HomeUncategorizedJusman S Djamal: Perlukah Takut Bepergian Dengan Pesawat?

Jusman S Djamal: Perlukah Takut Bepergian Dengan Pesawat?

Dengan peristiwa kecelakaan Air Asia yang tiap hari ditayangkan di TV Nasional secara live-covered, banyak orang bertanya pada saya. Apakah bepergian naik pesawat terbang berbahaya tidak ? Apa harus dihindari tidak ?

Kita semua mungkin berpikir bahwa bepergian dengan pesawat secara inheren lebih berbahaya daripada mengendarai mobil. Kita semua memandang bahwa kecelakaan udara merupakan sebuah bencana.  Hilangnya sebuah pesawat terbang dari udara menjadi liputan semua media. Ada harapan yang melonjak dikala kita menonton liputan tragedi jatuhnya pesawt. Kita terasa terombang ambing antara harapan agar ada penumpang yang dapat ditemukan hidup, kita berdoa agar yang cedera tidak banyak dan kita terus berdoa agar proses evakuasi berjalan cepat tanpa kendala dan black box segera ditemukan, agar sebab sebab kecelakaan yang utama dapat diselidiki.

Pertanyaan apakah naik pesawat terbang lebih aman atau tidak, selalu membentur persepsi rasa takut yang sudah lahir ketika menyaksikan liputan TV. Mengapa ketika pesawat terbang jatuh semua media meliputnya, saya fikir karena pesawat terbang jarang jatuh seketika. Selalu ada sebab-sebab yang mendahuluinya. Cuaca buruk, ketidak sempurnaan sistem perawatan pesawat terbang, ketidak telitian, ketidak teraturan dan ketidak cermatan operasi pesawat terbang dari hulu hingga hilir. Kecelakaan selalu muncul dari dua sebab utama : pertama kita menyebutnya sebagai , Not to do the things rights— semua komponen tidak melakukan segala sesuatu dengan baik dan benar sesuai standard operatinmg procedure dan kedua not to do the right thing, ada pihak yang tidak melakukan apa yang baik dan benar.

Institusi yang mirip seperti KNKT (Komite Nasional Keselamatan Nasional Transportasi) di Amerika yang bernama NTSB (National Transportation Safety Board), dalam hal ini didalamnya ada Deputi Administrasi Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya telah mengkompilasi dan melakukan penelitian statistik kecelakaan kenderaan bermotor baik roda dua maupun roda empat untuk seluruh negara bagian di Amerika . Tahun 2008 menunjukkan Fakta dan data  Keselamatan Lalu Lintas  yang bermuara pada catatan indeks satuan kecelakaan perjutaan kilometer ditempuh atau mile ditempuh.  Tahun 2008 tercatat angka 1,27 kematian per 100 juta mil perjalanan kendaraan bermotor. Pada tahun 1998 tercatat angka 1,58 kematian per 100 juta mil jarak ditempuh.

Sementara catatan pada Kedeputian Pesawat Terbang pada NTSB mencatat  Statistik awal kecelakaan pesawat terbang untuk tahun 2008 yang menunjukkan 20 kecelakaan untuk maskapai penerbangan layanan terjadwal yang beroperasi di Amaerika Serikat. Dalam catatan itu terlihat boleh dikatakan kecelakaan per juta mil jarak terbang terbang mendekati nihil . Tidak ada yang meninggal, dan hanya lima orang luka berat.

Dengan kata lain dalam angka absolut ternyata mengemudi di jalan raya lebih berbahaya ketimbang naik pesawat udara. Pada tahun 2008 ada 5 juta kecelakaan dijalan raya dibandingkan dengan 20 kecelakaan di transportasi udara .Atas dasar statistik yang ada , National Transprotation Safety Board kemudian mencoba menyusun sebuah studi untuk melihat  kemungkinan  peluang  untuk selamat dan hidup diantara naik mobil dan naik pesawat terbang pada tahun 2008. Studi ini selanjutnya menggambarkan risiko relatif diantara keselamatan naik pesawat terbang dengan  keselamatan mengemudi. Termasuk didalam studi ini dihitung kemungkinan meninggal dalam kecelakaan kendaraan bermotor. Hasil studi menunjukkan angka 1 peluang  kecelakaan  dalam  98  kali naik mobil untuk seumur hidup. Sementara transportasi udara (termasuk taksi udara dan penerbangan swasta), ruang kemungkinan adalah 1 peluang kecelakaan dalam  7178 naik pesawat terbang, untuk seumur hidup,

Dengan kata lain Statistik berbicara, ternyata naik pesawat terbang jauh lebih aman daripada mengemudi. Namun mengapa orang takut naik pesawat terbang, terlebih jika terus menerus menonton breaking news tentang tragedi Air Asia seperti saat ini ?  Perasaan merasa lebih berbahaya lebih ditentukan oleh persepsi tentang risiko dibandingkan dengan fakta dan angka statistik, begitu kata  David Ropeik, seorang instruktur komunikasi tentang resiko di Harvard School of Public Health. Kita memiliki persepsi bahwa mengemudi kenderaan dijalan raya lebih memberi perasaan bahwa kita menguasai keadaan, kita mampu secara mandiri melakukan kendali yang lebih personal sifatnya. Kita merasa bersenyawa dengan kenderaan yang ditumpangi. Dan itu membuat kita merasa lebih aman.

Sementara itu, kecelakaan pesawat merupakan sebuah  bencana dan tragedi ,terasa ada banyak orang yang secara sekaligus bisa mengalami kematian dan seolah jenazah dievakuasi silih berganti dengan “effort” atau usaha yang sangat luar biasa. Semua potensi SAR secara nasional turut terlibat langsung dalam operasi kemanusiaan itu. Kecelakaan pesawat terbang meraih lebih banyak perhatian dan membuat orang lebih sensitif terhadap tragedi kecelakaan diudara. Sementara  kecelakaan mobil terjadi setiap hari dan kerugian tersebar secara individual dari waktu ke waktu, membuat efek gabungan kurang terlihat. Tidak ada “shock” yang terjadi.

Jika kita menggunakan angka statistik yang dikumpukan opleh Airbus Industries dari sejak pesawat terbang Jet dioperasikan tahun 1959, ternyata angka kecelakaan fatal dalam arti yang merengut kematian dan hancurnya pesawat terbang menurun sepanjang waktu.Demikian juga angka hancurnya pesawat terbang (Hull) akibat kecelakaan menurun sepanjang waktu seperti diperlihatkan oleh grafik dibawah ini. :


Pesawat terbang ketika menempuh rute berjalan dari tempat parkir ke landas pacu dan kemudian tinggal landas, climb dan terbang jelajah baru diikuti kegiatan untuk menurunkan ketinggian jelajah menuju bandar udara tujuan (approach) dan landing. Dari waktu yang tersedia dalam perjalanan satu setengah jam yang digunakan sebagai referensi untuk menyusun statistik ternyata kondisi terbang jelajah yang menyerap 57% waktu memiliki potensi kecelakaan lebih rendah. Dan kemungkinan kecelakaan yang besar adalah ketika mendarat dan tinggal; landas.

Itulah sebabnya mengapa semua penumpang diminta untuk berhenti main game, memasukkan semua perlatan komputer dan telpon kedalam tas dan mematikannya dengan sempurna serta menjauhkan kendala gangguan seperti tas, meja yang masih terbuka, dan lain sebagiainya. Aturan untuk menutup meja dan menegakkan sandaran kursi serta mematikan komputer, telpon genggam.Banyak penumpang yang sedikit mendongkol dan merasa marah kok kebebasannya terganggu. Lagi enak main game dihentikan, mau menelopon  kerumah dilarang. Padahal aturan yang ditegakkan oleh Pramugari/a dan awak kabin itu adalah berdasarkan statistik kemungkinan terjadinya hal hal yang tidak diinginkan justru tinggi pada saat yang pendek itu. Pramugari dan Pramugara serta awak kabin ingin dan berusaha sekuat tenaga dengan cara yang lembut mengajak semua penumpang untuk waspada, jangan ada kendala dan gangguan baik pada dirinya sendirinya maupun pada orang lain.

Kepatuhan, ketelitian dan kecermatan merupakan bagian penting untuk menghilangkan benih kecelakaan dalam sebuah perjalanan. Itu aturan emasnya.

Coba perhatika statistik yang saya ambil dari Boeing report berikut ini :

Airbus Industries juga telah mengumpulkan angka statistik tentang kecelakaan pesawat terbang berdasarkan generasi pesawat terbang jet. Ia membagi kemajuan teknologi yang diimplementasikan kedalam pesawat terbang hasil rekayasa dan rancang bangun serta manufaktur pesawat terbang kedalam empat generasi pesawat Jet, dan hasilnya dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa pesawat generasi keempat makin canggih dan makin kecil mengalamai kemungkinan kecelakaan dalam arti jauh lebih memproteksi penumpang untuk selamat dalam phase tinggal; landas, terbang jelajah dan take off.



Mudah mudahan share informasi angka statistik ini ada gunanya dan memberi tambahan keyakinan agar Bangsa Indonesia Bangkit kembali. Tidak panik. Dan Selalu percaya bahwa maskapai penerbangan, pilot dan awak kabin yang bekerja di maskapai penerbangan di Indonesia,. Mereka manusia biasa yang memiliki rasa takut dan selalu berupaya membangun kultur keselamatan dalam setiap langkah tindakannya, Mereka Bangsa Indonesia yang bekerja secara profesional dalam industri maskapai penerbangan pastilah selalu menempatkan safety sebagai fondasi bisnis nya.

Kecil kemungkinan ada maskapai penerbangan dengan sengaja membangun bisnis untuk mencelakakan orang lain.  Tidak ada Pilot yang tidak bekerja secara cermat dan trampil. Mereka telah mendedikasikan hidupnya dan profesinya untuk membawa penumpang dan pesawat terbangnya selamat, aman, nyaman dari sejak meninggalkan garbarata, take-off, terbang jelajah, landing dan merapat kembali digarbarata bandara tujuan. Semua ingin selamat dan kembali kepangkuan keluarga untuk bercengkrama dan menikmati kehidupan ini dengan baik dan benar. Semua ingin tidak mengalami bahaya.

Semua orang pastilah memiliki rasa takut. Saya berpendapat rasa takut yang muncul amat sangat diperlukan. Manusia tanpa rasa takut akan cenderung nekat dan sembrono. Karena itu Allah SWT  melahirkan rasa takut dibenak setiap orang agar rasa takut itu dapat mengendalikan diri kita untuk menemukan solusi cerdas dal;am menghindarkan diri dari setiap kemungkinan kecelakaan sekecil apapun.

Karenanya saya anjurkan rasa takut naik pesawat terbang yang kita miliki dijadikan panduan indera keenam untuk membawa kita untuk selalu Disiplin, Teratur, Teliti dan Cermat ketika bepergian, baik itu dengan naik mobil, kereta api, kapal laut maupun pesawat terbang. Secara statistik hingga saat ini pesawat terbang masih dapat dikategorikan sebagai “mode transportation” yang paling aman dibanding dengan “mode transportation” lainnya.

Karenanya saya menganjurkan agar  setiap orang ketika mengantar sahabatnya dan berpisah di bandara selalu ingat ucapan klasik yang jadi motto sesama pilot dan awak kabin ketika berpisah dibandara : Happy Landing at …(bandara tujuan). Insya Allah Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang selalu melindungi perjalanan hamba hambanya yang berserah diri pada KekuasaanNya. Mohon maaf jika keliru. Salam Hormat.##

Catatan:  Ini catatan di wall Facebook Pak Jusman Syafii Djamal, mantan menteri perhubungan.  Pernah menjadi direktur utama PT Dirgantara Indonesia.  Pak Jusman kini memimpin sejumlah perusahaan dan juga menjadi Komisaris Utama PT Garuda Indonesia

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

Previous post
RELAWAN DI BANJARNEGARA BEKERJA DALAM DIAM
Next post
1001 CARA SELUNDUPKAN NARKOBA

No Comment

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *