Wapres AS Kamala Harris Soal Nilai-Nilai Yang Diwariskan Ibu dan Perempuan Pendahulunya
Kamala Harris nampak bersinar, wajahnya menebar senyum. Wakil Presiden terpilih AS 2020 itu menyampaikan pidato kemenangannya, di Wilmington, Delaware, dikota tempat tinggal Joe Biden, presiden terpilih. Minggu (8/11/2020). Saat dia naik panggung, lagu “Work That” by Mary J. Blige mengiringi langkahnya yang dinamis, luwes. Kamala mencetak sejarah : wakil presiden perempuan pertama di AS, wapres pertama dari kulit hitam, wapres pertama keturunan imigran India, wapres pertama keturunan imigran Asia-Amerika. Karir politiknya melesat dalam satu dekade, dari Jaksa Agung California, Senator, lantas wapres.
Dalam pidatonya, Kamala mengatakan, “Bukti bagi karakter (Biden) bahwa dia berani mendobrak salah satu hambatan paling substansial yang ada di negara kita, dan memilih perempuan sebagai wapresnya.”
Kamala lantas mengutip pesan yang notabene terinspirasi pesan dari almarhum ibunya, “Meskipun saya mungkin perempuan pertama di kantor ini, saya tidak akan menjadi yang terakhir.”
Kamala Harris tampil dengan busana jas dan celana panjang warna putih, sebuah simbol penting, yang dalam sejarah, digunakan oleh para perempuan yang memperjuangkan hak pilih bagi perempuan di AS.
Kamala akan berduet dengan Presiden terpilih Joe Biden untuk memerintah AS empat tahun ke depan, mulai 20 Januari 2021.
Saat mengisi sesi berjudul : komunikasi politik bagi perempuan politisi, 7 Oktober 2020, yang diadakan B-Trust dan Konrad Adenauer Stiftung, saya menggunakan pidato Kamala Harris saat dia menerima nominasi dari Partai Demokrat, 20 Agustus 2020. Pidato ini memberikan gambaran sosok Kamala, dari perspektif perjalanan hidupnya. Dia juga menceritakan soal Joe Biden dan hubungan diantara mereka. Berikut transkripnya, dengan komentar dari saya:
Pidato Calon Wakil Presiden AS 2020 dari Partai Demokrat, Kamala Harris, saat menerima nominasi sebagai Cawapres AS 2020.
Sebuah studi komunikasi publik oleh politisi perempuan
Saya berdiri di sini malam ini adalah bukti dedikasi perjuangan generasi sebelum saya, perempuan dan laki-laki yang sangat percaya pada janji kesetaraan, kebebasan, dan keadilan bagi semua. Minggu ini menandai peringatan 100 tahun berlakunya Amandemen (konstitusi) ke-19, dan kita merayakan para perempuan yang memperjuangkan haknya dengan amandemen itu. Namun, masih banyak perempuan kulit hitam yang membantu memperjuangkan kemenangan itu, sampai saat ini masih dilarang memilih, lama setelah ratifikasi amandemen. Tetapi mereka tidak terpengaruh, tidak patah semangat.
Tanpa gembar-gembor atau pengakuan, mereka mengorganisir diri, bersaksi, berkumpul, berbaris berjuang, bukan hanya untuk suara mereka, tetapi untuk mendapatkan kursi di meja (konteks, pengambilan keputusan). Para perempuan ini dan generasi berikutnya bekerja untuk mewujudkan demokrasi dan peluang bagi kehidupan kita semua yang mengikutinya. Mereka membuka jalan bagi kepemimpinan Barack Obama dan Hillary Clinton. Dan para perempuan ini menginspirasi kita untuk mengusung obor dan terus berjuang. Perempuan hebat seperti Mary Church Terrell, Mary McLeod Bethune, Fannie Lou Hamer, dan Diane Nash, Constance Baker Motley, dan Shirley Chisholm.
KONTEKS: Senator Kamala Harris memulai pidatonya dengan membangun solidaritas, melongok sejarah perjuangan kaum perempuan di AS, perjuangan politisi perempuan, perjuangan masyarakat kulit berwarna dan hitam, perempuan yang membuka jalan bagi generasi saat ini dan berikutnya. Ini dilakukan sebagai faktor PEMBEDA, MENONJOL, KARENA SOSOK PEREMPUAN. Disampaikan untuk spesifik membujuk demografi perempuan, kulit berwarna, kulit hitam, pemilih Partai Demokrat.
Kita tidak sering diajarkan cerita tentang mereka, tetapi sebagai orang Amerika, kita semua berdiri di atas bahu mereka. Dan ada perempuan lain yang namanya tidak diketahui, yang ceritanya tidak dibagikan, perempuan yang bahunya aku jadikan pijakan. Dan itu adalah ibuku, Shyamala Gopalan Harris. Dia datang ke sini dari India pada usia 19 tahun untuk mengejar mimpinya menyembuhkan kanker. Di Universitas California Berkeley, dia bertemu dengan ayah saya Donald Harris, yang datang dari Jamaika untuk belajar ekonomi. Mereka jatuh cinta dengan cara yang paling khas Amerika, saat berbaris bersama memperjuangkan keadilan dalam gerakan hak-hak sipil tahun 1960-an.
Di jalan-jalan Oakland dan Berkeley, saya melihat apa yang disebut John Lewis (pejuang hak sipil, kulit hitam, red) sebagai a “good trouble” (melibatkan diri dalam masalah untuk tujuan yang baik, red). Ketika saya berusia lima tahun, orang tua saya berpisah dan ibu saya membesarkan kami sebagian besar sendirian. Seperti banyak ibu lainnya, dia bekerja sepanjang waktu untuk membuatnya bekerja, mengemas makan siang sebelum kami bangun dan membayar tagihan setelah kami pergi tidur, membantu kami mengerjakan pekerjaan rumah di meja dapur, dan mengantar kami ke gereja untuk latihan paduan suara.
Dia (ibunya) membuatnya terlihat mudah, meskipun sebenarnya gak semudah itu. Ibuku menanamkan pada adikku Maya dan, aku nilai-nilai yang akan mempengaruhi jalan hidup kami. Dia membesarkan kami untuk menjadi perempuan kulit hitam yang bangga, kuat, dan dia membesarkan kami untuk mengetahui dan bangga akan warisan (keturunan) India kami. Dia mengajari kami untuk mengutamakan keluarga, keluarga tempat Anda dilahirkan, dan keluarga yang Anda pilih. Keluarga adalah suami saya Doug, yang saya temui pada kencan buta yang dibuat oleh sahabat saya. Keluarga adalah anak-anak kami yang cantik, Cole dan Ella yang memanggilku Momala. Keluarga adalah adikku.
Keluarga adalah sahabatku, keponakanku, dan anak baptisku. Keluarga adalah paman saya, bibi saya, dan yang ada di catatan saya.Keluarga adalah Nyonya Shelton, ibu kedua saya yang tinggal sejarak dua pintu (dari rumah saya, red) dan membantu membesarkan saya. Keluarga adalah Alpha Kappa Alpha tercinta, Kesembilan Ilahi (Our Divine Nine, organisasi yang memayungi komunitas Afrika-Amerika, red) , dan saudara-saudari HBCU (komunitas kulit hitam di universitas) saya.
Keluarga adalah teman yang saya tuju saat ibu saya, orang terpenting dalam hidup saya, meninggal karena kanker. Dan bahkan ketika dia mengajari kami untuk menjaga keluarga kami di pusat dunia kami, dia juga mendorong kami untuk melihat dunia di luar diri kami. Dia mengajari kita untuk sadar dan berbelas kasih tentang perjuangan semua orang, percaya pelayanan publik adalah tujuan mulia, dan perjuangan untuk keadilan adalah tanggung jawab bersama. Itu membuat saya menjadi pengacara, jaksa wilayah, jaksa agung, dan Senator Amerika Serikat. Dan di setiap langkah, saya telah dibimbing oleh kata-kata yang saya ucapkan sejak pertama kali saya berdiri di ruang sidang, “Kamala Harris untuk rakyat.
”KONTEKS: Kamala Harris menceritakan values, nilai-nilai yang dia dapatkan dari orang tua, kerabat, orang dekat, teman, proses pendidikan. Values yang menuntun dia memilih karier, tujuan hidupnya. Dia membangun kedekatan (proximity) dan relevansi (relatable) dengan khalayak pemilih, warga AS. Menempatkan dirinya sebagai bagian dari rakyat kebanyakan. Bukan bagian dari dinasti politik.
Saya telah berjuang untuk anak-anak dan para penyintas kekerasan seksual. Saya berjuang melawan organisasi kriminal transnasional. Saya mengusut bank terbesar dan membantu menjatuhkan salah satu perguruan tinggi yang mengeruk profit terbesar. Saya tahu predator (penjahat, red) ketika saya melihatnya. Ibu saya mengajari saya bahwa melayani orang lain memberi tujuan dan makna hidup. Dan oh, betapa aku berharap dia ada di sini malam ini, tapi aku tahu dia menyaksikan dari atas.
Saya terus memikirkan tentang perempuan India berusia 25 tahun, dengan tinggi lima kaki, yang melahirkan saya di rumah sakit Kaiser di Oakland, California. Pada hari itu, dia mungkin tidak pernah membayangkan bahwa saya akan berdiri di hadapan Anda sekarang dan mengucapkan kata-kata ini. Saya menerima nominasi Anda sebagai Wakil Presiden Amerika Serikat.
KONTEKS : Kamala Harris menyampaikan prestasinya. Pencapaian. Alasan penguat mengapa dia layak untuk dipulih menjadi Wapres AS. Dan, dia tetap menyertakan nilai-nilai dari ibunya, keluarga. Masyarakat AS mayoritas konservatif, menjunjung tinggi nilai-nilai keluarga dan agama. Ini penting di”rebut”, terutama bagi masyarakat imigran yang jumlahnya signifikan di AS. Mereka selama pemerintahan Trump mengalami intimidasi kebijakan dan kekerasan.
Saya sangat berkomitmen pada nilai-nilai yang dia (ibu) ajarkan kepada saya, pada kata yang mengajari saya untuk berjalan dengan iman dan bukan dengan penglihatan, dan pada visi yang diwariskan dari generasi ke generasi di Amerika, yang dibagikan oleh Joe Biden. Visi bangsa kita sebagai komunitas tercinta, di mana semua diterima, tidak peduli seperti apa penampilan kita, tidak peduli dari mana kita berasal, atau siapa yang kita cintai.
Sebuah negara di mana kita mungkin tidak menyetujui setiap detilnya, tetapi kita dipersatukan oleh keyakinan mendasar bahwa setiap manusia memiliki nilai yang tak terbatas, layak mendapatkan kasih sayang, martabat, dan rasa hormat. Sebuah negara tempat kita saling memperhatikan, tempat kita bangkit dan jatuh sebagai satu, tempat kita menghadapi tantangan dan merayakan kemenangan bersama.
Hari ini, negara (yang digambarkan di atas) itu terasa jauh. Kegagalan kepemimpinan Donald Trump telah mengorbankan nyawa dan mata pencaharian. Jika Anda adalah orang tua yang berjuang dengan pembelajaran jarak jauh anak Anda, atau Anda adalah seorang guru yang berjuang di sisi lain dari layar PJJ itu, Anda tahu apa yang kita lakukan saat ini tidak berhasil, dan kita adalah bangsa yang berduka. Berduka atas kehilangan nyawa, kehilangan pekerjaan, hilangnya kesempatan, hilangnya keadaan normal, dan ya, hilangnya kepastian.
Dan sementara virus ini menyerang kita semua, kita harus jujur. Ini bukan situasi di mana ada kesempatan yang sama. Orang kulit hitam, Latin, dan Warga adat (di AS berarti suku Indian, red) menderita dan sekarat secara tidak proporsional. Dan ini bukan kebetulan. Ini adalah efek rasisme struktural, ketidakadilan dalam pendidikan dan teknologi, perawatan kesehatan dan perumahan, keamanan kerja dan transportasi.
Ketidakadilan dalam perawatan kesehatan reproduksi dan ibu, dalam penggunaan kekuasaan (dengan kekerasan) yang berlebihan oleh polisi, dan dalam sistem peradilan pidana kita yang lebih luas. Virus ini, tidak memiliki mata, namun ia tahu persis bagaimana kita melihat satu sama lain dan bagaimana kita memperlakukan satu sama lain.
Dan mari kita perjelas. Tidak ada vaksin untuk rasisme. Kita harus melakukan pekerjaan ini untuk George Floyd, untuk Breonna Taylor, untuk terlalu banyak nyawa orang-orang untuk disebutkan, untuk anak-anak kita, dan untuk kita semua. Kita harus melakukan pekerjaan untuk memenuhi janji keadilan yang setara di bawah hukum, karena inilah masalahnya. Tidak ada dari kita yang bebas sampai kita semua bebas.
KONTEKS : Kamala Harris membangun solidaritas bersama, dengan mengajak melihat situasi yang terjadi saat ini, situasi pandemik COVID-19. Di sini dia mulai membuka mata khalayak terhadap rekam jejak kepemimpinan Trump vs visi yang dijanjikan Joe Biden, Capres Demokrat.
Jadi kita berada pada titik perubahan. Kekacauan yang terus-menerus membuat kita terombang-ambing. Ketidakmampuan membuat kita merasa takut. Sifat tidak berperasaan membuat kita merasa sendirian. Banyak sekali, dan inilah masalahnya. Kita bisa melakukan lebih baik, dan pantas mendapatkan lebih banyak. Kita harus memilih presiden yang akan membawa sesuatu yang berbeda, sesuatu yang lebih baik, dan melakukan pekerjaan penting. Seorang presiden yang akan mempersatukan kita semua, Hitam, Putih, Latin, Asia, Pribumi, untuk mencapai masa depan yang kita inginkan bersama.
Kita harus memilih Joe Biden. Dan saya akan memberi tahu Anda, saya mengenal Joe sebagai wakil presiden. Saya tahu Joe saat melakukan kampanye. Dan saya pertama kali mengenal Joe sebagai ayah dari teman saya. Jadi, putra Joe, Beau, dan saya menjabat sebagai jaksa agung negara bagian Delaware dan California.
KONTEKS : Kamala menceritakan kedekatan dengan Joe Biden, Capres, memberikan legitimasi kepada sosok Biden, sekaligus menyampaikan alasan mengapa dia yakin Biden pantas diusung jadi Presiden. Endorsing orang lain, sekaligus menunjukkan sikap pribadi.
Selama masa resesi besar, dia (Joe Biden) dan saya berbicara di telepon hampir setiap hari, bekerja sama untuk memenangkan kembali miliaran dolar bagi pemilik rumah dari bank besar yang menyita rumah orang. Dan aku akan baik-baik saja, kita akan membicarakan tentang keluarganya. Bagaimana sebagai seorang ayah tunggal, Joe menghabiskan empat jam setiap hari naik kereta bolak-balik dari Wilmington ke Washington. Beau dan Hunter harus sarapan setiap pagi dengan ayah mereka. Mereka pergi tidur setiap malam dengan suaranya, membaca cerita pengantar tidur.
Dan meski mereka mengalami kehilangan yang tak terkatakan, kedua bocah lelaki itu selalu tahu bahwa mereka sangat dicintai tanpa syarat. Dan yang juga membuat saya terharu tentang Joe adalah pekerjaan yang dia lakukan saat dia bolak-balik (naik KA dari Delaware ke Washington, DC) (Joe Biden). Ini adalah pemimpin yang menulis Undang-Undang Kekerasan Terhadap Wanita, dan memberlakukan Larangan Senjata Untuk Kekerasan, yang sebagai wakil presiden menerapkan Undang-Undang Pemulihan (ekonomi), yang membawa negara kita kembali dari resesi besar.
Dia memperjuangkan Affordable Care Act (keterjangkauan kesehatan), yang melindungi jutaan orang Amerika dengan kondisi yang sudah ada sebelumnya. Yang menghabiskan puluhan tahun mempromosikan nilai dan kepentingan Amerika di seluruh dunia.
Joe, dia percaya kita berdiri dengan sekutu kita dan melawan musuh kita. Saat ini, kita memiliki presiden yang mengubah tragedi kita menjadi senjata politik. Joe akan menjadi presiden yang mengubah tantangan kita menjadi tujuan bersama. Joe akan membawa kita bersama untuk membangun ekonomi yang tidak meninggalkan siapa pun, di mana pekerjaan dengan gaji yang baik adalah yang terpenting dan bisa dicapai, bukan angan-angan.
KONTEKS: Di sini Kamala sekali lagi menekankan values yang diusung Biden, selain pencapaiannnya. Jangan lupa, komunikasi publik penting untuk membuat kita dekat dengan khalayak. Siapa khalayak? Yang harus direbut adalah pemilih konservatif yang secara tradisional memilih kandidat dari Partai Republik. Tapi, kali ini banyak sosok elit Partai Republik yang juga kecewa dengan Trump. Nilai-nilai keagamaan dan keluarga yang identik dengan kaum konservatif, didekatkan dengan pengalaman hidup Biden.
Joe akan mengajak kita bersama untuk mengakhiri pandemi ini, dan memastikan bahwa kita siap menghadapi pandemi berikutnya. Joe akan membawa kita bersama untuk secara jujur menghadapi dan membongkar ketidakadilan rasial, melanjutkan pekerjaan generasi. Joe dan saya percaya bahwa kita dapat membangun komunitas tercinta itu. Yang kuat dan sopan, adil dan baik hati. Dimana kita semua bisa melihat diri kita sendiri.
Itulah visi yang diperjuangkan oleh orang tua dan kakek nenek kita. Visi yang menuntun hidup saya sejauh ini. Visi yang membuat janji Amerika, dengan segala kerumitan dan ketidaksempurnaannya, sebuah janji yang patut diperjuangkan.
Jadi jangan salah, jalan di depan memang tidak mudah. Kita mungkin tersandung. Kita mungkin gagal, tetapi saya berjanji kepada Anda bahwa kami akan bertindak berani dan menghadapi tantangan kami dengan jujur. Kami akan mengatakan kebenaran, dan kami akan bertindak dengan keyakinan yang sama kepada Anda seperti yang kami minta agar Anda mempercayai kami.
KONTEKS : Kamala juga harus meyakinkan kaum liberal, mayoritas biasanya memilih Partai Demokrat, tapi kurang militan untuk memilih. Pada Pemilu 2016, banyak yang memjutuskan golput karena gak cocok dengan Hillary Clinton juga. Selain memenangkan pemilih konservatif, penting meyakinkan kelompok liberal yang salah satu cirinya concern dengan HAM, persamaan hak agar mereka gunakan hak pilih. Apalagi dalam situasi pandemi.
Kami percaya bahwa negara kita, kita semua, akan berdiri bersama untuk masa depan yang lebih baik. Dan kita sudah melakukannya. Kita melihatnya pada tindakan para dokter, perawat, petugas perawatan kesehatan rumahan, dan pekerja garis depan yang mempertaruhkan nyawa mereka untuk menyelamatkan orang yang belum pernah mereka kenal atau temui sebelumnya.
Kita melihatnya pada guru dan pengemudi truk, pekerja pabrik dan petani, pekerja pos dan petugas pemungutan suara, semua mempertaruhkan keselamatan mereka sendiri untuk membantu kita melewati pandemi ini. Dan kita melihatnya pada banyak dari Anda yang bekerja, tidak hanya untuk membawa kita melewati krisis saat ini, tetapi ke situasi yang lebih baik.
Ada sesuatu yang terjadi di seluruh negara kita. Ini bukan tentang Joe atau saya. Ini tentang Anda, dan tentang kita. Orang-orang dari segala usia dan warna kulit dan kepercayaan yang, ya, turun ke jalan, dan juga membujuk anggota keluarga kita, mengumpulkan teman-teman kita, mengorganisasikantetangga kita, dan memberikan suara.
Dan kami telah menunjukkan bahwa ketika kami memilih, kami memperluas akses ke perawatan kesehatan, dan memperluas akses ke kotak suara, dan memastikan bahwa lebih banyak keluarga yang bekerja dapat memperoleh kehidupan yang layak.
Dan saya sangat terinspirasi oleh generasi baru. Anda, Anda mendorong kami untuk mewujudkan cita-cita bangsa kita, mendorong untuk menghayati nilai-nilai yang kami bagikan. Kesopanan, kedermawanan dan keadilan, dan cinta. Anda para patriot yang mengingatkan kami bahwa mencintai negara kami adalah memperjuangkan cita-cita negara kita.
KONTEKS: Menonjolkan sikap positif. Mengajak berempati. Bangun solidaritas. Kita dalam situasi ini bersama-sama (we’re in this together). Sekaligus memberikan perhatikan kepada pemilih baru. Pemilih muda, yang masa depannya terganggu oleh pandemik dan keputusan publik yang diambil pemimpinnya.
Dalam pemilu kali ini, kita memiliki peluang untuk mengubah jalannya sejarah. Kita semua ikut dalam pertarungan ini. Anda, saya, dan Joe, bersama-sama. Tanggung jawab yang luar biasa. Sungguh hak istimewa yang luar biasa.
Jadi, mari bersatu dengan penuh keyakinan. Mari berjuang meraih harapan. Mari percaya dengan kepercayaan diri, dan komitmen satu sama lain, untuk Amerika, kita tahu itu mungkin (diraih), Amerika yang kita cintai.
Dan bertahun-tahun dari sekarang, ketika momen ini akan berlalu, dan anak-anak kita serta cucu kita akan menatap mata kita. Dan mereka akan bertanya kepada kita, “Di mana Anda saat taruhannya begitu tinggi?” Mereka akan bertanya kepada kita, “Seperti apa rasanya?” Dan kita akan memberi tahu mereka. Kita akan memberi tahu mereka bukan hanya tentang perasaan kira. Kita akan memberi tahu mereka apa yang kira lakukan. Terima kasih, Tuhan memberkati Anda, dan Tuhan memberkati Amerika Serikat.
KONTEKS : Kalau kita salah pilih, bagaimana mempertanggungjawabkan ke anak cucu? Membawa konteks bangsa (makro), ke konteks keluarga (mikro). Ini ciri penting dan kekuatan politisi perempuan, yang secara natural terbiasa menjadi care-giver. Pengasuh. Lebih berempati. Dalam komunikasi, faktor ini perlu ditonjolkan. Digarisbawahi.
No Comment