RELAWAN DI BANJARNEGARA BEKERJA DALAM DIAM
Hiruk-pikuk pemberitaan media soal tragedi Air Asia sahut-menyahut dengan percakapan di media soal. Isu lain terpinggirkan. Termasuk tragedi longsor Banjarnegara. Mengapa?
Saya membuka halaman demi halaman koran Kompas hari ini. Kepala berita di halaman depan semua soal bisnis penerbangan. Newspeg adalah tragedi Air Asia QZ 8501 yang memasuki babak baru, simpang-siur informasi soal apakah pesawat yang terbang dari Surabaya ke Singapura, Minggu pagi (28/12/2014) memiliki ijin terbang atau tidak?
Anda bisa membaca rangkuman simpang-siur sampai sore ini di tulisan Rappler Indonesia berikut ini: Siapa terbitkan izin terbang AirAsia QZ8501?
Heboh pemberitaan media berinteraksi dengan percakapan di media sosial secara timbal-balik. Jadi, tidak aneh juga kalau tragedi Air Asia dan kembangan problemnya, menghiasi media sosial kita. Minimal di linimasa saya, @unilubis. Saya mengikuti 960 akun. Lumayan banyak.
Yang luput, pula tersisih dari diskusi di media sosial, termasuk di media massa belakangan ini adalah isu yang tak kalah penting. Kemarin sore, misalnya, longsor kembali terjadi di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Karang Kobar, Banjarnegara, Jawa Tengah. Akibat longsor itu, ruas jalur utama Banjarnegara-Karangkobar terputus.
“Ruas jalan tersebut kembali tertutup longsor pada pukul 18.05 WIB akibat hujan deras yang mengguyur Kecamatan Karangkobar sejak pukul 17.00 WIB,” ujar Koordinator Posko Darurat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara Andri Sulistyo, Minggu (4/1/2015) malam, sebagaimana diberitakan laman liputan6.com.
Saya tidak menemukan berita ini di tempat lain, termasuk di koran Kompas hari ini. Mungkin tersisih oleh gairah pemberitaan tragedi Air Asia. Apalagi di media elektronik. Televisi berita tak berhenti menyajikan breaking news dari titik-titik pusat sumber informasi terkait tragedi penerbangan ini. Saya pun, dua hari ini terlena dan sibuk memonitor informasi terkait musibah QZ 8501.
Andri Sulistyo menceritakan longsoran dari tebing setinggi 10 meter tersebut tidak hanya menutup ruas jalan tetapi juga jembatan darurat pelat baja di Dusun Jemblung.
Update : dari Budhihermanto, saya mendapatkan data peta berdasarkan google maps di tautan ini:
di s.id/jemblung
Juga data pemantauan percakapan di media sosial terkait tragedi QZ 8501, sebagai mana siaran pers lembaga Awesometrics.com yang dikutip laman detikcom berikut ini:
“Sejak 28 Desember 2014 hingga 4 Januari 2015 pukul 14.00 WIB, sudah ada 3.396.574 percakapan soal AirAsia di berbagai jejaring media sosial, mayoritas dari Twitter 3.387.483 percakapan, dan 8.934 status di Facebook. Sementara, 55.030 mentions di media massa tersebar di 17.836 artikel berita berbahasa Indonesia, 313 artikel berita media lokal berbahasa asing, 1.696 artikel media internasional, dibahas di 43 forum, dan diberitakan koran cetak lokal sedikitnya di 13 media,” kata Marketing Communication Awesometrics, Yustina Tantri, dalam siaran pers, Senin (5/1/2015).
Tiga kali percakapan AirAsia memuncak, pertama saat dinyatakan hilang pada 28 Desmber 2014, kedua saat ditemukannya puing dan beberapa jenazah korban, pada 30 Desember 2014. Ketiga, pada 3 Januari 2015, media sosial digegerkan pemberitaan media bahwa AirAsia yang saat itu mengalami kecelakaan, telah melakukan pelanggaran, karena dinyatakan terbang tanpa izin.
“Lantaran dianggap melanggar, rute AirAsia Surabaya-Singapura dibekukan sejak 2 Januari 2015. Sanksi untuk AirAsia ini juga jadi perbincangan sejak 3 Januari 2015. Terungkapnya kabar bahwa AirAsia QZ8501 terbang tanpa izin menjadi percakapan utama yang dipilih menjadi status yang banyak diretweet, selain soal lanjutan upaya dan perjuangan tim Basarnas dan kehadiran tim SAR negara lain (termasuk jet amfibi Rusia dan helikopter SeaHawk Amerika) untuk mencari korban AirAsia QZ8501,” paparnya.
No Comment