dolar.

Kini fenomena hydraulic fracking dan kecenderungan Amerika untuk berdikari energi telah menyebabkan Arab Saudi harus berfikir ulang dalam memainkan kartu As nya. Kemajuan teknologi benar-benar telah memotong dan mempersempit sebagian ruang pengaruh mereka.

Karenanya dalam pertemuan OPEC baru baru ini tidak ada keputusan bersama untuk menurunkan tingkat produksi. OPEC  justru berniat mengikuti irama gendang Amerika, membanjiri pasar dunia dengan pasokan yang banyak. Supply akan melebihi permintaan. Kekuatan sumber minyak Negara timur tengah yang sedang dilanda perang dan konflik seperty Libya, Iran dan Negara kecil lainnya yang mampu meningkatkan produksi telah didorong untuk memperbesar pasokan. Mereka meningkatkan ruang pengaruh mereka untuk memaksa harga turun ketingkat dimana harga keekonomian teknologi fracking akan menjadi belenggu bagi Amerika.

Kerajaan Arab Saudi juga memiliki cadangan kas yang besar dan mereka tampaknya siap untuk hidup dari tabungan mereka, selama waktu perang harga terjadi. Mereka tau ada waktu yang dibutuhkan untuk mendorong pesaing mereka pergi keluar dari bisnis. Mereka sedang melawan agar membuat teknologi Fracking menjadi rentan secara ekonomis dan diharapkan proses penurunan harga ini hanya berlangsung satu atau dua tahun kedepan. Tidak akan bertahan sepanjang waktu kecuali industri minyak AS melakukan reorganisasi restrukturisasi.

Tantangan 2015

Mahalnya biaya pendanaan investasi , menyebabkan teknologi rekah hidrolik yang baru tampaknya tidak akan leluasa beroperasi jika harga minyak tetap kurang dari $ 90 per barel, untuk jangka waktu yang lama. Meski Setiap proyek ekstraksi dan eksploitasi berbeda biaya produksinya dan menimbulkan biaya-biaya investasi yang berbeda, serta margin keuntungan yang berbeda. Akan tetapi semua Industri perbankan, bagaimanapun, bekerja pada tingkat bunga tertentu. Ada selimut kebutuhan pengembalian investasi . Bagi perbankan harga sebesar US $ 80 per barel untuk sebuah proyek diprediksi akan menghasilkan keuntungan sebesar US$ 10 yang sangat diperlukan untuk memastikan investasi bank-bank dapat dibayar kembali.

Namun, beberapa daerah minyak, seperti di Eagle Ford Shale dan Permian Basin di Texas masih bisa mampu mendapatkan keuntungan dengan harga US$ 53 dolar per barel. Harga  ini yang diperkirakan sebagai batas bawah perang harga diantara OPEC  dan Amaerika Seerikat. Dengan kata lain ada ahli yang merujuk angka ini sebagai harga prediksi untuk tahun 2015.

Masalah yang dihadapi adalah biaya transportasi. Tidak mudah menemukan metode distribusi berharga murah ketika menilai setiap elemen biaya proyek produksi lading minyak baru termasuk biaya yang lahir akibat panjangnya jarak ke titik distribusi, ketersediaan lokal akomodasi, kapasitas jaringan transportasi dan ketersediaan dan biaya keahlian dan staf.

Faktor-faktor ini dapat membuat minyak mentah Arab Saudi dan OPEC  akan jauh lebih murah dibandingkan mengandalkan pasokan dari Texas atau North Dakota ke kilang di Pantai Timur. Faktor factor ini yang kemudian dapat membuat minyak Saudi, tiba dengan kapal tanker, lebih murah ke SPBU  di Amerika daripada mengandalkan pasokan dalam negeri. Pertarungan OPEC  dan Amerika dengan teknologi hydraulic fracking ini pada gilirannya akan menentukan fluktuasi harga minyak dunia.

Teknologi Rekah hidrolik dalam ekploitasi sumber minyak baru telah menjadi bisnis yang layak di AS karena harga minyak naik dan juga karena biaya produksi jatuh.

Kebutuhan pasokan minyak dunia yang terus meningkat adalah ibu dari penemuan dan inovasi. Tentu saja kita tidak boleh mengasumsikan bahwa industri tidak akan terus mengembangkan metode yang lebih murah dan melahirkan alat peralatan utama yang lebih canggih, efisien dan produktif.

Didukung oleh teknologi dan langkah agresif pemotongan biaya, produsen minyak ekstraksi shale AS dapat terus memperluas pangsa pasar mereka. Proyek pembangunan pipa untuk mendistribusikan minyak di dalam negeri yang dilakukan.


Didukung oleh teknologi dan langkah agresif pemotongan biaya, produsen minyak ekstraksi shale AS dapat terus memperluas pangsa pasar mereka. Proyek pembangunan pipa untuk mendistribusikan minyak di dalam negeri yang dilakukan pemerintah dan pembangunan kilang baru di AS akan menurunkan biaya pengiriman dan mengurangi kerugian harga minyak shale.

Produsen AS pastilah dengan cerdas dan bertindak cepat. Sementara Arab Saudi sebagai petahana Kebijakan Harga Minyak melalui peran dominannya di OPEC  baru-baru ini mengungkapkan bahwa Kerajaan Arab Saudi siap untuk pergi perang dengan harga serendah US $ 50 dolar per barel, yang akan menjadi harga yang sulit untuk membangkitkan teknologi “hydraulic fracking” di Amerika.

Siapa yang menang ? Tahun 2015 adalah tahun penentuan. Battle Ground.

Dimana dan kemana Indonesia hendak melangkah ? Terus ngotot tak mau bangun Refinery dan terus bergantung pada Singapura sebagai mediator harga minyak dalam Negeri ??? Apa battle ground Indonesia ? Penguasaan Teknologi atau yang lain ? Wallahu Alam. Mohon maaf jika keliru. Salam

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

Previous post
SKENARIO HARGA BBM DI INDONESIA
Next post
Jurnal Perempuan dan ILUNI FH UI SOAL PENGURANGAN JAM KERJA PEREMPUAN

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *