POLITIK HARGA BBM JOKOWI DAN TUDINGAN KONSPIRASI

Harga minyak dunia jatuh. Presiden Rusia menuding AS memimpin konspirasi menjatuhkan ekonomi Iran dan Rusia lewat politik harga minyak. Ini bukan pertama kali
Mulai 1 Januari ini kita di Indonesia menikmati sistem baru penentuan harga minyak. Premium dijual sesuai harga pasar, artinya tak ada lagi subsidi dari pemerintah. Sedang solar, yang banyak dipakai untuk angkutan umum, mendapat subsidi Rp 1.000 per liter. Nilai subsidinya yang tetap, sedang harganya bisa berubah-ubah. Setiap bulan Kementerian Ekonomi Sumberdaya Mineral (ESDM) akan mengumumkan patokan harga. Harga baru dan isi beleid itu bisa dibaca di sini (please, kasi tautan Rappler tulisan saya soal kenaikan BBM yang dikirim semalam).
Indonesia, yang kini secara neto menjadi negara pengimpor minyak, diuntungkan dengan harga minyak internasional yang rendah. Duit yang harus dibelanjakan untuk mengimpor minyak jadi berkurang. Bisa dibayangkan betapa mahalnya dana yang harus dibelanjakan untuk membeli minyak. Setiap hari Indonesia harus mengimpor sekitar 600.000 barel minyak. Angka minimal. Bisa lebih.
Minyak yang diimpor ada yang sudah hasil olahan, namun ada pula yang berupa minyak mentah. Mungkin yang harus membuat kita malu, minyak olahan yang kita impor ini justru sebagian besar berasal dari negara tetangga yang sama sekali tak punya sumur minyak: Singapura. Sebagian kecil berasal dari Korea Selatan, negeri ‘’K-Pop’’ yang juga sama sekali tidak punya sumur minyak.
Melihat ini, saya teringat pada ucapan Presiden Joko Widodo di depan para bupati, gubernur, menteri, dan para peserta Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional di Hotel Bidakara, Jakarta, 18 Desember 2014 lalu.
No Comment